“Ada juga pria di pintu masuk utama perusahaan yang mengawasi semua anggota keamanan!” Berpikir begitu, semua rambut di punggung direktur itu menegak.Berdiri di hadapan si direktur, Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Itu reaksi yang aneh. Kamu terlihat ketakutan, tapi aku tidak tahu kenapa. Apakah aku perlu mengingatkanmu bahwa kamu memintaku untuk datang kemari? Kukira kamu setidaknya akan siap secara mental untuk menghadapi konsekuensinya setelah aku tiba.”Mulut direktur itu menganga sangat lama. Di suatu titik, direktur itu kembali tersadar dan memohon, “M … Maafkan aku! Aku sangat bersedia untuk menyampaikan permintaan kepada para atasanku. Aku bersumpah aku sangat bersedia, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku mungkin akan kehilangan pekerjaanku. Lagi pula, perusahaan ini tidak dimiliki oleh satu orang saja dan kami juga merupakan saluran televisi ….”Dia menelan ludah dan memandang lantai setelah mengatakannya. Roda gigi di dalam otaknya berputar kencang, m
Daffa menaikkan sebelah alisnya, mengenali kepala penjaga keamanan itu karena mereka sebelumnya menaiki lift bersama. Dia dengan tenang berkomentar, “Kamu terlihat lebih baik mengenakan setelan jas ini daripada seragam penjaga keamanan sebelumnya.”Reaksi Daffa anehnya sangat tenang meskipun dia melihat kepala penjaga keamanan, yang seharusnya hanya menghasilkan 37,5 juta rupiah per bulannya, berganti pakaian dengan setelan jas mahal.Perubahan itu menandakan bahwa penjaga keamanan itu, pada kenyataannya, merupakan seseorang berstatus tinggi dan bertanggung jawab mendistribusikan gaji para karyawan lainnya.Karena Daffa tenang, kepala penjaga keamanan itu tidak bisa menahan emosinya. Alisnya menaik sangat tinggi terkejut seraya tersenyum pada Daffa. “Kamu tidak terlihat terkejut oleh identitasku yang sebenarnya. Apakah kamu sudah mengetahuinya lebih dulu?”Setelah mendengar hal itu, Daffa, yang hendak melangkah maju, berhenti melangkah. Ambang pintu lift adalah satu-satunya hal yan
Daffa maju satu langkah, berbalik untuk menghadap ke depan, dan memasuki ruang rapat itu.Penjaga keamanan itu membeku dengan tatapan kosong. Butuh waktu yang lama baginya sebelum tersadar kembali, bergegas menyusul Daffa sementara matanya bergerak-gerak ke sana kemari di tempat itu.Kemudian, dia tersenyum dengan hangat pada Daffa dan berkata, “Sebelum kita menugaskan penerus baru FT TV, aku akan melayanimu dengan sebaik mungkin. Seperti itulah kurang lebih situasinya nanti. Dalam keadaan apa pun, aku akan sangat senang melayanimu.”Kerutan muncul di wajah Daffa sesaat, tapi dia tidak mengatakan apa-apa karena dia tahu kepala penjaga keamanan di sampingnya sedang mengatakan kebenarannya. Itu adalah pemikiran sesungguhnya penjaga keamanan itu.Namun, Daffa tidak memerlukan itu. Dia hanya ingin mengumpulkan para petinggi perusahaan saluran televisi itu di ruang rapat saat itu juga. Barulah saat itu dia bisa tenang dan melakukan apa yang dia inginkan. Meskipun dia merasa cemas, dia t
“Kalau begitu, sesuai keinginanmu. Aku akan mengumpulkan dewan direksi lainnya untuk memulai rapatnya. Aku sudah memberi tahu mereka sebelumnya melalui laptopku, tapi mereka mengabaikan aku—mereka tidak pernah menganggapku serius. Ada juga manajer bisnis menyusahkan yang sebelumnya kurekrut. Walaupun aku tidak mau mengakuinya, tapi aku tidak bisa menyangkal kurangnya kemampuanku untuk mengatur saluran televisi ini. Demikian pula, ketidakpedulianku membuat para karyawan melakukan hal-hal buruk sesuka hati mereka.”Kemudian, dia berjalan pergi dengan kepala yang tertunduk. Kekecewaan membebani pundaknya karena dia pernah menghabiskan begitu banyak energi untuk menjalankan FT TV. Akan tetapi, akhir-akhir ini, yang bisa dia lakukan hanyalah duduk di pintu utama perusahaan dan menyaring tamu mana saja yang datang dengan niat buruk. Yang memperburuk semuanya, dia sekarang tidak memiliki pilihan selain menyerahkan FT TV pada Daffa.Masih duduk di kursi, Daffa tahu setiap kata yang dikatakan
Daffa tahu kepala penjaga keamanan itu murka karena prasangka mahasiswa lainnya dan dia dapat meledak kapan pun. Senyuman geli melengkung di wajah Daffa seraya dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Itu karena aku saat itu belum mengetahui bahwa aku adalah pewaris keluarga kaya. Kemiskinan yang pernah kualami itu sangat nyata—begitu parah hingga aku tidak berani makan sampai aku merasa kenyang setiap kali aku makan, takut aku akan kehabisan uang.”Dia berbicara dengan sangat tenang, tapi perkataannya menyentuh penjaga keamanan itu yang matanya memerah. Maka dari itu, Daffa tersenyum tidak berdaya, meluruskan punggungnya, dan berjalan menghampiri kepala penjaga keamanan itu. Dia lalu meremas bahu pria itu untuk menenangkannya.“Kamu tidak perlu merasa emosional untukku karena aku tidak merasa hal-hal yang telah kulakukan di masa lalu patut untuk ditangisi,” katanya sambil tersenyum cerah.Hal itu hanya membuat penjaga keamanan itu makin merasa kasihan pada Daffa. Namun, dia tidak
Dia menjadi tenang dan otaknya mulai bekerja lagi. Dia tidak tahu apakah Daffa sedang mengatakan yang sebenarnya karena ekspresi wajahnya yang sangat datar. Itu berbeda sekali dengan deskripsi yang ada di buku psikologi mengenai ekspresi seseorang yang bersemangat.Sebagai seorang aktor, kepala penjaga keamanan itu pernah mengambil kelas psikologi untuk memerankan karakternya dengan lebih realistis. Dengan begitu, dia percaya buku itu benar. Dia memandang Daffa dan mencoba membacanya.Daffa tahu apa yang sedang dilakukan oleh pria itu, tapi dia tidak merespons. Setelah keheningan selama beberapa detik, dia berkata, “Aku ingin tahu alasan ketidakhadiranmu. Firasatku memberitahuku alasannya sama dengan kenapa kamu menjadi penjaga keamanan di sini. Pada akhirnya, aku akan berurusan dengan orang-orang ini, jadi tidak ada gunanya kamu menyembunyikan kenyataannya. Jika kamu ingin terus menjadi orang sukses dengan karier yang sukses, orang-orang ini hanya akan menjadi penghambat bagimu—sepe
“Dia juga memiliki banyak pemikiran yang tidak dapat diterima secara sosial. Awalnya, situasinya tidak berjalan dengan baik baginya karena tindakannya membuat orang-orang takut padanya. Seraya waktu berlalu, orang-orang mulai lupa dan di bawah pengawasan ayahku, dia makin menjadi seperti manusia normal—manusia yang pintar membuat orang lain bahagia.” Penjaga keamanan itu menatap Daffa dengan serius.“Kamu harus memercayai aku. Aku sudah memberi tahu banyak sekali orang mengenai hal ini, tapi tidak ada yang memercayaiku. Aku mengatakan kebenarannya!” Suaranya gemetar karena gelisah.Daffa mengangguk dan menepuk bahunya. “Tenanglah. Aku mengenal Felix. Dia meninggal setelah melompat dari jendela ruanganku. Hal itu sudah tersebar di internet dan pihak berwajib telah menginterogasiku mengenai hal itu. Dia sudah mati, jadi tidak ada yang perlu kamu khawatirkan.”Penjaga keamanan itu menundukkan kepalanya, tidak ingin Daffa melihat betapa emosinya tidak terkendali. Daffa menatapnya dan me
Itulah kenapa dia ada di sini. Ini adalah satu-satunya kesempatan dia. Dia awalnya merupakan pria terkaya di Kota Almiron, tapi Daffa dengan mudah merenggut semua itu darinya. Ini berarti tidak ada keluarga kaya lain di Kota Almiron yang bisa membantunya karena mereka tidak akan mampu melawan Daffa.Rafael telah mencoba memilih antara mengulang dari awal di tempat baru sebelum kembali untuk balas dendam dan melepaskannya. Meskipun dia baru saja mendengar tentang Keluarga Halim dan tidak tahu banyak mengenai mereka, dia sangat paham bahwa mereka cukup kaya dan berpengaruh untuk memiliki mata dan telinga di banyak kota yang berbeda. Ini berarti Keluarga Halim jauh lebih mengerikan dari yang dia bayangkan.Pada saat ini, Daffa terduduk di ruang kerjanya seraya dia memikirkan mengenai perusahaan ayah kepala penjaga keamanan itu. Kepala penjaga keamanan itu telah meninggalkan ruangan, tapi dia tiba-tiba kembali. Dia bergegas memasuki ruangan dan dengan cepat menutup pintu. Tindakannya yan
Daffa menatap ponselnya dengan datar. Tidak ada yang bisa mengetahui apa yang sedang dia pikirkan, bahkan Alicia yang telah menguping panggilan telepon itu dari awal sekalipun.Keheningan selama beberapa saat berlalu sebelum Alicia mengumpulkan keberanian untuk menghampiri sisi Daffa. Dia menjaga jarak sejauh dua langkah dari Daffa sambil berbicara, “Tuan, bukankah sebaiknya kita pergi dan selamatkan Kate? Lagi pula, dia belum melakukan kesalahan apa pun selama ini.”Meskipun Daffa menoleh untuk bertatapan dengan Alicia, butuh beberapa saat sebelum Daffa menghela napas dan menjawab, “Benar, dia tidak bersalah. Namun, orang yang terbaik untuk menangani hal ini bukan kita.”Daffa berbicara tanpa perasaan, seperti bagaimana dia menatap Alicia.Suara itu tidak hangat sama sekali hingga tubuh Alicia secara naluriah gemetar. Alicia tidak lagi berani bertatapan dengan Daffa pada saat itu.Menghela napas, Daffa bertanya, “Apakah kamu sadar yang kamu lakukan sekarang sama seperti apa yang
Barulah saat itu Daffa menyadari bahwa Teivel membohonginya. Buku itu belum sedikit pun puas dengan pasokan energi Daffa. Namun, dia sudah melakukannya sejauh ini. Maka dari itu, Daffa tidak memiliki alasan untuk menyerah.Dia menggertakkan giginya dan terus memaksakannya sampai tetes terakhir kekuatan jiwanya keluar dari tubuhnya. Tidak lama, keringat membasuhinya dari kepala sampai kaki. Ketika dia kehabisan tenaga dan ingin menyerah, dia merasakan kekuatan jiwa yang kuat mengalir keluar dari sisinya—itu adalah kekuatan jiwanya.Kekuatan jiwa itu meledak dari dalam dirinya, tertuang ke dalam buku yang kemudian bergetar hebat. Kemudian, semuanya mereda.Kerutan terukir di wajah Daffa saat dia akhirnya menyadari apa yang sedang terjadi. Rasa syukur memenuhi dadanya pada saat itu selagi dia berpikir, “Jika bukan karena Teivel, aku tidak akan menyadari bahwa aku punya potensi sebesar itu.”Teivel berdiri di samping sambil menyeringai bangga, suaranya terdengar lebih ringan dibandingk
Keheningan terus berlanjut hingga pria itu terkekeh. “Kamu tidak perlu sepanik itu. Bukuku dan aku telah lama ada di tubuhmu selama beberapa waktu. Aku hanya menampilkan diriku sekarang karena luka-lukaku telah sepenuhnya pulih. Daffa Halim, kurasa kamu sebaiknya memanggilku dengan hormat sebagai mentormu.”Daffa masih terkejut membeku saat ditatap oleh pria itu. Rasanya hampir seperti ayahnya sedang memandangnya pada saat itu, jadi dia membutuhkan waktu untuk kembali tersadar. Setelah mengangguk dengan ragu-ragu, dia hendak melakukan sesuai yang diperintahkan ketika suara tenang pria itu berbicara lagi.“Panggil aku ‘Pak,’ seperti kamu menyebut sosok ayah,” kata pria itu.Mulut Daffa menganga lebar lagi.Namun, pria itu tampaknya tidak kesal oleh sambutan Daffa yang tertunda. Alih-alih, dia tersenyum lebih lebar dan menambahkan, “Aku adalah orang Timur. Keterampilan bela diri yang sekarang sedang kamu pelajari juga berasal dari Timur. Itulah sebabnya aku ingin kamu menyebutku seba
“Itu tidak bagus. Aku harus menyelesaikan ini sekarang juga. Sebagai orang miskin yang kemudian mewarisi kekayaan yang tidak terbatas, aku tahu hasil yang mengerikan bagi mereka yang mengembangkan aura dendam dan amarah,” pikir Daffa. Maka, dia menghela napas dalam-dalam dan beranjak duduk di kasurnya, lengannya tersilang.Dia mencoba berkomunikasi dengan tato buku di lengannya, tapi dia tidak pernah membayangkan buku itu akan mewujudkan dirinya di depannya. Sambil mengerutkan alisnya, Daffa mengangkat telapak tangannya, membuat buku itu menurunke tangannya. Matanya menyipit karena dia merasa sedikit terkejut oleh sikap dan perilaku yang tidak biasa dari buku itu. Ketika dia masih terbengong, buku itu tiba-tiba terbuka sendiri.Itu menyulutkan sisi praktis Daffa, jadi dia dengan cepat masuk ke dalam mode fokus dan mengamati apa yang ingin ditunjukkan oleh buku itu. Seperti yang diduga, lembarannya juga berwarna hitam.Melihat itu membuat mata Daffa melengkung senang, tapi dia tidak
“Entah kenapa, Tuan Halim terlihat sangat menakutkan! Rasanya seakan-akan dia adalah pencabut nyawa yang sedang mengincar seseorang!” pikir Edward.Daffa membuka matanya, perhatiannya berpindah ke arah pintu langsung. “Masuklah.”Barulah saat itu Edward mencoba melangkah masuk dan mengintip keluar dari balik pintu sambil tersenyum. “T … Tuan, saya hanya ingin mengetahui keputusan Anda karena kedua undangan itu menyebutkan bahwa acaranya diadakan besok malam.”“Benar, aku telah memutuskan untuk tidak pergi ke keduanya.” Daffa mengangguk sambil berbicara seakan-akan dia tidak peduli sama sekali. Dia kemudian melempar undangannya ke meja di depannya. Bersandar dengan nyaman di kursinya, dia menyilangkan satu kaki di atas kakinya yang lain dan terlihat santai.Edward berdiri di hadapan meja, mulutnya menganga begitu lebar sehingga dia bisa menangkap lalat dengan mulutnya. Dia tidak memahami apa pun yang Daffa pikirkan, jadi dia terus melongo, tapi tidak ada kata-kata yang keluar.Kesa
“Kedua keluarga itu lumayan, tapi mereka membagi hasil jerih payah mereka dengan kerabat mereka. Sayangnya, tidak ada orang yang baik dari kerabat mereka,” pikir Daffa sambil menghela napas dan bersandar di kursi.Dia baru saja memejamkan matanya ketika beberapa langkah kaki mendekat. Edward membawa seorang pria mengenakan tuksedo dan topi tinggi ke dalam ruangan.Pria itu berhenti di hadapan meja Daffa, melepaskan topinya untuk memberi hormat kepada Daffa sebelum dia dapat berbicara. “Tuan Halim, atasan saya, Kate, menyuruh saya untuk menyampaikan undangan ini. Dia ingin Anda bertemu dengannya. Permasalahan mengenai kepala Keluarga Aruna juga akan didiskusikan dalam pertemuan itu.”Sambil mengatakannya, dia menegakkan tubuhnya dan menatap mata Daffa dengan ekspresi yang rumit.Meskipun Daffa terus memejamkan matanya, dia bisa merasakan perasaan bawahan Kate yang berlawanan. Daffa tidak repot-repot membuka matanya ketika dia menjawab, “Tidak ada yang boleh menguping atau menyebarka
Daffa tahu itu adalah langkah kaki Alicia. Daffa berbalik ke arah pintu. Seperti yang diduga, ketukan terdengar sebelum dua menit berlalu. Daffa dengan tenang berkata, “Masuklah. Pintunya tidak dikunci.”Alicia datang untuk mengatakan hal yang sama seperti Erin sebelumnya. Dia membuka pintu dan berseru, “Tuan, apakah Anda sudah melihat situasi di internet?”“Aku melihatnya,” jawab Daffa sambil tersenyum. Dia bersandar ke pagar balkon dan berkata, “Namun, kamu tidak perlu khawatir. Dalang di balik ini sangat terburu-buru sehingga dia tidak menunggu kita untuk melakukan pergerakan. Dia mungkin akan segera tiba.”Saat itulah salah satu penjaga keamanan hotel datang untuk berbicara dengan Alicia. Wajahnya berkerut dengan kecemasan saat dia berkata, “Nona Alicia, seseorang mengirimkan undangan untuk Tuan Halim. Mereka menyuruh saya untuk mengirimkannya padanya sesegera mungkin. Kalau tidak, saya akan menyesal tidak melakukannya dan harus membayar bayaran yang besar.”Penjaga itu tetap m
“Kalau begitu, aku akan percayakan kesehatan Briana padamu.” Daffa tersenyum. Dia kemudian langsung berjalan ke lantai bawah tanpa memberikan Shelvin kesempatan untuk menjawab. “Sekarang, ada banyak hal lain yang perlu kuurus.”Shelvin berdiri di tangga dan menunggu hingga Daffa menghilang dari pandangannya sebelum kembali ke kamar Briana.…Ketika Daffa tiba di lantai kedua, dia telah meletakkan tangannya di dalam saku dan langkah kakinya sedikit semangat. Itu belum lama sebelum dia mendengar suara seseorang bernapas di lorong.Mengangkat kepalanya, dia dengan penasaran mengerutkan alisnya kepada Alicia yang berdiri di hadapannya. “Aku ingin tahu kenapa kamu muncul di hadapanku lagi.”Merasakan tidak ada kemarahan di suara maupun wajah Daffa, Alicia melemaskan rahangnya sebelum berkata, “Maaf, Tuan. Saya lupa memberi tahu satu hal ….”Alicia terlalu takut untuk menatap mata Daffa, jadi kepalanya tertunduk dengan malu.Daffa terus meletakkan tangannya di dalam saku dengan cara y
Penjaga keamanan tersebut menjawab, “Kita tidak perlu melakukan semua itu. Banyak orang bersedia untuk membantu kita melindungi reputasi kita.”Alis Alicia berkerut tidak senang seraya dia membentak, “Apa maksudmu dengan itu? Jelaskan sekarang!”Tatapan dinginnya menusuk penjaga keamanan itu, menyebabkan napas pria itu menjadi cepat.Meskipun penjaga keamanan itu merasa sangat gugup, dia mengumpulkan keberaniannya untuk menunjukkan Alicia ponselnya sambil menatap matanya. “Iya, Nona Alicia. Silakan lihat unggahan-unggahan di internet ini. Mereka semua memuji kita.”Di ponselnya, ada beberapa unggahan yang bertuliskan, “Wah! Si Daffa Halim itu membuatku terkejut. Dia terlihat sangat muda, tapi dia menaklukkan Keluarga Ganendra yang busuk itu seakan itu bukanlah apa-apa!”“Kota Almiron terasa lebih aman untuk ditinggali dari hari ke hari. Tempat ini memang jelek, tapi dari dulu memang selalu begini.”“Aku tidak setuju. Kehidupan kita di kota jauh lebih baik karena sekarang orang-or