Mia tetap berlutut di tanah. Di sampingnya, Daffa bisa merasakan keraguan di pandangan Mia yang tertunduk. Namun, Mia tidak mengatakan apa-apa dan hanya berdiri sebelum berjalan pergi. Jawabannya sangat jelas bagi Daffa.Sementara itu, Daffa mendengar pria berjubah hitam menghampirinya dan tahu pria itu hendak membunuhnya. Menolak untuk mati bagaimanapun caranya, Daffa membuka matanya. Baik dia maupun pria itu tidak merencanakan hal itu.Ketika sinar matahari yang terik menyinari mata Daffa, Daffa membeku kebingungan selama dua detik. Segera setelahnya, rasa sakit yang dia rasakan menjadi sangat tidak tertahankan hingga dia bangkit berdiri seketika. Tubuhnya belum pulih sepenuhnya dan karena pergerakannya yang drastis yang menggunakan beberapa energinya, Daffa tidak sengaja melukai dirinya lagi.Namun, kali ini dia pulih lebih cepat. Setelahnya, dia memeriksa luka-luka dalam di balik kulitnya, mengetahui tidak ada orang lain yang bisa melihatnya.Meskipun begitu, Faris, yang berdir
Selain kawah yang baru terbentuk oleh Faris sangat dalam sampai tidak ada yang bisa melihat dasarnya, partikel tanah besar seperti kerikil dan debu beterbangan di udara, mewarnai tempat itu dengan warna sepia.Berdasarkan hukum gerak, pukulan Faris membuat lubang yang sangat dalam di tanah sehingga partikel-partikel tanah beterbangan sejauh dan dengan kekuatan yang sama dengan pukulannya. Mereka menyerbu ke arah Mia yang pikirannya kosong karena terkejut menyaksikan semua itu. Lapisan-lapisan puing itu menimpa tubuhnya.Situasi seperti itu terasa seperti keajaiban tapi juga mimpi bagi Daffa. Perputaran emosi memenuhi tubuhnya sambil dia membelalakkan matanya, menyadari tangan kosongnya sudah lebih dari cukup untuk menyebabkan kerusakan besar pada Faris.Merasakan tidak ada tarikan ataupun embusan napas dari Mia, Daffa bertanya-tanya apakah dia telah mati karena tumbukan itu. Napasnya lalu menjadi cepat seraya dia mencoba memproses berita yang mengkhawatirkan itu layaknya manusia bia
Mata Faris membelalak seketika saat Daffa tiba-tiba menarik kembali tangannya. Tentu saja, Daffa tidak bermaksud untuk mengampuni Faris, tapi Faris tidak mengetahuinya. Alis Faris menaik seraya matanya menusuk Daffa.“Apa yang kamu lakukan sekarang membuatku bingung. Aku tidak mengerti kenapa kamu akan berhenti membunuhku saat sudah setengah jalan, tapi kusarankan agar bunuh aku sekarang. Kebencianku padamu sudah mencapai puncak yang lebih tinggi daripada sebelumnya, jadi jika aku berhasil bertahan hidup hari ini, aku tidak akan ragu-ragu untuk menghabiskan sisa hidupku untuk menyerangmu. Aku akan memastikan kamu menghabiskan sisa hidupmu dalam tekanan!”Bibir Daffa melengkung seraya dia mengejek, “Kamu bahkan tidak bisa membunuhku ketika kondisi tubuhmu dalam keadaan prima dan dibantu oleh rekanmu. Apakah kamu benar-benar berpikir aku akan takut jika kamu kembali untuk menyerangku setelah pulih dari luka-luka beratmu?”Meskipun Daffa tampak seperti mengejek, nada bicaranya tetap da
“Setelah pelatihan kami berakhir, kami menjadi milik orang yang membeli kami—pemilik kami. Kami tidak bisa menolak bahkan jika mereka meminta kami melakukan sesuatu yang aneh seperti menukar anggota tubuh kami dengan orang lain.”Raut wajah Faris berkerut dengan getir saat dia berkata, “Tidak penting apa yang kami rasakan ataupun pikirkan.”Setiap bagian tubuh Daffa gemetar oleh amarah setelah mendengarnya. Dia tidak pernah mengalami atau berpikir bahwa mungkin untuk merasakan emosi seintens itu. Namun, reaksi tubuhnya sekarang membuktikan bahwa dia salah. Amarah menjalar ke pembuluh darahnya seraya dia memejamkan matanya, lalu membukanya.“Kamu memiliki bagian tubuh dan kemampuan Shelvin sekarang,” ujarnya dengan tenang.Faris terbaring di tanah dan setelah mendengar perkataan Daffa, dia akhirnya menyadari bahwa mungkin pandangannya terhadap dunia sepenuhnya salah. Kemudian, dia memejamkan mata dan tetap terdiam, menguatkan dirinya untuk menerima pukulan mental yang berat.Sebena
Daffa merasakan keraguan di suara Briana dan langsung tahu tempat itu tidak aman. Maka, dia menggeleng kepalanya.“Tidak, aku tidak akan mengizinkan kita pergi ke sana kalaupun tempat yang kamu sebutkan sama seperti yang Faris ungkit. Itu bukanlah pilihan yang bijak bagi kita. Bagaimanapun, Shelvin sudah mati sekarang, jadi kita tidak perlu mendapatkan jaringan tubuhnya yang tersisa. Lagi pula, aku yakin Shelvin tidak akan keberatan jika jaringannya ditransplantasikan ke orang berbakat lainnya dan memberikan mereka kesempatan yang lebih baik dalam hidup mereka. Dia adalah orang yang baik, ‘kan?”Mata Briana membelalak pada Daffa. Gagasan untuk memberikan jasad Shelvin untuk menciptakan musuh yang lebih kuat membuatnya takut, jadi dia sepenuhnya menolak hal itu di dalam benaknya. Namun, dia tahu posisinya sebagai pengawal. Briana mau tidak mau harus mematuhi perintah bosnya.Dia selalu menyuarakan pendapatnya sebelumnya karena Daffa adalah bos yang lebih memaafkan daripada kebanyakan
Dahlia mengeluarkan teriakan yang melengking dari ujung telepon lainnya. “Kenapa? Untuk apa kamu menelepon polisi karena masalah sekecil ini? Buang-buang uang saja! Ditambah, apakah kamu sudah lupa kalau kita pernah bekerja bersama? Aku yakin kita akan sering bertemu satu sama lain karena alasan yang sama.”Dia mencengkeram dadanya dengan erat dan memasang ekspresi wajah yang sedih saat mengatakannya. Sayangnya, dia lupa Daffa tidak bisa melihatnya karena mereka sedang melakukan panggilan suara.“Yang kamu katakan tidak masuk akal,” ujar Daffa dengan dingin. “Tidak ada hal spesial yang terjadi dari pertemuan kita. Ditambah, kehadiranmu saat itu selalu membuatku jengkel. Kamu juga tampaknya lupa kita sedang melakukan panggilan suara, bukan panggilan video.”Dia dengan cepat memutuskan sambungan telepon dan mengembalikan ponselnya ke dalam saku setelahnya. Meletakkan kedua tangan di pinggang, dia mengernyit sambil memperhatikan setiap sentimeter dari area di depannya, menduga Dahlia k
Pria botak itu lalu merebut ponsel dari tangan Dahlia dan berteriak dengan suara yang memicu rasa takut orang lain.“Sebaiknya tunjukkan dirimu di hadapanku sekarang. Kalau tidak, aku bisa menjamin kamu akan berakhir mengenaskan. Ketahuilah ini—aku lebih bernilai daripada Dahlia. Kuharap kamu cukup pintar untuk tidak meremehkan kekuatan pendapat publik.”Dia mematikan telepon setelah mengatakannya.Sementara itu, alis Daffa berkerut setelah mendengar klik dari ujung telepon lainnya. Segala hal berjalan di luar rencana awal Daffa. Dia mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat waktu sebelum mengembalikan tangannya ke pinggangnya.Di saat yang sama, dia duduk di kursi pengemudi, mengetuk dasbor dengan tangannya yang lain, dan menghela napas.Briana sudah memasuki mobil, wajahnya berkerut dengan kekhawatiran ketika dia melihat raut wajah Daffa.“Tuan, saya adalah ahli bela diri terbangkit. Walaupun saya tidak lebih terampil dari Anda—oh, yah, itu tidak penting ….” Sebelum dia bi
Daffa menghela napas dengan getir, menambahkan, “Itu adalah sesuatu yang akan kuubah setelah aku kembali ke kantor. Namun, sebelum kita melakukan itu, kamu harus beristirahat karena kamu harus sehat sepenuhnya untuk membantuku menyelesaikan hal-hal ketika kita kembali ke West Atlantics Int’l. Lagi pula, kamu belum pernah ke sana sebelumnya, jadi bekerja di sana akan membebanimu. Satu-satunya perbedaan mengenai West Atlantics Int’l adalah tidak ada yang akan berani melukaimu di bawah pengawasanku. Kamu aman di sana dan itu lebih baik daripada tempat ini.”“Iya. Tidak akan ada yang berani melukai saya di West Atlantics Int’l karena Anda adalah pemilik perusahaannya. Itu adalah markas Anda,” jawab Briana yang tersenyum dan mengangguk dengan penuh keyakinan.Kepercayaan penuh itu membuat jantung Daffa berdebar kencang saat itu juga. Setelah dia menyadari detak jantungnya yang menggila, ujung matanya berkerut menatap Briana dengan rasa ingin tahu.Kemudian, dia memalingkan pandangannya d
Itulah kenapa dia ada di sini. Ini adalah satu-satunya kesempatan dia. Dia awalnya merupakan pria terkaya di Kota Almiron, tapi Daffa dengan mudah merenggut semua itu darinya. Ini berarti tidak ada keluarga kaya lain di Kota Almiron yang bisa membantunya karena mereka tidak akan mampu melawan Daffa.Rafael telah mencoba memilih antara mengulang dari awal di tempat baru sebelum kembali untuk balas dendam dan melepaskannya. Meskipun dia baru saja mendengar tentang Keluarga Halim dan tidak tahu banyak mengenai mereka, dia sangat paham bahwa mereka cukup kaya dan berpengaruh untuk memiliki mata dan telinga di banyak kota yang berbeda. Ini berarti Keluarga Halim jauh lebih mengerikan dari yang dia bayangkan.Pada saat ini, Daffa terduduk di ruang kerjanya seraya dia memikirkan mengenai perusahaan ayah kepala penjaga keamanan itu. Kepala penjaga keamanan itu telah meninggalkan ruangan, tapi dia tiba-tiba kembali. Dia bergegas memasuki ruangan dan dengan cepat menutup pintu. Tindakannya yan
“Dia juga memiliki banyak pemikiran yang tidak dapat diterima secara sosial. Awalnya, situasinya tidak berjalan dengan baik baginya karena tindakannya membuat orang-orang takut padanya. Seraya waktu berlalu, orang-orang mulai lupa dan di bawah pengawasan ayahku, dia makin menjadi seperti manusia normal—manusia yang pintar membuat orang lain bahagia.” Penjaga keamanan itu menatap Daffa dengan serius.“Kamu harus memercayai aku. Aku sudah memberi tahu banyak sekali orang mengenai hal ini, tapi tidak ada yang memercayaiku. Aku mengatakan kebenarannya!” Suaranya gemetar karena gelisah.Daffa mengangguk dan menepuk bahunya. “Tenanglah. Aku mengenal Felix. Dia meninggal setelah melompat dari jendela ruanganku. Hal itu sudah tersebar di internet dan pihak berwajib telah menginterogasiku mengenai hal itu. Dia sudah mati, jadi tidak ada yang perlu kamu khawatirkan.”Penjaga keamanan itu menundukkan kepalanya, tidak ingin Daffa melihat betapa emosinya tidak terkendali. Daffa menatapnya dan me
Dia menjadi tenang dan otaknya mulai bekerja lagi. Dia tidak tahu apakah Daffa sedang mengatakan yang sebenarnya karena ekspresi wajahnya yang sangat datar. Itu berbeda sekali dengan deskripsi yang ada di buku psikologi mengenai ekspresi seseorang yang bersemangat.Sebagai seorang aktor, kepala penjaga keamanan itu pernah mengambil kelas psikologi untuk memerankan karakternya dengan lebih realistis. Dengan begitu, dia percaya buku itu benar. Dia memandang Daffa dan mencoba membacanya.Daffa tahu apa yang sedang dilakukan oleh pria itu, tapi dia tidak merespons. Setelah keheningan selama beberapa detik, dia berkata, “Aku ingin tahu alasan ketidakhadiranmu. Firasatku memberitahuku alasannya sama dengan kenapa kamu menjadi penjaga keamanan di sini. Pada akhirnya, aku akan berurusan dengan orang-orang ini, jadi tidak ada gunanya kamu menyembunyikan kenyataannya. Jika kamu ingin terus menjadi orang sukses dengan karier yang sukses, orang-orang ini hanya akan menjadi penghambat bagimu—sepe
Daffa tahu kepala penjaga keamanan itu murka karena prasangka mahasiswa lainnya dan dia dapat meledak kapan pun. Senyuman geli melengkung di wajah Daffa seraya dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Itu karena aku saat itu belum mengetahui bahwa aku adalah pewaris keluarga kaya. Kemiskinan yang pernah kualami itu sangat nyata—begitu parah hingga aku tidak berani makan sampai aku merasa kenyang setiap kali aku makan, takut aku akan kehabisan uang.”Dia berbicara dengan sangat tenang, tapi perkataannya menyentuh penjaga keamanan itu yang matanya memerah. Maka dari itu, Daffa tersenyum tidak berdaya, meluruskan punggungnya, dan berjalan menghampiri kepala penjaga keamanan itu. Dia lalu meremas bahu pria itu untuk menenangkannya.“Kamu tidak perlu merasa emosional untukku karena aku tidak merasa hal-hal yang telah kulakukan di masa lalu patut untuk ditangisi,” katanya sambil tersenyum cerah.Hal itu hanya membuat penjaga keamanan itu makin merasa kasihan pada Daffa. Namun, dia tidak
“Kalau begitu, sesuai keinginanmu. Aku akan mengumpulkan dewan direksi lainnya untuk memulai rapatnya. Aku sudah memberi tahu mereka sebelumnya melalui laptopku, tapi mereka mengabaikan aku—mereka tidak pernah menganggapku serius. Ada juga manajer bisnis menyusahkan yang sebelumnya kurekrut. Walaupun aku tidak mau mengakuinya, tapi aku tidak bisa menyangkal kurangnya kemampuanku untuk mengatur saluran televisi ini. Demikian pula, ketidakpedulianku membuat para karyawan melakukan hal-hal buruk sesuka hati mereka.”Kemudian, dia berjalan pergi dengan kepala yang tertunduk. Kekecewaan membebani pundaknya karena dia pernah menghabiskan begitu banyak energi untuk menjalankan FT TV. Akan tetapi, akhir-akhir ini, yang bisa dia lakukan hanyalah duduk di pintu utama perusahaan dan menyaring tamu mana saja yang datang dengan niat buruk. Yang memperburuk semuanya, dia sekarang tidak memiliki pilihan selain menyerahkan FT TV pada Daffa.Masih duduk di kursi, Daffa tahu setiap kata yang dikatakan
Daffa maju satu langkah, berbalik untuk menghadap ke depan, dan memasuki ruang rapat itu.Penjaga keamanan itu membeku dengan tatapan kosong. Butuh waktu yang lama baginya sebelum tersadar kembali, bergegas menyusul Daffa sementara matanya bergerak-gerak ke sana kemari di tempat itu.Kemudian, dia tersenyum dengan hangat pada Daffa dan berkata, “Sebelum kita menugaskan penerus baru FT TV, aku akan melayanimu dengan sebaik mungkin. Seperti itulah kurang lebih situasinya nanti. Dalam keadaan apa pun, aku akan sangat senang melayanimu.”Kerutan muncul di wajah Daffa sesaat, tapi dia tidak mengatakan apa-apa karena dia tahu kepala penjaga keamanan di sampingnya sedang mengatakan kebenarannya. Itu adalah pemikiran sesungguhnya penjaga keamanan itu.Namun, Daffa tidak memerlukan itu. Dia hanya ingin mengumpulkan para petinggi perusahaan saluran televisi itu di ruang rapat saat itu juga. Barulah saat itu dia bisa tenang dan melakukan apa yang dia inginkan. Meskipun dia merasa cemas, dia t
Daffa menaikkan sebelah alisnya, mengenali kepala penjaga keamanan itu karena mereka sebelumnya menaiki lift bersama. Dia dengan tenang berkomentar, “Kamu terlihat lebih baik mengenakan setelan jas ini daripada seragam penjaga keamanan sebelumnya.”Reaksi Daffa anehnya sangat tenang meskipun dia melihat kepala penjaga keamanan, yang seharusnya hanya menghasilkan 37,5 juta rupiah per bulannya, berganti pakaian dengan setelan jas mahal.Perubahan itu menandakan bahwa penjaga keamanan itu, pada kenyataannya, merupakan seseorang berstatus tinggi dan bertanggung jawab mendistribusikan gaji para karyawan lainnya.Karena Daffa tenang, kepala penjaga keamanan itu tidak bisa menahan emosinya. Alisnya menaik sangat tinggi terkejut seraya tersenyum pada Daffa. “Kamu tidak terlihat terkejut oleh identitasku yang sebenarnya. Apakah kamu sudah mengetahuinya lebih dulu?”Setelah mendengar hal itu, Daffa, yang hendak melangkah maju, berhenti melangkah. Ambang pintu lift adalah satu-satunya hal yan
“Ada juga pria di pintu masuk utama perusahaan yang mengawasi semua anggota keamanan!” Berpikir begitu, semua rambut di punggung direktur itu menegak.Berdiri di hadapan si direktur, Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Itu reaksi yang aneh. Kamu terlihat ketakutan, tapi aku tidak tahu kenapa. Apakah aku perlu mengingatkanmu bahwa kamu memintaku untuk datang kemari? Kukira kamu setidaknya akan siap secara mental untuk menghadapi konsekuensinya setelah aku tiba.”Mulut direktur itu menganga sangat lama. Di suatu titik, direktur itu kembali tersadar dan memohon, “M … Maafkan aku! Aku sangat bersedia untuk menyampaikan permintaan kepada para atasanku. Aku bersumpah aku sangat bersedia, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku mungkin akan kehilangan pekerjaanku. Lagi pula, perusahaan ini tidak dimiliki oleh satu orang saja dan kami juga merupakan saluran televisi ….”Dia menelan ludah dan memandang lantai setelah mengatakannya. Roda gigi di dalam otaknya berputar kencang, m
“Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk