Daffa terkejut akan tindakan Lintang, tapi dia tersadar kembali dengan cepat. Setelah meminum cairan emas itu, dia menerima peningkatan yang luar biasa pada atribut fisiknya dan kekuatan tarungnya pun meningkat drastis.Dia langsung melompat ke belakang sebelum melancarkan tendangan yang kuat pada pergelangan tangan Lintang. Tendangan itu sangat kuat, melepaskan genggaman tangan Lintang sekaligus. Pisau itu jatuh dari tangannya dan mendarat di jarak yang aman dari Lintang.Semua orang yang ada di sana menghembuskan nafas lega melihatnya. Mereka berpikir bahwa Lintang akan berhasil dalam percobaan pembunuhannya, tapi untungnya Daffa lihai bertarung, sehingga dia mampu menghentikan percobaan pembunuhan Lintang.Daffa menatap Lintang dengan penuh kebencian. Menatapnya sekilas saja siapa pun bisa tahu kalau dia sangat murka!Dia merasa bodoh karena telah sedikit bersimpati pada Lintang. Dia mengira bahwa situasi keluarganya yang sangat genting akan membuatnya menyesali perbuatannya kar
Beberapa hari kemudian berjalan dengan damai bagi Daffa. Helen masih menolak untuk menjawab teleponnya maupun pesannya, membuat Daffa tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Karena masalah mengenai Lintang telah teratasi, dia pun berfokus pada pendidikannya. Ujiannya akan dilaksanakan sebentar lagi dan dia harus mendapatkan nilai yang bagus.Setelah dua minggu belajar dan melakukan persiapan dengan interns, ujian semesternya akhirnya berakhir. Sesuai yang diduga, Daffa merupakan mahasiswa yang mendapatkan nilai terbaik. Daffa tidak terlalu menghiraukannya. Dia selalu menjadi mahasiswa terbaik di setiap ujian yang dia ambil sejak dia diterima di Universitas Praharsa, jadi kali ini pun tidak ada bedanya baginya.Sekarang karena ujiannya telah berakhir, para mahasiswa diberikan libur selama dua bulan sebelum mereka melanjutkan kuliah di semester selanjutnya. Itu berarti di semester berikutnya, Daffa akan menjalankan tahun terakhirnya di perkuliahan.Seluruh mahasiswa bersemangat sete
Daffa menghembuskan nafas tak berdaya karena perkataan kakeknya sebelum mengirimkan alamat perusahaannya ke surel kakeknya. Tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali menuruti keinginan kakeknya.Dia dengan cepat keluar dari ruang rapat bersama Erin yang mengikutinya dari dekat di belakangnya. Dia bergegas ke lantai bawah dan berdiri di pintu masuk gedung untuk menunggu kakeknya.Hanya 30 menit setelah dia mengirimkan alamat perusahaannya ke kakeknya, tiga mobil Rolls-Royce indah berhenti di luar gedung perusahaan.Para pengawal yang mengawal kakeknya turun dari mobil Rolls-Royce itu dan membuka pintunya. Kakeknya dan Bram turun dari mobil pelan-pelan.Para pengawal itu dengan cepat mengelilingi kakeknya dan Bram, memberikan keamanan penuh dari ancaman apa pun.Daffa dengan cepat menghampiri kakeknya dan menyambutnya dengan sopan.“Kakek! Kakek benar-benar tidak perlu datang kemari!”Namun, kakeknya hanya mengabaikan sambutannya. Dia tidak memiliki waktu untuk basa-basi.“Bawa aku
”Aku hanya bisa memberimu modal untuk memulai perusahaanmu dengan satu syarat,” ucap kakek Daffa dengan berwibawa.Daffa menelan ludahnya, tapi mempersiapkan dirinya untuk menanyakan syaratnya.“Apa syaratnya, Kakek?” tanya Daffa.“Kamu harus menghasilkan keuntungan lima kali lipat dari modal awal yang aku berikan padamu dalam satu tahun,” jawab kakeknya dengan tegas.Mata Daffa membelalak terkejut mendengar syarat kakeknya.Dia harus menghasilkan keuntungan lima kali lipat dari modal awalnya dalam satu tahun?Itu adalah syarat yang sangat berat, terutama baginya!Daffa hanya memiliki sedikit pengalaman yang hanya didapatkan dari mengelola beberapa aset seperti PT Nix dan beberapa bisnis lainnya dalam beberapa bulan. Dengan itu pun, dia belum membuat keuntungan lima kali lipat dari yang biasanya mereka hasilkan.Daffa merasa tidak nyaman pada saat itu, tapi dia memaksakan dirinya untuk tetap tenang. Dia belum tahu seberapa banyak modal yang akan diberikan oleh kakeknya. Dia ber
Penelepon itu adalah Helen!Sudah hampir dua minggu sejak Daffa menolong Helen dari tindakan Lintang yang hina. Setelah mengantarnya ke asramanya, dia mencium bibirnya dan berlari sebelum dia bisa bereaksi apa-apa.Setelah hari itu, dia terus mencoba untuk menghubunginya. Bukan karena ciuman itu, tapi karena dia ingin tahu apakah Helen baik-baik saja karena dia mengira bahwa Helen pasti akan terkejut.Tidak seperti dugaannya, Helen menolak mengangkat teleponnya sama sekali! Bukan hanya itu, dia juga menolak bertemu dengannya sama sekali, membuat Daffa tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia benar-benar menghindarinya.Daffa tidak memiliki pilihan lagi selain membiarkannya sendirian. Dia tidak tahu kenapa Helen menghindarinya, tapi dia menghargai pilihannya. Masih ada banyak hal yang perlu dia lakukan, jadi dia tidak bisa menghabiskan seluruh waktunya memikirkan tentang penolakan Helen untuk bertemu dengannya.Maka dari itu, dapat dibayangkan betapa terkejutnya Daffa ketika dia
Daffa mengerutkan dahinya mendengar perkataan Erin karena dia tidak menunggu seorang tamu dalam waktu dekat. Namun, karena orang ini telah datang untuk mengunjunginya, dia merasa bahwa dia harus menyambut orang itu.“Biarkan dia masuk,” kata Daffa.Erin mengangguk mengerti sebelum meninggalkan ruang kerjanya. Beberapa detik kemudian, pintu ruang kerjanya terbuka dan seorang pria melangkah masuk, diikuti oleh Erin.Melihat pria itu sekilas menunjukkan bahwa dia bukan pebisnis biasa. Dia mengenakan setelan jas hitam yang sudah lusuh dan telah dijahit ulang di sana-sini dan sepatunya sama lusuhnya. Walaupun Daffa yakin pria itu adalah pria paruh baya, wajahnya yang keriput membuatnya terlihat jauh lebih tua dari umurnya yang sebenarnya.“Terima kasih telah setuju untuk bertemu dengan saya, Tuan Halim!” sapa pria itu dengan nada yang sangat sopan. Dia bahkan sedikit membungkuk seraya dia berbicara.Daffa hanya tersenyum untuk menjawab sapaannya. Dia telah melihat pakaiannya dan tahu b
”Aku akan meneleponmu lagi nanti, Tuan Zaki,” kata Daffa. Pada akhirnya, dia tidak bisa langsung mempekerjakan orang asing. Dia harus mencari tahu dulu dan memastikan bahwa Zaki adalah orang yang bisa dipercaya sebelum dia menerimanya.“Tentu, Tuan Halim,” jawab Zaki. Raut wajahnya terlihat murung, tapi dia masih memastikan untuk tetap bersikap sopan pada Daffa. Walaupun Daffa tidak menerimanya, dia juga tidak menolaknya mentah-mentah. Dia hanya bisa menunggu kabar darinya. Jika dia tidak menerima telepon apa pun dari Daffa dalam satu minggu, maka dia akan meminta dana investasi.Zaki membungkuk pelan lagi sebelum meninggalkan ruang kerja Daffa. Ketika dia pergi, Daffa memberi isyarat pada Erin. Erin langsung mengerti apa yang diminta atasannya, sehingga dia mengangguk sebagai jawabannya. Dia menginginkannya untuk mencari tahu mengenai Zaki dan melihat apakah dia bisa dipercaya. Jika iya, maka tidak ada salahnya jika dia menerimanya.Segera setelah Erin meninggalkan ruangannya untuk
[Dragon Estate, Dragon Lord’s Imperial Residence] Daffa terbangun lebih siang daripada biasanya. Dia telah bekerja sampai dini hari kemarin, karena itu dia bangun lebih siang dari biasanya. Untungnya, dia bisa menyelesaikan semua pekerjaannya karena dia begadang.Ketika dia terbangun, waktu sudah tengah hari. Dia lalu melakukan rutinitas paginya, termasuk latihan bela diri dan meditasi.Seraya Daffa berlatih bela diri, dia menyadari bahwa gerakannya makin luwes dibandingkan sebelumnya. Rasanya seperti dia sudah makin baik dan makin kuat setiap berlatih, membuat Daffa benar-benar kebingungan.Dia tidak tahu bahwa kakeknya telah menggunakan ramuan kuno untuk menyembuhkan luka-lukanya dan ramuan emas itulah yang meningkatkan kekuatan fisiknya dan membuat gerakan bela dirinya makin kuat dan bertenaga dibandingkan sebelumnya.Daffa tidak terlalu memikirkannya dan langsung mandi ketika dia selesai berlatih bela diri.Dia sedang sarapan ketika ponselnya berdering. Dia memeriksa nama pe
Saat kening Umar basah oleh keringat, dia mendengar tawa yang familier dari lorong. Seketika, dia memasang seringai sombong dan berkata, “Hah! Terima itu, Daffa! Apakah kamu akhirnya menyadari betapa bodohnya kamu? Apakah kamu tahu siapa orang yang tertawa di luar kamar hotelmu?Tatapan angkuhnya mendarat di Daffa selama waktu yang singkat sebelum menghilang sepenuhnya. Tidak lama, dia mengerutkan bibirnya ketakutan ketika dia mendengar jawaban Daffa.“Bosmu. Omong-omong, untunglah kamu senang bertemu dengannya. Kuharap kamu bisa terus bahagia seperti ini.” Dengan begitu, Daffa mengalihkan tatapannya yang tegas ke arah pintu.Demikian pula, Umar terbaring di lantai dan menatap pintu dengan tidak sabar sambil menggumam pelan, “Tunggu saja, Daffa! Kematian akan mendatangimu sebentar lagi!”Tatapan Daffa tiba-tiba melesat ke arah Umar. Meskipun Daffa tidak mengatakan atau melakukan apa-apa, tatapannya sudah cukup untuk membuat rambut di punggung Umar berdiri tegak.Takut, Umar menutu
Dengan pandangan yang gemetar karena rasa takut, Umar berseru, “Sebaiknya kamu pikirkan dengan baik-baik sebelum melakukan apa yang akan kamu lakukan, Daffa Halim! Pikirkan tentang apakah kamu bisa menanggung konsekuensinya!”Daffa menaikkan sebelah alisnya sambil memamerkan giginya yang putih. “Sejujurnya, perkataanmu membuatku terhibur.”Dia lalu mengeluarkan tangannya untuk mencengkeram kerah baju Umar. Akan tetapi, kali ini, dia menarik Umar keluar dari lekukan di tembok dan melempar Umar ke ruang di belakangnya. Hanya permusuhan yang terlihat di matanya yang berbinar pada saat itu. Hal itu terus bertahan hingga Umar mendarat di tanah dengan suara dentuman yang keras.Satu-satunya yang berbeda adalah kali ini Umar tidak berteriak kesakitan. Dia terus terdiam setelah dia terbanting ke lantai.Daffa berputar badan, hidungnya berkerut menjadi cibiran kepada Umar sambil dia berbicara dengan santai, “Oh? Aku terkesan. Kamu masih hidup.”Di lantai, Umar berusaha sebisa mungkin untuk
Daffa menahan napasnya ketika dia melihat kondisi Danar. Mungkin dia keliru sedari awal. Dia seharusnya tidak pernah membiarkan Umar membawa Danar ke sel tahanan. Mungkin dengan begitu, Danar tidak akan terluka separah ini.Tenggelam dalam rasa bersalah, Daffa membenci dirinya sendiri karena telah memercayai Umar dan tidak melakukan apa-apa terhadap kekerasan Umar terhadap Danar. Semua itu memicu kemarahan yang lain dalam diri Daffa.Maka, ketika Umar menunjuk ke arah Erin dengan tidak sopan, Daffa tidak ragu-ragu untuk menembakkan kekuatan jiwanya ke arah Umar. Meskipun demikian, dia tidak mengerahkan banyak kekuatan jiwa karena dia tidak ingin memberikan Umar kematian secepat itu.Umar tidak yakin tentang apa yang telah terjadi, tapi dia merasakan angin kencang mengenai tubuhnya, membuatnya memuntahkan darah. Pada saat yang sama, benturan itu membuat tubuhnya melayang jauh.Dia bisa merasakan angin itu bertiup mengenai kulitnya dengan sangat kasar hingga angin itu menyayat seluru
Daffa bersandar ke kursi sambil mengetukkan buku-buku jarinya ke meja. Dia sedang larut dalam pikirannya, bertanya-tanya apakah ada hal lain yang perlu dia urus setelah kembali ke Kota Aswar.Namun, pikiran itu tidak lama berhenti ketika Erin kembali ke ruangan dengan dua sosok di belakangnya. Daffa sudah tahu dari langkah kaki kedua orang itu bahwa yang pertama adalah pria yang datang menghampiri dengan tenang dan yang kedua adalah seseorang yang ragu-ragu. Mengernyit, Daffa seketika berdiri.Seperti Daffa, raut wajah Shelvin langsung menjadi dingin saat dia melihat ke arah pintu dan bertanya dengan suara rendah, “Apa yang terjadi, Tuan?”Daffa memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Dia lalu berjalan ke arah pintu, wajahnya berubah menjadi dingin yang mematikan saat dia berbicara. “Selama ketidakhadiranmu, aku mendapatkan bawahan baru bernama Danar. Namun, dia melakukan banyak hal-hal keji atas nama Keluarga Bakti dulu. Dia ditahan oleh polisi, tapi seorang petugas polisi bernam
Shelvin dengan terus terang mengungkap, “Aku menemukan ingatan Yarlin tentang tempat latihan dengan praktik-praktik kejam. Pasukan negara-negara Timur telah melarang kelompok yang memulai tempat latihan itu. Kelompok itu ingin mencapai keabadian, jadi mereka mencoba menyerap jiwa-jiwa orang lain untuk memperpanjang hidup mereka. Semua usaha mereka yang besar untuk mengembangkan obat? Itu semua demi alasan yang tidak masuk akal ini. Mereka melakukan banyak hal-hal tidak etis dan ilegal, tapi di suatu titik, mereka semua terekspos. Banyak orang marah pada mereka meskipun mereka memiliki banyak kedudukan sosial dan kekuatan yang sangat besar. Kelompok itu tidak bisa bertahan melawan reaksi orang-orang, jadi eksperimen mereka gagal. Kelompok itu mendapatkan hukuman mati, tapi mereka licik dan berbicara manis pada pasukan di negara itu untuk membebaskan mereka. Pada akhirnya, mereka hanya dideportasi. Karena ini terjadi lama sekali ketika orang-orang tidak menyimpan catatan tertulis, pasuka
Tatapan Shelvin menyapu melewati Erin sebelum mendarat pada Daffa saat dia berkata, “Hanya saja, aku merasakan abnormalitas pada nona itu ketika dia tiba sebelumnya. Karena itu, aku menelusuri kembali ingatanku dan ingatan Yarlin untuk membandingkannya.”Alis Erin menyatu menjadi kerutan dalam, tapi dia menahan dirinya untuk tidak berkomentar karena dia tahu Daffa sedang fokus sepenuhnya pada percakapan itu.Meskipun Shelvin melihat sikap kedua orang itu yang berbeda, Shelvin melanjutkan, “Aku menemukan bahwa orang-orang mengerikan dari Timur itu—orang-orang busuk yang menyerang Yarlin—telah mengembangkan obat ini sejak bertahun-tahun yang lalu.”Daffa mengangguk. “Iya, aku tahu itu.”Dengan raut wajah yang berubah menjadi ekspresi yang rumit tapi sedikit senang, Shelvin menjawab, “Iya, tapi yang ingin kuberi tahu padamu adalah bahwa orang-orang itu belum berhasil.”“Itu mungkin saja,” kata Daffa dan dia mengangguk setelah jeda yang panjang. Dia berpikir meskipun tokoh-tokoh menge
Meskipun hal itu mustahil, Erin melakukannya.Tatapan Daffa menajam pada Erin. Daffa tahu kecerobohannya telah membuat Erin berada dalam kondisinya saat ini dan Daffa menyalahkan dirinya sendiri karena hal itu. Mata menyipit dengan penuh tekad, Daffa menembakkan kekuatan jiwanya ke depan.Pada saat itu, kekuatan jiwa abu-abu Erin sudah setengah jalan keluar dari tubuhnya, tapi memberontak sekeras mungkin untuk tetap berada di dalam tubuh Erin.Daffa tidak pernah melihat situasi seperti itu sebelumnya, jadi dia menatap ke bawah ke lengannya dan memanggil, “P ….”Seperti jarum jam, Teivel muncul sebelum Daffa bisa selesai mengatakan “Pak.” Teivel melirik gas itu sambil tersenyum. Sosoknya kemudian berpindah ke belakang Daffa untuk berkata, “Itu hanyalah seberkas kekuatan jiwa biasa. Satu-satunya alasan ia menahan seranganmu adalah karena pemiliknya menggabungkan darahnya ke dalamnya.”Serentak, dia melambaikan lengannya ke meja di depan, membuat gelas Daffa di atas meja melayang di
Alicia mengangguk dengan muram—itu adalah metode yang dia pelajari dari Daffa. Tampaknya semua orang akan takut pada Alicia jika dia menunjukkan ekspresi ini. Dia kemudian berbalik untuk pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi.Erin membeku di tempatnya dalam waktu yang lama. Di suatu titik, dia mendengus, merasa kehabisan kata-kata dan marah terhadap tingkah laku Alicia. Meskipun demikian, Erin berbalik dan langsung berjalan pergi, setiap langkahnya kian berat.Ketika Erin tiba di tangga lantai kedua dan berjalan melewati ruangan Briana, dia mendengar seseorang berkata, “Erin? Apakah itu kamu?”Berhenti mendadak, Erin menipiskan bibirnya dengan rasa bersalah. Dia telah melupakan satu hal penting—seperti Briana, Daffa adalah ahli bela diri terbangkit. Maka, Daffa bisa mendengar segala hal di dalam hotel.“Iya, ini aku. Apakah ada masalah?” Erin berjalan dengan lebih ringan dan berbicara dengan lebih lembut dibandingkan sebelumnya ketika berjalan memasuki ruangan Briana.“Tidak.” Brian
Daffa menatap ponselnya dengan datar. Tidak ada yang bisa mengetahui apa yang sedang dia pikirkan, bahkan Alicia yang telah menguping panggilan telepon itu dari awal sekalipun.Keheningan selama beberapa saat berlalu sebelum Alicia mengumpulkan keberanian untuk menghampiri sisi Daffa. Dia menjaga jarak sejauh dua langkah dari Daffa sambil berbicara, “Tuan, bukankah sebaiknya kita pergi dan selamatkan Kate? Lagi pula, dia belum melakukan kesalahan apa pun selama ini.”Meskipun Daffa menoleh untuk bertatapan dengan Alicia, butuh beberapa saat sebelum Daffa menghela napas dan menjawab, “Benar, dia tidak bersalah. Namun, orang yang terbaik untuk menangani hal ini bukan kita.”Daffa berbicara tanpa perasaan, seperti bagaimana dia menatap Alicia.Suara itu tidak hangat sama sekali hingga tubuh Alicia secara naluriah gemetar. Alicia tidak lagi berani bertatapan dengan Daffa pada saat itu.Menghela napas, Daffa bertanya, “Apakah kamu sadar yang kamu lakukan sekarang sama seperti apa yang