Share

Bab 275

Penulis: Benjamin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Ayo pergi dulu sekarang. Aku janji aku akan membuktikannya padamu nanti bahwa aku tidak berbohong,” jelas Kate.

Situasi yang kacau itu adalah apa yang Rafael lihat saat dia bergegas berlari ke halaman. Dia membeku, tidak bisa melangkah lagi karena semua orang telah melihatnya keluar dari vilanya.

Rafael berada dalam dilema karena tidak tepat baginya untuk tinggal ataupun pergi. Bahkan jika dia mencoba untuk pergi, tidak ada cara yang benar untuk melakukannya.

Mata Benji masih terpaku pada Daffa, tidak repot-repot melirik ke samping untuk melihat Rafael. Jemarinya memegang tongkat bisbol dengan erat lagi sementara napasnya menjadi berat.

Berdiri di seberang Benji, Daffa terus meletakkan tangannya di dalam sakunya. Dia tampak seolah tidak gentar walau sedang menjadi target tatapan membunuh Benji.

Itu hanya membuat Benji makin kesal. Dia menggertakkan giginya begitu keras sampai rahangnya mengeras. Di waktu yang bersamaan, dia memastikan untuk menekankan hinaannya, “Dasar b*jingan!”
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Bubun Burhanudin
nunguin bab 276
goodnovel comment avatar
Bubun Burhanudin
saya tunggu lanjutannya bab 276 ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 276

    Rafael mengerutkan dahinya dan merasa tertekan. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Setelah menimbang-nimbang sesaat, dia memutuskan untuk memberi tahu kebenarannya pada Camilla. Jadi, dia berbalik dan menatapnya.Sebelum dia bisa mengatakan apa-apa, orang di sampingnya berdeham. Itu membuatnya tersentak dan dia menoleh pada Daffa. Kemudian, dia melihat Daffa berbalik dengan acuh tak acuh seolah tidak ada apa pun yang terjadi.Seketika, Rafael menegang. Dia mengerti apa yang Daffa maksud! Pemahaman itu memperburuk suasana hatinya karena itu adalah kemampuan yang hanya dibutuhkan oleh para bawahan saat berurusan dengan atasan mereka.Dalam kasusnya, dia mempelajarinya bahkan tanpa berusaha sedikit pun. Ekspresi wajahnya menjadi rumit.Namun, dia tidak berani menatap Daffa lagi setelah isyarat yang dia berikan. Beberapa detik kemudian, dia menoleh pada Camilla lagi. Itu adalah pertama kalinya Camilla merasakan tatapan Rafael tertuju padanya dan pipinya pun merona. Dia memainka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 277

    Namun, ternyata dia hanya tidak mengenal kakak dan adiknya dengan cukup baik. Malah, mungkin dia tidak memahami mereka sama sekali. Misalnya, dia merasa seperti Camilla adalah orang yang benar-benar asing.Matanya memerah memikirkan hal itu, tapi dia tidak menangis. Dia berdiri di sana dengan tangan yang diletakkan di balik punggungnya, perlahan mengepalkannya.Keheningan menyelimuti mereka. Camilla tetap berlutut di tanah, matanya masih melirik-lirik ke sana kemari, tapi dia tidak mengatakan apa-apa.Benji sudah tahu apa jawabannya. Dia tidak menyangka Camilla akan menunjukkan bahwa dia meremehkannya seterang-terangan itu. Dia menelan ludah dan dengan suara yang serak berkata, “Karena kamu tidak mengatakan apa-apa, aku anggap kamu berpikir bahwa perkataanku masuk akal dan kamu telah menyerah terhadap ide konyolmu itu.”Camilla memelototinya dan memekik dengan melengking, “Benji Aruna! Jangan kira kamu berhak menilai dan ikut campur dengan kehidupanku hanya karena kamu dua tahun le

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 278

    “Identitas Kate sudah tersebar di seluruh penjuru internet sekarang, dan seseorang bisa melakukan apa pun untuk melukainya kapan pun. Namun, bukannya memikirkan cara untuk menangani hal ini, kamu malah membiarkannya hanya berdiri di sini.”Mata Benji membulat dan ada campuran antara keterkejutan dan penyesalan di balik matanya. Daffa menatapnya dengan kasihan, tapi dia tidak berhenti. Dia tahu perkataan yang akan dia katakan selanjutnya hanya akan lebih menyakitkan.“Aku yakin kamu tidak memikirkan ini, tapi sejak kamu membawa keluargamu di sini, kamu mengakui hubunganku dengan Kate! Sejak detik pertama kamu muncul di sini, tidak akan ada yang memercayaimu lagi, tidak peduli apa pun yang kamu katakan atau bukti apa yang bisa kamu tunjukkan.”Suara Daffa tidak lantang ataupun kuat. Tetap saja, Benji merasakan bajunya basah oleh keringat. Dia tampak kehilangan tenaga untuk tetap berdiri, jadi dia perlahan terduduk dan membenamkan kepalanya di tangannya. Kemudian, dia mencengkeram ramb

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 279

    Namun, ketika Daffa merasakan perubahan pada emosi Benji, dia langsung menoleh kembali ke arah Benji. Tertangkap basah, Benji menegang. Di saat yang bersamaan, dia terlihat sedang berpikir.Keluarga Aruna adalah keluarga yang kaya, jadi dia telah melihat banyak ahli bela diri. Akan tetapi, tidak ada di antara mereka yang memiliki sensitivitas seperti Daffa. Benji sulit memercayai bahwa orang setajam itu adalah orang yang miskin.Malah, jika dia bisa mendapatkan kendali atas Keluarga Aruna, dia pasti ingin menerima Daffa sebagai bawahannya jika dia memiliki cukup uang untuk melakukannya.Daffa terkejut melihat Benji termenung lagi, tapi tidak butuh waktu lama bagi Benji untuk tersadar kembali.Camilla tampak murka. Dia mengepalkan tangannya dengan erat dan mengayunkannya ke sana kemari, suaranya terdengar seperti kuku di papan tulis saat dia memekik, “Cukup! Kamu benar-benar mengecewakan! Kamu adalah kakakku dan aku adalah satu-satunya orang di dunia ini yang memiliki darah yang sam

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 280

    Namun, Daffa tidak mengatakan apa-apa. Dia tidak perlu mengatakan sesuatu karena Kate sudah mulai memekik, “Camilla Aruna, lepaskan Daffa sekarang juga dan aku akan melupakan apa yang sudah kamu lakukan sejauh ini. Setelah ayahku kembali, aku juga tidak akan memberitahunya mengenai hal ini.”Camilla langsung berhenti ketika dia mendengarnya. Kemudian, dia menolehkan kepalanya begitu cepat sampai rambutnya menampar wajah Daffa. Daffa mengerutkan dahinya tapi tidak mengatakan apa-apa.Camilla ingin melepaskannya, tapi dia tidak berani. Dia tahu seseorang sekaya dia pasti memiliki pengawal yang melindunginya, tapi entah kenapa, mereka belum melakukan apa pun padanya.Jika dia melepaskannya saat ini juga, tidak mungkin pengawal Daffa akan membiarkan dia begitu saja.Dia diam-diam melihat ke sekitarnya sambil memikirkan hal itu, tapi tidak ada siapa pun yang muncul. Dia menjadi tenang sedikit, memandang Kate, dan berkata dengan pelan, “Kate, ayahmu masih hidup, ‘kan? Kamu tahu dia di ma

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 281

    Suara Leah tegas dan matanya percaya diri.Kate menarik napas dalam, mengepalkan tangannya, dan mulai gemetar. Seiring berjalannya waktu, gemetarnya bertambah parah.Kondisi Benji tidak lebih baik, tapi dia menarik napas dalam untuk menenangkan dirinya sendiri. Kemudian, dia meletakkan tangannya di pundak Kate dan berkata, “Tidak perlu marah karena hal-hal yang dia katakan. Dia tumbuh besar dengan ibunya dan mendapatkan pengajaran yang sama. Percayalah, aku mungkin bukan orang yang paling cerdas, tapi aku tentunya yang paling pintar membedakan mana yang benar dan mana yang salah di antara semua orang yang ada di sini.”Kate tahu Benji berusaha sebaik mungkin untuk menenangkannya, tapi dia merasa bahwa Benji sendiri tidak begitu tenang. Kate menarik napas dalam untuk menenangkan dirinya sendiri, lalu menoleh ke arah Daffa dengan mata yang memerah.“Kurasa kamu sudah membantuku untuk membuat keputusan yang benar.” Lalu, dia memalingkan pandangannya.Camilla sudah pulih dari rasa mal

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 282

    “Jika ini hanyalah permasalahan di antara kita, aku masih akan menerimamu sebagai kakakku. Namun, kenyataannya tidak begitu! Kamu menuduhku dan melukai adikmu karena perkataan Daffa!” bentak Camilla. Ekspresi wajahnya berubah seraya dia membungkuk dan memukul dadanya sendiri.Jejak rasa sakit terlihat di mata Benji saat mendengar kepalan tangan Camilla mengenai dadanya, tapi kali ini dia tidak goyah. Dia memejamkan matanya, menarik napas dalam-dalam, dan berkata, “Kamu bukan lagi adik yang kukenal dan kamu sudah menjadi orang yang benar-benar berbeda. Mungkin, kamu terus berbohong padaku sejak kita masih anak-anak. Itu tidak penting—tidak lagi penting. Terlalu banyak hal yang telah terjadi di antara kita untuk kembali seperti semula.”Camilla menganga padanya. Daffa menyapu pandangannya pada semua orang yang ada di sana, lalu menaikkan sebelah alisnya dan menepuk pundak Kate. Ketika Kate tidak bereaksi, dia tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk mendorong rahangnya kembali ke atas

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 283

    Dia terperangah mendengar perkataan Camilla. Dia membuka mulutnya beberapa kali untuk mengatakan sesuatu tapi tidak berhasil. Itu hanya membuat Camilla makin marah. Dia terengah-engah dengan keras dan berpaling darinya, tatapannya mendarat pada Daffa.Tiba-tiba, dia tersenyum, membuat semua orang yang ada di sana bergidik. Tentu saja itu tidak termasuk Daffa. Dia berdiri di sana dengan kedua tangan di dalam sakunya, tampak persis seperti biasanya.Ini mengejutkan Camilla. Dia berjalan menghampirinya, ingin menyentuh wajahnya. Namun, dia baru hendak mengulurkan tangannya ketika Daffa mencengkeram pergelangan tangannya. Kemudian, rasa sakit yang tajam menusuk lengannya. Itu benar-benar di luar dugaannya.Wajahnya berkerut kesakitan. Daffa menatapnya, wajahnya tidak berekspresi dan suaranya tenang. “Sudah lama sejak terakhir kali aku bertemu seseorang seberani ini. Biar kuingat-ingat bagaimana orang terakhir itu meninggal.”Dia menatap Camilla dengan lembut, tapi itu malah membuatnya

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 419

    Dia menjadi tenang dan otaknya mulai bekerja lagi. Dia tidak tahu apakah Daffa sedang mengatakan yang sebenarnya karena ekspresi wajahnya yang sangat datar. Itu berbeda sekali dengan deskripsi yang ada di buku psikologi mengenai ekspresi seseorang yang bersemangat.Sebagai seorang aktor, kepala penjaga keamanan itu pernah mengambil kelas psikologi untuk memerankan karakternya dengan lebih realistis. Dengan begitu, dia percaya buku itu benar. Dia memandang Daffa dan mencoba membacanya.Daffa tahu apa yang sedang dilakukan oleh pria itu, tapi dia tidak merespons. Setelah keheningan selama beberapa detik, dia berkata, “Aku ingin tahu alasan ketidakhadiranmu. Firasatku memberitahuku alasannya sama dengan kenapa kamu menjadi penjaga keamanan di sini. Pada akhirnya, aku akan berurusan dengan orang-orang ini, jadi tidak ada gunanya kamu menyembunyikan kenyataannya. Jika kamu ingin terus menjadi orang sukses dengan karier yang sukses, orang-orang ini hanya akan menjadi penghambat bagimu—sepe

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 418

    Daffa tahu kepala penjaga keamanan itu murka karena prasangka mahasiswa lainnya dan dia dapat meledak kapan pun. Senyuman geli melengkung di wajah Daffa seraya dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Itu karena aku saat itu belum mengetahui bahwa aku adalah pewaris keluarga kaya. Kemiskinan yang pernah kualami itu sangat nyata—begitu parah hingga aku tidak berani makan sampai aku merasa kenyang setiap kali aku makan, takut aku akan kehabisan uang.”Dia berbicara dengan sangat tenang, tapi perkataannya menyentuh penjaga keamanan itu yang matanya memerah. Maka dari itu, Daffa tersenyum tidak berdaya, meluruskan punggungnya, dan berjalan menghampiri kepala penjaga keamanan itu. Dia lalu meremas bahu pria itu untuk menenangkannya.“Kamu tidak perlu merasa emosional untukku karena aku tidak merasa hal-hal yang telah kulakukan di masa lalu patut untuk ditangisi,” katanya sambil tersenyum cerah.Hal itu hanya membuat penjaga keamanan itu makin merasa kasihan pada Daffa. Namun, dia tidak

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 417

    “Kalau begitu, sesuai keinginanmu. Aku akan mengumpulkan dewan direksi lainnya untuk memulai rapatnya. Aku sudah memberi tahu mereka sebelumnya melalui laptopku, tapi mereka mengabaikan aku—mereka tidak pernah menganggapku serius. Ada juga manajer bisnis menyusahkan yang sebelumnya kurekrut. Walaupun aku tidak mau mengakuinya, tapi aku tidak bisa menyangkal kurangnya kemampuanku untuk mengatur saluran televisi ini. Demikian pula, ketidakpedulianku membuat para karyawan melakukan hal-hal buruk sesuka hati mereka.”Kemudian, dia berjalan pergi dengan kepala yang tertunduk. Kekecewaan membebani pundaknya karena dia pernah menghabiskan begitu banyak energi untuk menjalankan FT TV. Akan tetapi, akhir-akhir ini, yang bisa dia lakukan hanyalah duduk di pintu utama perusahaan dan menyaring tamu mana saja yang datang dengan niat buruk. Yang memperburuk semuanya, dia sekarang tidak memiliki pilihan selain menyerahkan FT TV pada Daffa.Masih duduk di kursi, Daffa tahu setiap kata yang dikatakan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 416

    Daffa maju satu langkah, berbalik untuk menghadap ke depan, dan memasuki ruang rapat itu.Penjaga keamanan itu membeku dengan tatapan kosong. Butuh waktu yang lama baginya sebelum tersadar kembali, bergegas menyusul Daffa sementara matanya bergerak-gerak ke sana kemari di tempat itu.Kemudian, dia tersenyum dengan hangat pada Daffa dan berkata, “Sebelum kita menugaskan penerus baru FT TV, aku akan melayanimu dengan sebaik mungkin. Seperti itulah kurang lebih situasinya nanti. Dalam keadaan apa pun, aku akan sangat senang melayanimu.”Kerutan muncul di wajah Daffa sesaat, tapi dia tidak mengatakan apa-apa karena dia tahu kepala penjaga keamanan di sampingnya sedang mengatakan kebenarannya. Itu adalah pemikiran sesungguhnya penjaga keamanan itu.Namun, Daffa tidak memerlukan itu. Dia hanya ingin mengumpulkan para petinggi perusahaan saluran televisi itu di ruang rapat saat itu juga. Barulah saat itu dia bisa tenang dan melakukan apa yang dia inginkan. Meskipun dia merasa cemas, dia t

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 415

    Daffa menaikkan sebelah alisnya, mengenali kepala penjaga keamanan itu karena mereka sebelumnya menaiki lift bersama. Dia dengan tenang berkomentar, “Kamu terlihat lebih baik mengenakan setelan jas ini daripada seragam penjaga keamanan sebelumnya.”Reaksi Daffa anehnya sangat tenang meskipun dia melihat kepala penjaga keamanan, yang seharusnya hanya menghasilkan 37,5 juta rupiah per bulannya, berganti pakaian dengan setelan jas mahal.Perubahan itu menandakan bahwa penjaga keamanan itu, pada kenyataannya, merupakan seseorang berstatus tinggi dan bertanggung jawab mendistribusikan gaji para karyawan lainnya.Karena Daffa tenang, kepala penjaga keamanan itu tidak bisa menahan emosinya. Alisnya menaik sangat tinggi terkejut seraya tersenyum pada Daffa. “Kamu tidak terlihat terkejut oleh identitasku yang sebenarnya. Apakah kamu sudah mengetahuinya lebih dulu?”Setelah mendengar hal itu, Daffa, yang hendak melangkah maju, berhenti melangkah. Ambang pintu lift adalah satu-satunya hal yan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 414

    “Ada juga pria di pintu masuk utama perusahaan yang mengawasi semua anggota keamanan!” Berpikir begitu, semua rambut di punggung direktur itu menegak.Berdiri di hadapan si direktur, Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Itu reaksi yang aneh. Kamu terlihat ketakutan, tapi aku tidak tahu kenapa. Apakah aku perlu mengingatkanmu bahwa kamu memintaku untuk datang kemari? Kukira kamu setidaknya akan siap secara mental untuk menghadapi konsekuensinya setelah aku tiba.”Mulut direktur itu menganga sangat lama. Di suatu titik, direktur itu kembali tersadar dan memohon, “M … Maafkan aku! Aku sangat bersedia untuk menyampaikan permintaan kepada para atasanku. Aku bersumpah aku sangat bersedia, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku mungkin akan kehilangan pekerjaanku. Lagi pula, perusahaan ini tidak dimiliki oleh satu orang saja dan kami juga merupakan saluran televisi ….”Dia menelan ludah dan memandang lantai setelah mengatakannya. Roda gigi di dalam otaknya berputar kencang, m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 413

    “Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 412

    Daffa bahkan tidak bisa menjamin bahwa direktur bodoh itu dapat memahami apa yang akan dia katakan, jadi dia tetap terdiam. Namun, dia terkejut karena direktur itu menganggap diamnya dia sebagai tanda kekalahan.Direktur itu menganggap hal itu sebagai konfirmasi bahwa Daffa sedang memakai barang tiruan. Oleh karena itu, dia mendongakkan dagunya pada Daffa dengan angkuh dan berbicara lebih lantang daripada sebelumnya. “Kenapa kamu tidak menjawab? Apakah itu karena tebakanku benar dan kamu sekarang takut?”Daffa tidak ingin menghabiskan energinya menjelaskan hal-hal pada direktur itu lagi, jadi Daffa hanya menghampiri pria itu untuk menekankan, “Aku adalah orang yang pemarah dan aku yakin kamu sudah mendengarnya dari orang lain beberapa hari belakangan. Namun, yang membuatku terkejut adalah kamu bersikeras untuk membuatku kesal.”Seraya dia menggelengkan kepalanya, dia meretakkan buku-buku jarinya, mengeluarkan suara yang renyah dan menakutkan.Setelah mendengarnya, lutut direktur it

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 411

    “Konyol sekali. Apakah kamu sudah lupa? Kamu menelepon dan mengirimnya pesan di hadapanku, berkata bahwa kamu melakukan semua hal ini karena kamu jatuh cinta pada wajah tampannya di televisi. Ini semua tidak akan terjadi jika dia mau berpacaran denganmu!”Senyum sinis tersungging di wajah direktur itu seraya dia mengejek, “Lagi pula, sepertinya kamu salah paham. Kamu bukan wanitaku.”Daffa merasa sangat jijik dengan kedua orang itu hingga tenggorokannya terasa tercekit.“Kalau kalian memanggilku kemari hanya untuk membanggakan mengenai bagaimana kalian akan memaksakan aku melakukan kekerasan, yah, aku bisa mengatakan ini—kalian pada dasarnya sedang cari mati dengan melakukan itu!” sela dia sambil mengulurkan tangan ke atas untuk memijat pelipisnya.“Membasmi musuh-musuhku adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Namun, sekarang, aku tidak masalah.”Dengan begitu, dia berjalan di ruang kerja itu dan duduk di sofa, dengan santai menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain.Seme

DMCA.com Protection Status