“Ada apa denganmu? Itu bukan serangan yang seharusnya dimiliki oleh seseorang dengan tingkat kemampuan sepertimu,” bentak Mia sebelum langsung menambahkan dengan lega, “Namun, kamu beruntung kamu sudah melukai Daffa dengan parah. Kalau tidak, aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika pertarungannya berlanjut.”Kegelapan menyelimuti pandangan Daffa lagi. Namun, dia sudah memejamkan matanya kali ini karena dia terluka dan bukan karena dia ingin fokus dengan lebih baik. Dia masih bisa mendengar suara semua orang di sekitarnya, jadi dia sadar mengenai apa yang sedang terjadi.Itu termasuk langkah kaki Mia yang berbelok sebelum berjalan ke arahnya. Daffa ingin membuka matanya dan berdiri dengan kedua kakinya, tapi sayangnya, dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya sedikit pun.Itu adalah situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebelumnya, ketika Daffa terluka parah, dia kehilangan seluruh indranya. Namun, untuk alasan yang tidak diketahui, dia mendengar semuanya dan bahkan masih bisa
“Lagi pula, mungkin salah satu bagian tubuhmu akan berakhir di tubuhnya, seperti apa yang terjadi pada Shelvin.”Jantung Daffa berdebar kencang di dadanya saat mendengar itu. Jantungnya berdetak begitu cepat hingga dia lupa akan rasa sakit di tubuhnya. Dia kini tahu apa yang telah terjadi pada Shelvin dan kenyataan itu membuatnya ngeri.Ternyata, Mia dan pria berjubah hitam itu telah memberikan kesan yang berlawanan bagi Daffa, yang berarti mereka telah menipunya sejak awal.Gas emas itu mengalir lebih cepat ke seluruh tubuhnya dan suhunya meningkat dalam sekejap. Hal itu menimbulkan rasa sakit yang menyadarkan Daffa dari lamunannya. Pada saat yang sama, dia tanpa sadar membuka matanya dan melihat semua yang terjadi di dalam tubuhnya.Namun, kali ini, kekejutan yang menyenangkan terpancar di matanya. Daffa bahkan berharap rasa sakit itu akan bertahan sedikit lebih lama karena dia menyadari temperatur gas emas yang panas itu membuat tubuhnya pulih jauh lebih cepat daripada sebelumny
Mia tetap berlutut di tanah. Di sampingnya, Daffa bisa merasakan keraguan di pandangan Mia yang tertunduk. Namun, Mia tidak mengatakan apa-apa dan hanya berdiri sebelum berjalan pergi. Jawabannya sangat jelas bagi Daffa.Sementara itu, Daffa mendengar pria berjubah hitam menghampirinya dan tahu pria itu hendak membunuhnya. Menolak untuk mati bagaimanapun caranya, Daffa membuka matanya. Baik dia maupun pria itu tidak merencanakan hal itu.Ketika sinar matahari yang terik menyinari mata Daffa, Daffa membeku kebingungan selama dua detik. Segera setelahnya, rasa sakit yang dia rasakan menjadi sangat tidak tertahankan hingga dia bangkit berdiri seketika. Tubuhnya belum pulih sepenuhnya dan karena pergerakannya yang drastis yang menggunakan beberapa energinya, Daffa tidak sengaja melukai dirinya lagi.Namun, kali ini dia pulih lebih cepat. Setelahnya, dia memeriksa luka-luka dalam di balik kulitnya, mengetahui tidak ada orang lain yang bisa melihatnya.Meskipun begitu, Faris, yang berdir
Selain kawah yang baru terbentuk oleh Faris sangat dalam sampai tidak ada yang bisa melihat dasarnya, partikel tanah besar seperti kerikil dan debu beterbangan di udara, mewarnai tempat itu dengan warna sepia.Berdasarkan hukum gerak, pukulan Faris membuat lubang yang sangat dalam di tanah sehingga partikel-partikel tanah beterbangan sejauh dan dengan kekuatan yang sama dengan pukulannya. Mereka menyerbu ke arah Mia yang pikirannya kosong karena terkejut menyaksikan semua itu. Lapisan-lapisan puing itu menimpa tubuhnya.Situasi seperti itu terasa seperti keajaiban tapi juga mimpi bagi Daffa. Perputaran emosi memenuhi tubuhnya sambil dia membelalakkan matanya, menyadari tangan kosongnya sudah lebih dari cukup untuk menyebabkan kerusakan besar pada Faris.Merasakan tidak ada tarikan ataupun embusan napas dari Mia, Daffa bertanya-tanya apakah dia telah mati karena tumbukan itu. Napasnya lalu menjadi cepat seraya dia mencoba memproses berita yang mengkhawatirkan itu layaknya manusia bia
Mata Faris membelalak seketika saat Daffa tiba-tiba menarik kembali tangannya. Tentu saja, Daffa tidak bermaksud untuk mengampuni Faris, tapi Faris tidak mengetahuinya. Alis Faris menaik seraya matanya menusuk Daffa.“Apa yang kamu lakukan sekarang membuatku bingung. Aku tidak mengerti kenapa kamu akan berhenti membunuhku saat sudah setengah jalan, tapi kusarankan agar bunuh aku sekarang. Kebencianku padamu sudah mencapai puncak yang lebih tinggi daripada sebelumnya, jadi jika aku berhasil bertahan hidup hari ini, aku tidak akan ragu-ragu untuk menghabiskan sisa hidupku untuk menyerangmu. Aku akan memastikan kamu menghabiskan sisa hidupmu dalam tekanan!”Bibir Daffa melengkung seraya dia mengejek, “Kamu bahkan tidak bisa membunuhku ketika kondisi tubuhmu dalam keadaan prima dan dibantu oleh rekanmu. Apakah kamu benar-benar berpikir aku akan takut jika kamu kembali untuk menyerangku setelah pulih dari luka-luka beratmu?”Meskipun Daffa tampak seperti mengejek, nada bicaranya tetap da
“Setelah pelatihan kami berakhir, kami menjadi milik orang yang membeli kami—pemilik kami. Kami tidak bisa menolak bahkan jika mereka meminta kami melakukan sesuatu yang aneh seperti menukar anggota tubuh kami dengan orang lain.”Raut wajah Faris berkerut dengan getir saat dia berkata, “Tidak penting apa yang kami rasakan ataupun pikirkan.”Setiap bagian tubuh Daffa gemetar oleh amarah setelah mendengarnya. Dia tidak pernah mengalami atau berpikir bahwa mungkin untuk merasakan emosi seintens itu. Namun, reaksi tubuhnya sekarang membuktikan bahwa dia salah. Amarah menjalar ke pembuluh darahnya seraya dia memejamkan matanya, lalu membukanya.“Kamu memiliki bagian tubuh dan kemampuan Shelvin sekarang,” ujarnya dengan tenang.Faris terbaring di tanah dan setelah mendengar perkataan Daffa, dia akhirnya menyadari bahwa mungkin pandangannya terhadap dunia sepenuhnya salah. Kemudian, dia memejamkan mata dan tetap terdiam, menguatkan dirinya untuk menerima pukulan mental yang berat.Sebena
Daffa merasakan keraguan di suara Briana dan langsung tahu tempat itu tidak aman. Maka, dia menggeleng kepalanya.“Tidak, aku tidak akan mengizinkan kita pergi ke sana kalaupun tempat yang kamu sebutkan sama seperti yang Faris ungkit. Itu bukanlah pilihan yang bijak bagi kita. Bagaimanapun, Shelvin sudah mati sekarang, jadi kita tidak perlu mendapatkan jaringan tubuhnya yang tersisa. Lagi pula, aku yakin Shelvin tidak akan keberatan jika jaringannya ditransplantasikan ke orang berbakat lainnya dan memberikan mereka kesempatan yang lebih baik dalam hidup mereka. Dia adalah orang yang baik, ‘kan?”Mata Briana membelalak pada Daffa. Gagasan untuk memberikan jasad Shelvin untuk menciptakan musuh yang lebih kuat membuatnya takut, jadi dia sepenuhnya menolak hal itu di dalam benaknya. Namun, dia tahu posisinya sebagai pengawal. Briana mau tidak mau harus mematuhi perintah bosnya.Dia selalu menyuarakan pendapatnya sebelumnya karena Daffa adalah bos yang lebih memaafkan daripada kebanyakan
Dahlia mengeluarkan teriakan yang melengking dari ujung telepon lainnya. “Kenapa? Untuk apa kamu menelepon polisi karena masalah sekecil ini? Buang-buang uang saja! Ditambah, apakah kamu sudah lupa kalau kita pernah bekerja bersama? Aku yakin kita akan sering bertemu satu sama lain karena alasan yang sama.”Dia mencengkeram dadanya dengan erat dan memasang ekspresi wajah yang sedih saat mengatakannya. Sayangnya, dia lupa Daffa tidak bisa melihatnya karena mereka sedang melakukan panggilan suara.“Yang kamu katakan tidak masuk akal,” ujar Daffa dengan dingin. “Tidak ada hal spesial yang terjadi dari pertemuan kita. Ditambah, kehadiranmu saat itu selalu membuatku jengkel. Kamu juga tampaknya lupa kita sedang melakukan panggilan suara, bukan panggilan video.”Dia dengan cepat memutuskan sambungan telepon dan mengembalikan ponselnya ke dalam saku setelahnya. Meletakkan kedua tangan di pinggang, dia mengernyit sambil memperhatikan setiap sentimeter dari area di depannya, menduga Dahlia k
“Orang-orang yang lain” itu mengacu pada Edward dan orang-orang lainnya dari Grup Maru. Kenyataan bahwa Daffa sedang berdiri di sana dengan senyuman santai membuat pemimpin mereka, Damar Maru, merasa jengkel. Itu membuatnya merasa seperti sedang dipandang dengan rendah. Dia menggertakkan giginya dan memelototi Daffa dengan tajam, berkata, “Aku tidak menduga kamu akan memberi dirimu sendiri tanpa berusaha, Daffa Halim. Apakah kamu sudah lupa hal-hal yang kamu lakukan untuk bertahan hidup ketika kamu hanyalah yatim piatu yang malang?”Senyum Daffa memudar. Hanya ada sedikit orang yang mengetahui informasi terbatas mengenai pekerjaan-pekerjaan aneh yang dia lakukan dulu, terutama setelah dia kembali ke Keluarga Halim. Dia memandang Damar dengan penasaran. “Kamu tampaknya mengetahui banyak hal tentang masa laluku.” Daffa mengernyit.Damar tersenyum, terlihat bangga dengan dirinya sendiri. “Tentu saja. Lagi pula, kita telah memutuskan untuk bersikap baik dan hanya merampas kekayaanmu. Ki
“Jangan khawatir, Tuan Halim. Saya akan menangani mereka secepat mungkin.” Edward bergegas menghampiri mobil. Namun, dia baru berjalan beberapa langkah ketika seseorang menggenggam kerah bajunya.Daffa menatapnya dengan tenang dan berkata, “Yang perlu kamu lakukan hanyalah menutup matamu.” Jantung Edward mulai berpacu—dia tahu apa yang akan terjadi. Dia tidak dapat menahan bibirnya agar tidak tersenyum dan dia memejamkan matanya.Di detik selanjutnya, Edward merasa angin dingin menampar wajahnya. Meskipun dia adalah ahli bela diri terbangkit, dia tidak bisa bergerak secepat Daffa dan dia tidak memiliki kemampuan untuk bergerak di tengah udara.Dia membuka matanya sedikit untuk mengintip sekitarnya dan melihat bahwa mereka bergerak dengan sangat cepat sehingga cahaya di atas mereka terlihat seperti meteor. Jika bukan karena tempat, waktu, dan kenyataan bahwa dia sedang bersama bosnya, dia mungkin akan bertepuk tangan dan bersorak.Daffa merasakan semangat Edward dan bibirnya berkedu
“Itu akan membuatmu tampak seperti orang lemah yang tidak berguna.” Daffa memasukkan tangannya ke dalam saku dan berbalik untuk pergi. Saat dia berjalan melewati Edward, dia merasakan kegugupan Edward. Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Ikuti aku.”Benak Edward menjadi kosong lagi, tapi dia segera kembali tersadar dan bergegas menghampiri Daffa, menyisakan satu langkah di belakangnya. Seraya mereka beranjak ke arah lift, mereka mendengar seseorang bergegas menghampiri mereka dari tangga. Daffa berhenti dan berbalik ke arah itu dan Briana muncul dari sana.Mata Briana berbinar ketika dia melihat Daffa dan dia berkata, “Tuan, Anda tidak tahu betapa saya sangat lega melihat Anda di sini. Perjamuannya sudah dimulai. Apakah Anda ingin mengatakan sesuatu kepada para tamu?”Daffa mengangguk. “Iya, aku sedang dalam perjalanan menuju ke sana.” Pada saat ini, pintu lift terbuka dengan bunyi bel. Lift itu kosong, jadi Daffa melangkah masuk dan menekan sebuah tombol. “Aku akan pergi
Daffa memindahkan tangannya dari komputer dan meletakkannya di atas meja.Briana menggelengkan kepalanya. “Tidak, tidak ada masalah. Saya hanya ingin memberi tahu Anda bahwa pria yang pertama melangkah maju sebelumnya—namanya adalah Prima Badiran—-menawarkan diri untuk melakukannya untuk saya. Tampaknya itu adalah sesuatu yang bisa dia tangani, jadi saya menyetujuinya.”Briana mengatupkan kedua tangannya dan memandang Daffa, menunggu tanggapannya. Dia tidak tahu apakah Daffa akan mengizinkannya. Sebelumnya, Briana yakin Daffa akan setuju. Karena sekarang Briana bisa melihat raut wajah Daffa, dia mulai khawatir dia telah membuat keputusan yang salah.Daffa merasakan kegugupan Briana dan menggelengkan kepalanya. “Jangan khawatir. Kamu membuat keputusan yang benar. Apakah ada lagi yang kamu ingin katakan? Kurasa kamu tidak akan muncul di sini untuk melaporkan sesuatu yang sangat tidak penting bagiku.”Jejak kekejutan terpampang di wajah Briana. Dia tidak menyangka Daffa akan begitu me
Daffa menoleh untuk melihat orang pertama yang menuliskan namanya. Mengejutkan baginya, pria itu telah mengatur orang-orangnya dengan baik. Mereka sedang berdiri bersama dalam formasi yang rapi dan orang yang memimpin menggenggam sebuah folder. Ketika dia melihat Daffa, dia bergegas menghampirinya dan mengulurkan folder itu dengan kedua tangannya.Daffa menaikkan sebelah alisnya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Dia menerima folder itu dan membaca dokumen di dalamnya. Dia terlihat tenang, tapi di dalam hatinya, dia cukup dan sungguh terkejut. Dia bertanya, “Siapa yang mempersiapkan dokumen-dokumen ini?”Pria yang menyerahkan folder itu padanya tanpa ragu-ragu menjawab, “Saya. Apakah saya telah melakukan kesalahan?” Meskipun dia tidak ragu-ragu untuk menjawab, suaranya masih gemetar.Daffa menggelengkan kepalanya. “Tidak.” Dia mengembalikan folder itu pada pria itu. “Tidak perlu melakukan kunjungan lokasi. Mari berpindah ke orang selanjutnya.”Pada saat itu, dia mendengar mobil-mo
Daffa membuka matanya dan mengangkat sebelah alis ketika dia mendengarnya. Jika ingatannya benar, suara ini bukanlah milik siapa pun yang telah dia temui sejak dia datang kemari. Rasa ingin tahunya tergoda, jadi dia turun dari kasur.Kemudian, dia meraih jaket yang telah dia letakkan di samping kasurnya dan meletakkannya di atas pundaknya sebelum berjalan ke arah jendela. Dia membukanya, mencondongkan badannya ke luar, dan melihat ke bawah. Ketika dia melihat wajah orang yang telah berbicara, dia menaikkan sebelah alisnya.Itu adalah wajah yang dia ingat—pria ini belum bergerak dari pojokannya semalam. Bahkan saat orang-orang di sekitarnya kehilangan nyawa mereka, dia menyaksikan hal-hal itu terjadi dengan dingin. Itu membuatnya menonjol di antara orang-orang yang cemas itu.Di lantai pertama, Briana mengeluarkan ponselnya dan menelepon Daffa. Daffa mengembuskan napas, menjawabnya, dan berkata dengan dingin, “Cari cara agar orang itu bergabung dengan kita, lalu singkirkan dia. Dia t
Dia menatap Daffa dengan waspada. “Ada apa dengan raut wajahmu itu? Bukankah aku sudah cukup baik padamu?”Daffa menaikkan sebelah alisnya, tidak ingin membuang-buang napasnya. Dia mengarahkan telapaknya ke luar, menyalurkan kekuatan jiwanya ke telapak tangannya, lalu menembakkannya ke dada pria berotot itu. Pria berotot itu memucat. Dia kira Daffa tidak akan melakukan apa-apa padanya dan dia pasti tidak akan bertahan hidup dari hal ini.Dia tidak menyangka Daffa akan tiba-tiba meluncurkan serangan padanya. Saat dia secara naluriah melindungi dadanya dengan lengannya, dia secara jelas merasa kekuatan jiwa itu menusuk lengannya dan pundaknya seperti bilah yang tajam. Suara tulang patah yang renyah terdengar dan pria berotot itu melongo ke arah Daffa dengan mata yang memerah.Memang benar, dia telah membayangkan akan terluka parah atau dibunuh di sini, tapi dia tidak menyangka itu akan terjadi seperti ini.Daffa menaikkan sebelah alisnya, terlihat merendahkan. “Kamu terlihat sangat b
Kemudian, pria itu merasa energi yang membakar mengucur dari telapak tangan Daffa. Energi itu mencekiknya seraya membasahinya, membuatnya mendadak berhenti. Matanya membelalak ketakutan. Dia tidak pernah mengalami sesuatu seperti ini sebelumnya.Hal yang sama terjadi pada kedua pria lainnya. Pria berpenampilan lusuh itu memucat, mengetahui bahwa dia ditakdirkan untuk kalah. Namun, dia tetap menolak untuk menyerah. Dia tidak ingin memercayai bahwa ada orang sekuat itu di dunia ini!Pandangannya yang terlihat gigih itu berubah menjadi keputusasaan saat dia mengamati Daffa. Dia sudah bisa merasakan kekuatannya menghilang dari tubuhnya hanya dengan memandang Daffa. Dia pun memejamkan matanya. Dia menyesal telah berbicara omong kosong sebelumnya—mungkin dia akan mendapatkan akhir yang lebih baik jika dia tidak melakukannya. Setelah beberapa detik, dia membuka matanya dan menatap Daffa dengan tatapan memohon.“Tuan Halim, saya tahu saya telah melakukan kesalahan besar.” Sebelum dia dapat
Daffa mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum. Dia memang jahat, tapi suasana hatinya meningkat melihat amarah mereka. Mereka telah membuatnya sangat kerepotan. Dia menyilangkan kakinya dan mendengarkan protes mereka yang kian gaduh.“Astaga. Aku tahu Daffa kuat, tapi apakah dia tahu apa yang dia katakan? Apakah dia menyiratkan dia lebih kuat dibandingkan tiga orang sekaligus? Dasar pembual. Aku ingin menjadi yang pertama untuk menantangnya! Akan kutunjukkan siapa yang berkuasa!”“Enyahlah dan tunggu giliranmu! Tidakkah kamu tahu berapa banyak orang yang tiba di sini sebelum dirimu? Aku seharusnya menjadi orang pertama yang menangani hal ini! Dulu, aku selalu menangani orang-orang yang baru bergabung.”Briana berjalan menghampiri Daffa dan berdiri di sampingnya. Ketika Briana mendengar apa yang dikatakan orang-orang, Briana mengernyit dan memandang Daffa. Kemudian, Briana membungkuk dan mencondongkan badannya ke arah Daffa.“Tuan Halim?” Daffa mengangguk dan mengangkat satu jariny