Mata Daffa membelalak. Bahkan tulangnya gemetar di balik kulitnya karena amarah yang membara di dalam dadanya. Meskipun demikian, Daffa tidak melakukan apa pun dan hanya tersenyum pada Shelvin.Walaupun begitu, Shelvin tahu kalau Daffa hanya berpura-pura. Shelvin melengkungkan satu sisi bibirnya ke atas, mencibir, “Kamu terus berpura-pura seperti kamu sangat ingin bekerja bersamaku, tapi di lubuk hatimu, yang kamu inginkan hanyalah menekan tombol jeda untuk pertarungan kita hari ini.”Suaranya tetap datar sepanjang waktu.“Dari apa yang kuingat, aku selalu memandangmu sebagai orang yang cukup baik. Memang, kamu bisa bersikap arogan dan memiliki potensi yang kurang untuk perkembangan karakter, tapi aku bisa mengerti kenapa.”Shelvin mengangguk dengan pengertian, tapi itu hanya meninggalkan rasa pahit di mulut Daffa. Walaupun Daffa mengernyit, Shelvin mengabaikan Daffa dan melanjutkan perkataannya.“Itu normal. Lagi pula, kamu dulu sangat miskin.” Dia menatap Daffa dengan tatapan be
Itu karena Daffa merasakan aura familier di dalam mata Shelvin begitu Shelvin menatapnya. Namun, itu hanya bertahan sesaat. Akan tetapi, Daffa tetap tidak dapat menahan kegembiraan di dalam hatinya setelah menyadari keberadaan Shelvin.Sebaliknya, wajah Shelvin menggelap. Dia dengan serak berkata sambil mengeluarkan gumpalan gas hitam lainnya, “Jangan senang dulu, bocah.”Walaupun matanya menyipit menjadi berbentuk garis, Daffa mempertahankan ekspresi netral sambil menghadap angin topan yang tiba-tiba terbentuk di dalam ruangan itu. Gas hitam itu entah bagaimana menyebabkan udara berputar kian cepat tiap detiknya, menyapu perabotan bersamanya.Pakaian Daffa yang sudah robek mulai berkibar di udara sampai-sampai pakaiannya tidak dapat menutupi tubuhnya lagi. Namun, mereka berdua tetap berdiri menghadap satu sama lain tanpa terlalu mengindahkannya.Seraya mereka memandang satu sama lain dengan lebih intens, makin banyak hal tersapu ke dalam tengah-tengah angin topan itu. Tekanan atmo
“Pasti membutuhkan banyak tekad bagi Briana untuk tidak membunuhmu dan bawahanmu. Pastikan untuk berterima kasih padanya nanti,” tambah Edward. Dia lalu menghampiri sisi Briana untuk berkata, “Tunggu di sini. Aku akan membantu Tuan Halim.”Edward hendak beranjak ke lantai atas ketika seseorang menarik lengan bajunya, menghentikannya. Dia berbalik sambil mengernyit karena dia bisa merasakan tatapan cemburu seseorang terpaku padanya. Begitu dia menghadap Briana lagi, Edward menaikkan sebelah alisnya seakan-akan mempertanyakan reaksinya yang tidak profesional.Itu membuat Briana mengangkat alisnya sebelum memasang kembali ekspresi datarnya. Briana lalu membuka mulutnya untuk berbicara dalam suara yang lembut. “Kamu yang tunggu di sini. Kemampuan bertarungmu tidak sebagus aku, jadi sebaiknya aku yang pergi dan membantu Tuan Halim.”Dia lalu melihat ke belakangnya tempat Prima berada dan matanya membelalak sesaat. Ketika dia melihat Prima gemetar ketakutan, tatapan Briana kembali tidak b
Wajah Briana berkerut kebingungan ketika dia mendengar apa yang Daffa katakan. Namun, Daffa menggelengkan kepalanya dan tidak menjelaskan dirinya sendiri.Pria itu, yang diduga Shelvin, berdiri di hadapan mereka berdua sepanjang waktu. Pada saat itu, bibirnya melengkung saat dia mencibir, “Aku tidak percaya kamu bisa sekeji ini.”Itu langsung menarik perhatian Daffa.Setelah egonya terdongkrak, pria itu melanjutkan, “Apakah Shelvin pernah melihat sisi dirimu yang ini? Dia tampaknya tidak memiliki kesan negatif apa pun darimu—yah, setidaknya tidak ada dari yang bisa kuakses.”Tatapan mematikan datang dari Daffa ketika nama Shelvin disebutkan oleh pria di balik kabut hitam itu yang sekarang mengendalikan tubuh Shelvin.Namun, “Shelvin” yang ini tampaknya tidak keberatan dengan pelototan Daffa. Senyum pria itu makin lebar saat dia menambahkan, “Aku tidak menyangka kamu akan menjadi seperti ini, Daffa.”Briana awalnya mengerutkan bibirnya karena tidak nyaman. Namun, dia segera kehila
Daffa menggumamkan nama itu pada dirinya sendiri sebelum menatap pria itu lagi. “Kamu orang asing?”Yarlin mengedipkan mata untuk sesaat sebelum mengangguk. Menunjukkan senyuman getir sambil memerahkan matanya, dia menjelaskan, “Aku telah terjebak di sini begitu lama hingga aku tidak dapat mengingat banyak hal lagi.”“Terjebak?” Daffa mengangkat sebelah alisnya.Yarlin mengangguk, wajahnya makin tegang saat dia menoleh ke samping dan melambaikan tangannya, menghentikan semua kabut di sekitar tubuhnya.Kerutan terbentuk di wajah Daffa seketika.Ternyata, ada ruangan tersembunyi di belakang Yarlin selama ini. Daffa bisa melihat ruangan yang menyala dengan terang dan terdapat perabotan yang lengkap, tempat Yarlin tinggali selama ini, karena kabutnya telah terangkat.Itu langsung membuat alis Daffa menyempit menjadi berbentuk V. Tidak ada yang terdengar aneh dari penjelasan Yarlin, tapi dia tahu perabotan itu berasal dari era yang berbeda dan ada tanda-tanda keausan akibat penggunaan
Saat itu pukul 10 malam di gedung asrama putra kampus. Empat laki-laki sedang berbaring di kasur mereka, saling berbincang dan bersenang-senang. Tiba-tiba, pintu kamar mereka dibuka dan seseorang bergegas masuk.“Hei kalian! Coba lihat ini! Dilan Handoko sedang menembak Sarah Kusuma! Sedang ditayangkan di akun sekolah di Groove!” katanya, melambaikan ponsel di tangannya.Dengan segera, ketiga dari empat laki-laki yang sedang bersenang-senang itu menyerbu si pendatang dan duduk di sekitarnya, ingin tahu hasil dari ajakan tersebut.Alasan mereka penasaran itu sangat sederhana. Sarah Kusuma merupakan seseorang yang diakui sebagai salah satu wanita tercantik di kampus. Walaupun dia tidak masuk ke dalam lima besar dari daftar wanita cantik di kampus, dia masih termasuk dalam 10 besar.Dilan Handoko yang sedang menembak Sarah Kusuma cukup terkenal di seluruh kalangan Universitas Praharsa. Dia tinggi, tampan, dan yang paling penting sangat kaya. Dia lahir dari latar belakang yang kaya dan
Hati Daffa dipenuhi oleh rasa sakit ketika dia beranjak ke Hotel Sky Golden. Dia tidak bisa percaya bahwa seseorang yang dia cintai dan dia telah berikan segalanya bisa mengkhianatinya seperti ini. Dia telah mencintai Sarah dengan sepenuh hati dan dia kira Sarah juga mencintainya. Dia harus mengetahui apa yang salah dari hubungan mereka.Setelah berjalan selama 30 menit, Daffa akhirnya tiba di Hotel Sky Golden. Karena hotel tersebut hotel bintang tujuh, bangunannya sangat mewah dan mengesankan. Dia masih mengagumi bangunannya ketika dia melihat Sarah dan Dilan berjalan keluar dari gedung mewah itu.Daffa merasa hatinya berdebar-debar dengan menyakitkan ketika dia melihat David melingkarkan tangannya di pundak Sarah. Dia sangat marah pada Dilan dan ingin menghajar wajahnya saat itu juga. Namun, dia tetap menahan diri. Dia kemari untuk meminta jawaban, bukan untuk bertengkar ataupun membuat masalah.Darius menarik nafas dalam sebelum menghampiri mereka yang sedang tertawa-tawa dan ter
”Kamu mau putus denganku?” tanya Daffa, masih tidak bisa memercayai apa yang dia baru saja dengar.“Benar, Daffa, aku mau putus denganmu. Hubungan ini telah berakhir,” kata Sarah tanpa perasaan sedikit pun di suaranya.“Seperti yang bisa kamu lihat, sekarang aku sudah menjalin hubungan dengan pria kaya dan tampan yang bisa membiayaiku. Semoga kamu bisa segera mendapatkan yang terbaik untukmu, Daffa,” kata Sarah dengan nada yang sudah mantap. Dia sudah memutuskan hubungan apa pun yang mereka jalani bersama dan menegaskan pendiriannya.Tanpa sepengetahuan Daffa dan Sarah, siaran langsung itu masih disiarkan, jadi adegan kecil ini diketahui oleh semua mahasiswa yang sedang menonton siarannya. Kolom komentarnya sangat berapi-api.“Apa maksudnya itu? Putus? Kalau begitu, Sarah sedang berpacaran dengan seseorang sebelumnya?”“Tidak mungkin. Lihat saja pakaian orang itu. Aku berani bertaruh keseluruhan pakaiannya tidak sampai 450 ribu rupiah. Bagaimana mungkin seseorang seperti dia bisa
Daffa menggumamkan nama itu pada dirinya sendiri sebelum menatap pria itu lagi. “Kamu orang asing?”Yarlin mengedipkan mata untuk sesaat sebelum mengangguk. Menunjukkan senyuman getir sambil memerahkan matanya, dia menjelaskan, “Aku telah terjebak di sini begitu lama hingga aku tidak dapat mengingat banyak hal lagi.”“Terjebak?” Daffa mengangkat sebelah alisnya.Yarlin mengangguk, wajahnya makin tegang saat dia menoleh ke samping dan melambaikan tangannya, menghentikan semua kabut di sekitar tubuhnya.Kerutan terbentuk di wajah Daffa seketika.Ternyata, ada ruangan tersembunyi di belakang Yarlin selama ini. Daffa bisa melihat ruangan yang menyala dengan terang dan terdapat perabotan yang lengkap, tempat Yarlin tinggali selama ini, karena kabutnya telah terangkat.Itu langsung membuat alis Daffa menyempit menjadi berbentuk V. Tidak ada yang terdengar aneh dari penjelasan Yarlin, tapi dia tahu perabotan itu berasal dari era yang berbeda dan ada tanda-tanda keausan akibat penggunaan
Wajah Briana berkerut kebingungan ketika dia mendengar apa yang Daffa katakan. Namun, Daffa menggelengkan kepalanya dan tidak menjelaskan dirinya sendiri.Pria itu, yang diduga Shelvin, berdiri di hadapan mereka berdua sepanjang waktu. Pada saat itu, bibirnya melengkung saat dia mencibir, “Aku tidak percaya kamu bisa sekeji ini.”Itu langsung menarik perhatian Daffa.Setelah egonya terdongkrak, pria itu melanjutkan, “Apakah Shelvin pernah melihat sisi dirimu yang ini? Dia tampaknya tidak memiliki kesan negatif apa pun darimu—yah, setidaknya tidak ada dari yang bisa kuakses.”Tatapan mematikan datang dari Daffa ketika nama Shelvin disebutkan oleh pria di balik kabut hitam itu yang sekarang mengendalikan tubuh Shelvin.Namun, “Shelvin” yang ini tampaknya tidak keberatan dengan pelototan Daffa. Senyum pria itu makin lebar saat dia menambahkan, “Aku tidak menyangka kamu akan menjadi seperti ini, Daffa.”Briana awalnya mengerutkan bibirnya karena tidak nyaman. Namun, dia segera kehila
“Pasti membutuhkan banyak tekad bagi Briana untuk tidak membunuhmu dan bawahanmu. Pastikan untuk berterima kasih padanya nanti,” tambah Edward. Dia lalu menghampiri sisi Briana untuk berkata, “Tunggu di sini. Aku akan membantu Tuan Halim.”Edward hendak beranjak ke lantai atas ketika seseorang menarik lengan bajunya, menghentikannya. Dia berbalik sambil mengernyit karena dia bisa merasakan tatapan cemburu seseorang terpaku padanya. Begitu dia menghadap Briana lagi, Edward menaikkan sebelah alisnya seakan-akan mempertanyakan reaksinya yang tidak profesional.Itu membuat Briana mengangkat alisnya sebelum memasang kembali ekspresi datarnya. Briana lalu membuka mulutnya untuk berbicara dalam suara yang lembut. “Kamu yang tunggu di sini. Kemampuan bertarungmu tidak sebagus aku, jadi sebaiknya aku yang pergi dan membantu Tuan Halim.”Dia lalu melihat ke belakangnya tempat Prima berada dan matanya membelalak sesaat. Ketika dia melihat Prima gemetar ketakutan, tatapan Briana kembali tidak b
Itu karena Daffa merasakan aura familier di dalam mata Shelvin begitu Shelvin menatapnya. Namun, itu hanya bertahan sesaat. Akan tetapi, Daffa tetap tidak dapat menahan kegembiraan di dalam hatinya setelah menyadari keberadaan Shelvin.Sebaliknya, wajah Shelvin menggelap. Dia dengan serak berkata sambil mengeluarkan gumpalan gas hitam lainnya, “Jangan senang dulu, bocah.”Walaupun matanya menyipit menjadi berbentuk garis, Daffa mempertahankan ekspresi netral sambil menghadap angin topan yang tiba-tiba terbentuk di dalam ruangan itu. Gas hitam itu entah bagaimana menyebabkan udara berputar kian cepat tiap detiknya, menyapu perabotan bersamanya.Pakaian Daffa yang sudah robek mulai berkibar di udara sampai-sampai pakaiannya tidak dapat menutupi tubuhnya lagi. Namun, mereka berdua tetap berdiri menghadap satu sama lain tanpa terlalu mengindahkannya.Seraya mereka memandang satu sama lain dengan lebih intens, makin banyak hal tersapu ke dalam tengah-tengah angin topan itu. Tekanan atmo
Mata Daffa membelalak. Bahkan tulangnya gemetar di balik kulitnya karena amarah yang membara di dalam dadanya. Meskipun demikian, Daffa tidak melakukan apa pun dan hanya tersenyum pada Shelvin.Walaupun begitu, Shelvin tahu kalau Daffa hanya berpura-pura. Shelvin melengkungkan satu sisi bibirnya ke atas, mencibir, “Kamu terus berpura-pura seperti kamu sangat ingin bekerja bersamaku, tapi di lubuk hatimu, yang kamu inginkan hanyalah menekan tombol jeda untuk pertarungan kita hari ini.”Suaranya tetap datar sepanjang waktu.“Dari apa yang kuingat, aku selalu memandangmu sebagai orang yang cukup baik. Memang, kamu bisa bersikap arogan dan memiliki potensi yang kurang untuk perkembangan karakter, tapi aku bisa mengerti kenapa.”Shelvin mengangguk dengan pengertian, tapi itu hanya meninggalkan rasa pahit di mulut Daffa. Walaupun Daffa mengernyit, Shelvin mengabaikan Daffa dan melanjutkan perkataannya.“Itu normal. Lagi pula, kamu dulu sangat miskin.” Dia menatap Daffa dengan tatapan be
Bahkan gas hitam yang melawan penjeratan jaring emas itu membeku. Itu memberikan jaring emas Daffa kesempatan untuk menyerang. Maka, jaring itu dengan cepat dan aman membungkus gas hitam itu.Demikian pula, kedua kubah yang melawan satu sama lain dari awal akhirnya berhenti. Kubah hitam itu perlahan menyusut menjadi hanya seukuran kuku jari Daffa, yang berarti Daffa adalah pemenangnya.Menoleh untuk menatap pria itu, Daffa melanjutkan, “Namun, aku tidak bersedia melakukannya karena aku menghargai semua hubungan dalam hidupku.”Tatapannya menusuk pria itu. Dia tidak mau mengedip, memfokuskan seluruh perhatiannya pada pria di balik kabut hitam itu.Kendati sikap tenangnya, Daffa meletakkan kedua tangannya di balik punggungnya dan mengepalkannya, menyembunyikan betapa kacau emosinya saat itu. Saat Daffa mengatakan kata-kata itu, kabut hitam di sekitar pria itu mulai menghilang.Itu terus berlanjut hingga wajah pria itu menjadi jelas. Wajahnya sama seperti yang Daffa bayangkan sebelum
Namun, Daffa bisa dengan samar merasakan pergerakan dari sosok yang bersembunyi di balik kabut hitam. Orang itu tampaknya kesulitan, yang berarti situasinya menguntungkan bagi Daffa yang akhirnya bisa melawan pria itu dengan setara. “Ini adalah kesempatan terakhirmu untuk melawanku dengan adil. Kalau tidak, aku akan membunuhmu.”“Tidak ada yang bisa mendapatkan nyawaku.” Pria itu akhirnya berbicara, tapi suaranya masih terdengar seperti serangkaian gerutuan. “Saat aku masih anak-anak, aku diperintah untuk membunuh seratus ribu orang. Barulah saat itu aku bisa mengakhiri hidupku. Namun, aku puas dengan kehidupanku saat ini dan belum merasa perlu mengakhiri hidupku.”Kerutan muncul di wajahnya saat dia menatap Daffa dan menambahkan, “Aku akan mengatakan ini—kamu adalah orang yang paling banyak bicara yang pernah kutemui.”Saat itulah kekuatan jiwa hitamnya mulai berfluktuasi dengan cepat.Mengamati dari kejauhan, Daffa menyadari riak kecil terbentuk di udara dan perlahan kembali ke k
Ditawan oleh tangan sosok gelap itu, Daffa mencoba menggerakkan lengannya. Akan tetapi, dia menyadari bahwa tidak ada ruang yang cukup untuk bergerak, jadi lengannya terjebak menempel ke tubuhnya. Menghela napas dalam-dalam, dia memanggil kekuatan jiwanya dalam bentuk gas yang hangat dan berdengung dan menenggelamkannya ke dalam pori-porinya.Dia berpikir bahwa, karena gas hitam dan gas emas saling memengaruhi satu sama lain sebelumnya, dia bisa menggunakan teori itu ke situasinya saat ini. Itu terlihat seperti kesempatan yang sangat bagus untuk melemahkan lawannya.Dia menyipitkan matanya pada pria di balik kabut hitam itu, bertanya-tanya bagaimana orang itu bahkan tidak berpindah tempat meskipun Daffa telah menyerangnya berkali-kali. Segala hal tampak tidak normal bagi Daffa yang merasa satu-satunya alasan sosok gelap itu tetap tidak terluka adalah karena dia belum menemukan kelemahan fatal sosok gelap itu.“Namun, apa kelemahan fatal seseorang yang cukup kuat untuk menawanku?” Da
Wajah Daffa terlihat pucat karena dia sangat membutuhkan kedua kubah itu untuk berhenti bertabrakan dengan satu sama lain. Barulah saat itu dia bisa menjadikan kubah hitam itu berwarna emas sepenuhnya. Setiap kali tabrakan terjadi, berbagai macam gas berwarna akan meledak. Beberapa mengenai tubuh Daffa, sementara yang lainnya menabrak penghalangnya.Sementara itu, kubah hitam kedua yang dibuat oleh sosok itu terus menyerang penghalang itu dengan kuat sehingga beberapa dentuman keras terdengar. Penghalang yang juga bergetar setelah setiap benturan pun tidak membantu. Hantaman itu akan menabrak penghalang, terpental, lalu menabrak tanah dengan dentuman yang menggema.Semua suara itu menyebabkan getaran yang terus-menerus di telinga Daffa, membuatnya mengernyit dan memanggil beberapa kekuatan jiwa untuk membentuk penghalang di sekitar telinganya. Kemudian, dia mengembuskan napas panjang, sedikit relaks karena sekarang telinganya tidak sakit.Saat itulah tangannya terjulur ke samping, m