Share

Bab 473

Aвтор: Benjamin
“Aku yakin kamu sudah menyaksikan langsung seberapa bahaya berada di sisiku. Kamu bisa tetap bertahan denganku dan menghadapi bahaya, tapi Zaki tidak bisa. Dia hanyalah karyawan biasa dari West Atlantics Int’l.”

Edward mengernyit. Dia sudah tahu apa yang Daffa ingin katakan, tapi dia tidak mau menerimanya. Dia menoleh ke arah Zaki dan mendapati bahwa dia masih tertidur.

Dia makin frustrasi. Dia pun mengulurkan tangannya, ingin membangunkan Zaki dengan menggoyangkan badannya. Pada akhirnya, sisa rasionalitas yang dia miliki menghentikannya agar tidak melakukannya.

Daffa merasakan perubahan dalam perasaan Edward, tapi dia sudah menebak apa yang akan Edward lakukan. Daffa tersenyum dan menggeleng kepalanya tanpa mengatakan apa-apa.

Tidak lama, mereka tiba di hotel. Jarak antara pintu masuk utama hotel dengan gerbangnya sebesar sekitar 50 meter dan seluruh tempat itu penuh oleh orang-orang. Daffa menghela napas. Dia bahkan tidak perlu bertanya untuk mengetahui apa yang telah terjadi d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Заблокированная глава

Related chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 474

    “Kalau memang begitu, aku jamin kamu tidak akan baik-baik saja.”Mata Elton membelalak seraya dia memelototi Daffa dengan tajam. Kesabaran Elton menipis, jadi dia tidak repot-repot menyembunyikan amarahnya lagi. Dia bahkan belum pernah mendengar tentang Daffa sebelumnya, sehingga dia tidak yakin apakah Daffa kaya, terlepas dari sekuat apa penampilannya.Untuk membuat dirinya terdengar lebih berani, dia berseru, “Hentikan omong kosongmu, Daffa Halim! Kami telah menyambutmu dengan kebaikan dan kehormatan untuk membuatmu terlihat baik, tapi itu tidak berarti kamu bisa menyia-nyiakan kebaikan kami!” Ekspresinya terlihat mengasihani, tapi matanya penuh oleh kebencian.Daffa terkekeh pelan. “Tampaknya kamu datang kemari dengan kedok ingin meminta maaf, tapi itu bukanlah tujuanmu yang sebenarnya. Kamu bahkan tidak tahu di mana letak masalahmu.” Tatapannya menjadi dingin ketika mendarat pada Ansel, masih ditahan di tanah di belakang mereka.“Kurasa kamu sebaiknya melepaskan Ansel sebelum k

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 475

    Elton menatap mata Daffa seraya mengangkat tangannya ke udara dan mengepalkannya. Ini tampaknya adalah isyarat untuk para pengawalnya. Mereka langsung berlari ke arah Daffa dan mengerubunginya.Mengejutkan bagi Daffa, mereka tidak melakukan apa-apa lagi. Dia menatap mereka dengan tatapan menghina, tapi yang mereka lakukan hanyalah bergerak mengelilinginya dengan lambat.“Ini adalah tindakan yang bodoh dan tidak akan menghasilkan apa-apa.” Daffa memberikan saran yang jujur pada mereka, tapi Elton jelas-jelas tidak menghargainya. Dia memasukkan tangannya ke dalam saku dan berkata dengan bangga, “Ini hanya menunjukkan betapa piciknya kamu ….” Dia ingin mengatakan sesuatu yang pedas, tapi lanjutan kalimatnya dipotong oleh teriakan yang memekik.Itu membuat para pengawal bergidik dan mereka menolehkan kepala mereka ke sekitar untuk melihat apa yang telah terjadi. Mereka telah berlatih bersama dan tidak ada satu pun dari mereka yang akan berteriak dengan sangat melengking seperti itu. D

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 476

    Elton menggertakkan giginya dan menggeram, “Dasar tidak berguna!”Teriakan para pengawal tiba-tiba menghilang dan dia memejamkan matanya.Daffa mengernyit. Dia tidak suka mendengar hal-hal ini, tapi para pengawal tampaknya tidak terlalu terganggu oleh hal itu. Seraya dia memikirkan hal itu, Elton menatapnya dengan tajam. “Mengejutkan sekali bahwa seseorang sekaya dirimu adalah ahli bela diri yang sangat kuat. Harus kuakui, ini adalah pertama kalinya aku bertemu seseorang sepertimu. Pada saat yang sama, kamu cukup bodoh dan naif untuk menunjukkan sejauh apa kemampuanmu. Tidak mungkin aku akan membiarkanmu meninggalkan tempat ini hidup-hidup.” Sambil dia mengatakannya, dia mengeluarkan pisau yang panjang dan tajam dari sakunya.Daffa menggelengkan kepalanya. “Kamu benar-benar bodoh jika kamu berpikir kamu bisa melukaiku dengan pisau itu. Akan tetapi, itu akan menguntungkan bagiku. Mungkin pisau itu akan berguna bagiku.” Wajah Elton dipenuhi oleh amarah dan dia dengan cepat mengangka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 477

    “Aku hanya terkejut hal-hal ini membuatmu sedih. Itu menunjukkan bahwa kamu masih memiliki harapan terhadap mereka.”Ansel terlihat kebingungan. Dia membuka mulutnya, tapi tidak ada kata-kata yang keluar. Kemudian, dia membenamkan wajahnya ke dalam lengannya.Daffa menatap kedua pengawal yang saling bertatapan sebelum melihat ke belakangnya. Meskipun aura Daffa membuat mereka gemetar, mereka tidak melonggarkan genggaman mereka terhadap Ansel. Daffa menaikkan sebelah alisnya, mulai merasa tertarik pada para pengawal ini. Dia juga menyadari bahwa pengawal yang sebelumnya telah memutuskan untuk melindunginya ketika Elton ingin melakukan sesuatu terhadapnya.Tentu saja, itu bisa jadi karena pengawal itu takut dia akan menyakiti Elton, tapi Daffa tidak bisa menyangkal tindakan mereka membuat jantungnya berpacu. Dia ingin menjadikan mereka bawahannya. Namun, sebelum melakukan itu, dia harus menangani Elton. Dengan begitu, dia menyipitkan matanya kepada Elton.Elton menelan ludah, menatap

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 478

    Dia mengangkat kepalanya dan melihat Daffa berdiri di sana dengan kedua tangan di belakang punggungnya. Dia sedang memandang jendela, tapi langsung menyadari pergerakan Ansel. “Kamu bisa terus terang dan mengatakan apa yang kamu ingin katakan.”Ansel tersenyum, tapi itu hanya membuatnya merasa getir dan sedih. Dia menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku tidak memiliki pemikiran atau pendapat apa pun mengenai kematian ayahku.”Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia telah membayangkan berbagai macam reaksi yang akan ditunjukkan oleh Ansel terhadap kematian Elton, tapi ini bukan apa yang dia bayangkan. Dia menggigit bibirnya. Setelah keheningan sesaat, dia berkata, “Jika kamu membutuhkan waktu untuk memikirkannya dan memproses situasinya, aku bisa pergi. Setelah kamu sudah tenang, kamu bisa datang dan mencariku. Mau itu di Kota Aswar ataupun Kota Almiron, pintuku akan selalu terbuka untukmu.”Ansel menatap Daffa dan berusaha sebaik mungkin untuk tersenyum, tapi senyumannya terlihat buruk se

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 479

    Daffa mengulurkan tangannya. “Selamat datang di timku. Mulai hari ini, kalian adalah anggota tenaga kerjaku. Kita akan menghabiskan banyak waktu bersama mulai sekarang.”Dia tidak menduga akan menemukan bawahan baru di saat-saat yang kritis dan orang-orang yang ahli dalam bidang mereka juga. Ini adalah hasil akhir yang jauh lebih baik dari yang dia duga.Daffa memasukkan tangannya ke dalam saku, menegakkan badannya, dan menatap Ansel. Ansel masih berlutut di samping tubuh Elton, tapi dia sudah tidak menangis lagi. Wajahnya tidak berekspresi dan dia berlutut di sana tidak bergerak. Daffa dengan cepat memalingkan pandangannya, menghela napas, dan menggelengkan kepalanya. Tidak ada yang bisa dia katakan dalam hal itu.Kemudian, dia berbalik ke arah salah satu sofa dan duduk di sana, menyilangkan kakinya di atas lutut. “Danar, aku sudah memberitahumu segala hal yang kuketahui. Apa yang ingin kamu katakan?”Ketika Daffa tidak mendapatkan jawaban, dia menghela napas dan menatap Danar. “K

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 480

    Ansel menjadi terdiam di sini. Dia tidak tahu apa lagi yang harus dia katakan.Setelah keheningan selama beberapa detik, orang di ujung telepon lainnya tertawa terbahak-bahak. Ansel bisa merasakan penghinaan yang dalam pada tawanya. “Ya ampun! Kamu lucu sekali! Dia membesarkan aku karena ibuku. Sebagai putra dari istrinya, dia berkewajiban membesarkan aku.” Bart terdengar sangat bangga terhadap dirinya sendiri.Ansel memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam beberapa kali sebelum berkata, “Kamulah yang konyol. Dia tidak wajib membesarkanmu. Ayah kandungmulah yang memiliki tanggung jawab itu. Dia hanya menganggapmu seperti anaknya sendiri karena dia mencintai istrimu dan dia akan patah hati jika dia mendengarmu mengatakan hal-hal ini.” Dia gemetar oleh amarah.Belum setengah jam berlalu sejak kematian Elton, tapi Bart sudah meneleponnya tentang hal ini. Bagaimana bisa dia bahkan mengetahui hal ini?“Dengar, aku hanya ingin tahu kenapa kamu meneleponku.” Dia tidak ingin mengat

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 481

    “Lagi pula, dia belum melakukan apa pun untuk membuktikan kesetiaannya.”Daffa menghela napas dan mengangguk. “Kamu mungkin benar, tapi dia telah memperjelas bahwa dia berada di pihak kita. Kita tidak bisa diam saja dan melihat dia terlibat masalah. Itu terlalu kejam.”Dia terlihat tenang. “Kita harus membantunya, bagaimanapun caranya. Pokoknya, aku percaya dia akan menjadi lebih baik dalam pekerjaannya di masa depan. Setelah mengamatinya selama beberapa waktu, aku telah menyadari bahwa dia tampaknya cepat belajar.”Edward mengangguk. “Kalau begitu, kita perlu membuat rencana yang detail untuk membantunya. Ansel tidak kelihatan seperti orang yang sangat cerdas atau penuh tekad. Hal terburuknya adalah dia tidak memiliki pengalaman dalam menangani hal-hal seperti ini.”Daffa tersenyum. “Itulah persis yang kukhawatirkan.” Dia memejamkan matanya. “Aku sudah memiliki ide kasar mengenai apa yang harus kita lakukan.”Edward bimbang selama sesaat, lalu mengembalikan ketenangannya dan lanj

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 624

    “Keluarga Sanjaya memarkirkan mobil mereka di depan kami dan memohon bantuan kami. Kami berpikir kami bisa berusaha membantu mereka karena mereka adalah anggota keluarga Puspa. Itulah sebabnya kami memakan waktu yang lebih lama untuk kembali.”Setelah mendengarkan penjelasan Briana, otot-otot Daffa yang sebelumnya tegang menjadi relaks. Dia menegakkan punggungnya dan meregangkan tubuhnya sambil memberi instruksi dengan dingin, “Erin, beri tahu mereka mengenai kejadian yang terjadi ketika mereka sedang tidak ada dan alasan kenapa aku pergi ke luar sekarang.”“Tuan Halim sedang menuju Keluarga Sanjaya sekarang.” Raut wajah bersimpati terpampang di wajah Erin seraya dia menghadap kedua pengawal itu. Kemudian, Erin melangkah lebih dekat dan memberi tahu mereka tentang segala hal yang telah dia pelajari sebelumnya.Kepala Edward dan Briana langsung mendongak ketika mereka mendengar bagaimana Keluarga Sanjaya telah melacak Ansel hanya karena penolakan Daffa. Mata membelalak terkejut, mere

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 623

    Itu sudah cukup untuk menghentikan napas Camilla selamanya.Kate berdiri di atas puing-puing dan melihat semua itu terjadi. Dia membuka mulutnya, tapi tidak lama menutupnya lagi. Kate memejamkan matanya rapat-rapat, tidak tahan melihat kejadian mengerikan itu, tapi dia tidak menyuarakan ketidaknyamanannya karena dia tidak berhak untuk angkat bicara.Meletakkan kedua tangan di balik punggungnya, dia pada akhirnya membuka matanya untuk memandang tanah. Napasnya menjadi kian dalam dan hening seiring waktu berlalu.…Di sisi lain, Daffa akhirnya sudah kembali ke hotel. Meskipun rasanya seperti banyak hal telah terjadi, kejadian-kejadian itu hanya memakan sedikit waktunya. Namun, gelombang rasa lelah yang besar mengenainya dan dia tidak memiliki energi untuk mengolah kemampuannya setelah kembali ke hotel.Yang dia ingin lakukan hanyalah berbaring di ranjang. Pada saat itu, dia tidak peduli sama sekali tentang urusan perusahaan. Memejamkan matanya, Daffa bernapas dengan lebih dalam dan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 622

    “Aku tidak berurusan dengan apa pun yang terjadi selanjutnya,” lanjut Daffa.Dengan sebuah anggukan, Teivel melambaikan tangannya dengan acuh tidak acuh dan menjawab, “Baiklah. Kamu boleh kembali ke Keluarga Aruna dan selesaikan permasalahan mereka sekarang.”Daffa menaikkan sebelah alisnya, tapi pada akhirnya dia mengangguk dan berbalik untuk pergi dari tempat dia masuk. Itu juga kebetulan mengarah ke vila Keluarga Aruna.Ketika Daffa tiba, dia terkejut melihat Kate dan William menunggu dirinya di depan rumah mereka meskipun rumah mereka sudah hancur. Bibir melengkung ke atas, Daffa berkata, “Aku tidak berpikir akan melihat kalian berdua di sini. Kukira kalian sudah pergi sekarang.”William menoleh untuk bertemu pandang dengan Daffa. Kata-kata Daffa yang terus terang membuat William tidak nyaman, tapi William masih bersikap dengan penuh hormat. Dia menggerakkan seluruh otot wajahnya untuk membentuk senyuman yang sopan, yang hampir mustahil, jadi dia pada akhirnya gagal melakukanny

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 621

    Daffa memejamkan matanya rapat-rapat, menyembunyikan seberapa besar penderitaan yang dia rasakan di dalam. Dia bisa saja lebih memperhatikan gas hitam yang menyelinap melewatinya. Alih-alih, satu hal yang Daffa bisa lakukan adalah menjaga penghalang itu dengan lebih baik dan mencegah lebih banyak gas hitam melarikan diri.Pikiran berhamburan dari setiap sudut benaknya saat dia memikirkan cara untuk menjadi lebih efisien.Saat itulah suara Teivel terdengar. “Daffa, aku membutuhkan bantuanmu seperti sebelumnya. Jika kamu tidak mau kita kembali lagi ke awal—harus terus-menerus memburu pria tua berjubah hitam itu—dan jika kamu tidak mau diburu oleh pria tua itu, tenangkan dirimu dan bersihkan pikiranmu sekarang juga!”Itu adalah pertama kalinya Daffa mendengar Teivel berbicara dengan nada yang mendesak. Daffa mengernyit dan menyadari dia tidak pernah mengalami emosi yang berkedip dan gejolak batin sebelumnya. Daffa selalu tegas dan fokus, mau dia kaya ataupun miskin.Demikian pula, dia

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 620

    Teivel berbicara dengan suara yang serak tapi puas. “Pria tua itu belum pernah bisa melepaskan kekuatan penuhnya. Dia belum pernah bisa dan masih tidak bisa mengalahkanku meskipun aku sudah menjadi lemah dan tidak dapat lagi menggunakan kekuatanku seperti dulu. Lagi pula, kekuatannya sekarang lebih lemah daripada kekuatanku.”Daffa mengangkat sebelah alisnya terkesan. Dia menoleh ke arah Teivel lagi dan bertanya, “Yah, karena dia telah mengubah dirinya menjadi kabut hitam ini, apa yang harus kita lakukan sekarang?”Wajah menggelap dengan muram, Teivel menjawab, “Bukankah kamu sudah tidak sabar untuk bertanya padaku tentang mantranya? Aku bisa memberitahumu tentang itu sekarang. Ketika kamu dan Yarlin Weis berbincang di dalam ruang kurungan di balik tembok batangan emas itu, energi yang kamu lepaskan—yang mirip seperti lapisan air—adalah sebuah penghalang bermantra.”Daffa mengangguk, tatapan fokusnya tertuju pada Teivel tanpa berpindah sekali pun.“Aku terkesan kamu sudah menguasai

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 619

    “Kamu membuang-buang energimu untuk pikiran-pikiran yang tidak perlu sekarang.” Teivel menekan pundak Daffa, menambahkan, “Aku seharusnya sudah mati sejak lama. Akan tetapi, ajaibnya, kesadaranku tetap ada di dalam buku ini. Maka dari itu, pertemuan kita itu tidak normal dan seharusnya tidak pernah terjadi.”Teivel tidak lagi berbicara. Dia menurunkan tangannya, menyaksikan gas hitam menguap, lalu melihat ke depan ke arah larinya pria tua berjubah hitam itu.Dengan tatapan datar pada Daffa, Teivel berkata, “Kita harus mengejarnya dan membunuhnya sekarang juga—dia selalu terlibat dalam semua penderitaan selama bertahun-tahun. Dapat dikatakan bahwa dia merencanakan benih pertama dari banyak tragedi ini. Jika dia kabur, dia bisa menyamar menjadi siapa pun dan terus melakukan hal-hal buruk. Kita tidak akan ada di sekitar untuk menghentikan dia. Meskipun kamu dan aku adalah ahli bela diri terbangkit dan memiliki jangka hidup yang lebih panjang dibandingkan sebagian besar orang, kita tetap

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 618

    Daffa menghirup bau lebih banyak darah dari retakan itu. Itu mengirimkan sensasi mengerikan di tenggorokannya dan dia ingin muntah. Daffa terus membuka matanya, tidak ingin melewatkan apa yang telah terjadi.Namun, dia langsung mengernyit, terkejut oleh kolam darah tak berujung dan tumpukan-tumpukan mayat yang tinggi. Saat penghalang hitam itu perlahan lenyap, mayat-mayat itu berhamburan ke luar seperti air yang mengalir deras dari bendungan yang bocor.Bibir berkedut, Daffa tidak dapat menerima pemandangan mengerikan dan tidak adil di hadapannya. Napasnya menjadi cepat dan benaknya penuh oleh amarah membunuh.Saat itu, Teivel angkat bicara. Satu-satunya yang berubah adalah kali ini suaranya terdengar dari hadapan Daffa. Teivel membentak, “Daffa, mayat-mayat itu adalah orang-orang berjubah hitam. Kamu mungkin merasa kasihan pada mereka sekarang, tapi pada akhirnya kamu akan mengetahui bahwa mereka tidak pantas menerima ibamu.”Teivel berbicara dengan suara yang tegang dan hampir ma

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 617

    “Meskipun begitu, kamu cukup berani untuk mengetes batasanku pada saat ini,” ujar Daffa, hidungnya berkerut dengan meremehkan.Pria tua itu membeku yang terasa lama sekali. Pada akhirnya, dia menggertakkan giginya dan menundukkan kepalanya sambil melangkah mundur.Daffa yakin pria itu pasti akan langsung berlutut untuk memohon ampun jika pria itu tidak berusaha kabur. Maka, pandangannya tertuju pada pria itu dengan ragu. “Apa yang kamu coba lakukan?”Bertemu pandang dengan Daffa, pria tua itu menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Bukan apa-apa. Hanya saja orang-orang itu telah menelantarkan aku, jadi ….”“Jadi, kamu berniat membuatku mengejar mereka dan membunuh mereka,” jawab Daffa yang mengerutkan alisnya.Pria itu mengangguk.“Apakah kamu yakin?” tanya Daffa, matanya sedikit membelalak. “Kamu merasa puas meskipun kamu akan tetap mati nantinya?”Tanpa ragu, pria tua itu mengangguk.Seringai lebar merekah di wajah Daffa pada saat itu. Dia tahu pria itu tidak memiliki niat ter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 616

    Edward mengedipkan matanya, matanya tertuju pada Daffa dan fokus. Lalu, bibirnya mulai gemetar saat dia berkata, “Tuan Halim, saya tidak menyangka bisa melihat Anda lagi.”Daffa memutar bola matanya. “Maksudmu, kamu akan mati atau apakah kamu takut aku akan mati?”Edward terhuyung, lalu menggelengkan kepalanya. “Bukan itu yang saya maksud, Tuan.”Daffa tersenyum. “Aku tahu itu, tentu saja. Aku hanya merasa caramu mengatakannya lucu.” Mereka saling bertatapan dan melihat kelegaan di mata satu sama lain. Briana masih berdiri di atas tumpukan puing seraya dia mengamati mereka berdua berbincang di samping tornado. Briana menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya.Kemudian, dia menangkupkan kedua tangannya di sekitar mulutnya, menyalurkan kekuatan jiwanya ke tenggorokannya, dan berkata dengan lantang, “Ayo turun! Tuan Halim, mentor Anda dan pria tua itu telah pergi. Kita harus mengejar mereka.”Daffa mengernyit. Dia pikir Teivel dan pria tua itu telah berpindah ke tempat lain, mirip

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status