Dia terperangah mendengar perkataan Camilla. Dia membuka mulutnya beberapa kali untuk mengatakan sesuatu tapi tidak berhasil. Itu hanya membuat Camilla makin marah. Dia terengah-engah dengan keras dan berpaling darinya, tatapannya mendarat pada Daffa.Tiba-tiba, dia tersenyum, membuat semua orang yang ada di sana bergidik. Tentu saja itu tidak termasuk Daffa. Dia berdiri di sana dengan kedua tangan di dalam sakunya, tampak persis seperti biasanya.Ini mengejutkan Camilla. Dia berjalan menghampirinya, ingin menyentuh wajahnya. Namun, dia baru hendak mengulurkan tangannya ketika Daffa mencengkeram pergelangan tangannya. Kemudian, rasa sakit yang tajam menusuk lengannya. Itu benar-benar di luar dugaannya.Wajahnya berkerut kesakitan. Daffa menatapnya, wajahnya tidak berekspresi dan suaranya tenang. “Sudah lama sejak terakhir kali aku bertemu seseorang seberani ini. Biar kuingat-ingat bagaimana orang terakhir itu meninggal.”Dia menatap Camilla dengan lembut, tapi itu malah membuatnya
Hampir secara naluriah, Benji ingin menyangkalnya. Dia sudah membuka mulutnya untuk berbicara, tapi Daffa mendahuluinya.“Dengar, kalian berdua tidak perlu bersikap seperti ini karena Camilla tidak akan pergi dari sini hidup-hidup. Aku tidak akan membiarkan siapa pun yang merencanakan hal jahat padaku berulang kali dan ingin menggunakan aku untuk mencapai tujuan tersembunyinya terus hidup di dunia ini.” Tidak ada kehangatan sama sekali pada nada bicaranya.Benji mengerutkan dahinya, merasa sedikit cemas, tapi dia tidak berani melakukan apa pun karena kemampuan Daffa. Dia menarik napas dalam sebelum dengan serius berkata, “Aku bisa meminta maaf padamu untuk menggantikan Camilla.”Sebelum dia bisa melanjutkan, Camilla memotongnya dengan nyaring. “Benji Aruna, sudah cukup! Kamu tidak perlu berpura-pura seperti itu di depanku. Pokoknya, sudah jelas bahwa kalian berdua memiliki masalah masing-masing yang harus ditangani, jadi berhenti menyeretku dalam kekacauanmu!”Benji terkejut menden
Daffa tersenyum. “Oh, ternyata kamu. Aku ingat kamu dikeluarkan dari universitas karena catatan burukmu. Lalu, universitas mengetesmu secara psikologis dan menetapkan bahwa kamu memiliki kecenderungan tinggi terhadap kekerasan.”Seraya Daffa berbicara, dia mengeluarkan tangannya dari sakunya dan menggantungkannya di sisi badannya. Meskipun dia tidak menganggap Hans sebagai sebuah ancaman, tidak bisa dipungkiri bahwa Hans bisa saja melayangkan serangan tiba-tiba pada siapa pun yang ada di sana.Hans menatap Daffa dan tertawa mengejek. Dia menggulung lengan bajunya dan meretakkan buku-buku jarinya.“Kelihatannya pukulan-pukulan yang kamu terima di kampus tidak begitu berkesan bagimu. Kamu tampaknya tidak mengingat apa yang mampu dilakukan oleh kami para orang kaya, tapi sepertinya merekalah yang perlu disalahkan karena tidak bisa memberimu pelajaran. Tidak apa-apa, aku akan memberimu pelajaran untuk menggantikan mereka.” Dia menoleh ke arah Daffa.Mendengar perkataannya, Camilla tida
Tolong Salahkan AkuBenji memandang tanah dan dengan serius berkata, “Bahkan jika aku telah membuatmu tersinggung, kuharap ini tidak memengaruhi hubunganmu dengan Kate. Dia sangat polos dan bahkan jika dia terkadang melakukan hal-hal yang sulit dipahami, itu hanya karena dia tidak tahu kalau dia salah. Ibunya pergi saat dia masih sangat kecil dan tidak ada dari kami yang mengajarinya hal-hal seperti ini. Itulah kenapa dia begitu naif. Jadi, tolong salahkan aku atas segala kesalahan yang telah dia buat.”Setelah mengatakan semua hal itu, kekuatan Benji tampak kembali. Dia menengadahkan kepalanya dan menatap Daffa, melanjutkan, “Aku tahu kamu adalah pria yang baik dan bijak.”Saat matanya bertemu dengan mata Daffa, Daffa tidak bisa menggelengkan kepalanya, tapi dia tidak ingin membiarkan Benji begitu saja. Setelah beberapa detik, dia pun menemukan respons yang sempurna—dia mengangkat bahunya, lalu memalingkan pandangannya dan fokus pada Hans yang terus menunggunya dengan tangan yang m
Daffa tahu Hans hanya sedang terburu-buru untuk pergi supaya dia bisa menyelidiki tentangnya, jadi dia tidak membuatnya terus menunggu. Dengan tenang, dia berkata, “Kamu boleh pergi kalau kamu mau, tapi ada yang harus dibayar.”Ketenangannya membuat Hans makin meragukan dirinya. Namun, dia tidak ingin merusak kredibilitasnya dengan merubah sikapnya lagi, jadi dia balik menatap Daffa, memaksakan dirinya untuk tetap tenang. Sebelum dia memastikan identitas Daffa, dia hanya bisa memperlakukannya sebagai seseorang yang setara.“Katakanlah. Aku akan memberikannya padamu selama itu adalah sesuatu yang bisa kubayar.”“Kate.” Ini adalah jawaban Daffa.Hans tertegun sesaat karena itu, tapi tidak lama dia tersenyum dan melambaikan tangannya. “Aku akan menuruti permintaanmu.” Dia memperhatikan Daffa dengan saksama, ingin melihat ekspresinya yang gembira. Mengecewakan baginya, wajah Daffa tetap tidak berekspresi. Hans menelan ludah, merencanakan tindakan selanjutnya.Kemudian, dia melihat Daf
Terimalah AkibatnyaKate berkata dengan tegas, “Kalau begitu, aku tidak mau kamu bertengkar dengan Daffa ataupun meminta maaf padanya.”Mata Benji berkedut. Dia mengerutkan bibirnya, pada akhirnya menepuk kepalanya tanpa berkata apa-apa.Kate terus menatapnya. Dia tidak mengerti apakah Benji telah menyetujui permintaannya atau tidak. Sambil dia memikirkannya, Benji berjalan ke arah Daffa. Kate mengamatinya dengan penuh harap, tapi segera menjadi kecewa karena Benji tidak melakukan sesuai keinginannya.Benji menghela napas lembut, lalu berkata, “Lihatlah sepolos apa dia. Ini semua karena aku ….” Dia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya karena Kate mengganggunya. Kate berdiri di tengah-tengah mereka berdua sambil memunggungi Benji dan Benji pun mengerutkan dahinya, hendak menegurnya.Namun, dia tidak bisa melakukannya karena dia tahu Kate hanya sedang mengkhawatirkannya.Kate memandang Daffa dan mengamati ekspresi kebingungannya. Dia tersenyum dan dengan lembut berkata, “Aku tahu Pa
Benji berpikir Daffa setidaknya akan mempertimbangkannya. Mengecewakan baginya, Daffa menggelengkan kepalanya dengan tegas. “Aku mungkin memiliki kesan yang sedikit lebih baik terhadapmu sekarang, tapi itu tidak cukup untuk menghentikan aku menghabisi seseorang yang telah berulang kali mencoba melukaiku.”Wajah dan nada bicaranya begitu datar, memperjelas bagi semua orang bahwa keinginan Benji tidak akan terkabul. Benji memucat. Dia meletakkan tangannya di lututnya, tampak ingin bangkit berdiri, tapi dia tidak berhasil.Camilla berdiri di dekat sana, memperhatikan mereka. Dia tidak menyangka Benji akan bertindak sejauh itu untuknya, terutama saat Benji biasanya bersikap seolah-olah tidak memedulikannya sama sekali. Jantungnya berdebar kencang dan dia meletakkan tangannya di dada sambil berjalan ke arahnya.Ketika dia mulai bergerak, Daffa mendengar langkah kakinya. Dia mengerutkan dahinya dalam-dalam dan menoleh untuk menatapnya tidak suka, tapi dia tidak menghentikannya. Camilla be
Daffa tidak memperbolehkan mereka untuk bertanya lagi setelah itu. Dia memandang pinggang Camilla dan dengan tenang berkata, “Ada pisau yang diselipkan di ikat pinggangmu sekarang, ‘kan? Kamu pasti sudah berusaha keras untuk mengambilnya di tengah-tengah kekacauan tadi.”Camilla memucat, tidak menyangka Daffa akan mengetahuinya. Sebelumnya, saat dia melakukannya, dia terus mengawasi Daffa untuk memastikan bahwa Daffa tidak memperhatikannya. Dia membeku, tidak tahu apa yang harus dia lakukan.Benji tiba-tiba menatap Daffa dengan tatapan tegas. “Daffa, aku yakin pasti ada sebuah kesalahpahaman. Camilla mungkin telah membuat banyak pilihan yang salah, tapi aku yakin dia tidak akan menusuk seseorang.”Daffa membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi dan memijat pelipisnya. “Kurasa tidak ada lagi yang perlu didiskusikan. Kalau ada yang ingin kamu katakan mengenai hal ini, aku tidak masalah menangani kalian berdua bersamaan.”Ekspresi semua orang berubah mendengar perkataannya. Camilla tampa
Dia menjadi tenang dan otaknya mulai bekerja lagi. Dia tidak tahu apakah Daffa sedang mengatakan yang sebenarnya karena ekspresi wajahnya yang sangat datar. Itu berbeda sekali dengan deskripsi yang ada di buku psikologi mengenai ekspresi seseorang yang bersemangat.Sebagai seorang aktor, kepala penjaga keamanan itu pernah mengambil kelas psikologi untuk memerankan karakternya dengan lebih realistis. Dengan begitu, dia percaya buku itu benar. Dia memandang Daffa dan mencoba membacanya.Daffa tahu apa yang sedang dilakukan oleh pria itu, tapi dia tidak merespons. Setelah keheningan selama beberapa detik, dia berkata, “Aku ingin tahu alasan ketidakhadiranmu. Firasatku memberitahuku alasannya sama dengan kenapa kamu menjadi penjaga keamanan di sini. Pada akhirnya, aku akan berurusan dengan orang-orang ini, jadi tidak ada gunanya kamu menyembunyikan kenyataannya. Jika kamu ingin terus menjadi orang sukses dengan karier yang sukses, orang-orang ini hanya akan menjadi penghambat bagimu—sepe
Daffa tahu kepala penjaga keamanan itu murka karena prasangka mahasiswa lainnya dan dia dapat meledak kapan pun. Senyuman geli melengkung di wajah Daffa seraya dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Itu karena aku saat itu belum mengetahui bahwa aku adalah pewaris keluarga kaya. Kemiskinan yang pernah kualami itu sangat nyata—begitu parah hingga aku tidak berani makan sampai aku merasa kenyang setiap kali aku makan, takut aku akan kehabisan uang.”Dia berbicara dengan sangat tenang, tapi perkataannya menyentuh penjaga keamanan itu yang matanya memerah. Maka dari itu, Daffa tersenyum tidak berdaya, meluruskan punggungnya, dan berjalan menghampiri kepala penjaga keamanan itu. Dia lalu meremas bahu pria itu untuk menenangkannya.“Kamu tidak perlu merasa emosional untukku karena aku tidak merasa hal-hal yang telah kulakukan di masa lalu patut untuk ditangisi,” katanya sambil tersenyum cerah.Hal itu hanya membuat penjaga keamanan itu makin merasa kasihan pada Daffa. Namun, dia tidak
“Kalau begitu, sesuai keinginanmu. Aku akan mengumpulkan dewan direksi lainnya untuk memulai rapatnya. Aku sudah memberi tahu mereka sebelumnya melalui laptopku, tapi mereka mengabaikan aku—mereka tidak pernah menganggapku serius. Ada juga manajer bisnis menyusahkan yang sebelumnya kurekrut. Walaupun aku tidak mau mengakuinya, tapi aku tidak bisa menyangkal kurangnya kemampuanku untuk mengatur saluran televisi ini. Demikian pula, ketidakpedulianku membuat para karyawan melakukan hal-hal buruk sesuka hati mereka.”Kemudian, dia berjalan pergi dengan kepala yang tertunduk. Kekecewaan membebani pundaknya karena dia pernah menghabiskan begitu banyak energi untuk menjalankan FT TV. Akan tetapi, akhir-akhir ini, yang bisa dia lakukan hanyalah duduk di pintu utama perusahaan dan menyaring tamu mana saja yang datang dengan niat buruk. Yang memperburuk semuanya, dia sekarang tidak memiliki pilihan selain menyerahkan FT TV pada Daffa.Masih duduk di kursi, Daffa tahu setiap kata yang dikatakan
Daffa maju satu langkah, berbalik untuk menghadap ke depan, dan memasuki ruang rapat itu.Penjaga keamanan itu membeku dengan tatapan kosong. Butuh waktu yang lama baginya sebelum tersadar kembali, bergegas menyusul Daffa sementara matanya bergerak-gerak ke sana kemari di tempat itu.Kemudian, dia tersenyum dengan hangat pada Daffa dan berkata, “Sebelum kita menugaskan penerus baru FT TV, aku akan melayanimu dengan sebaik mungkin. Seperti itulah kurang lebih situasinya nanti. Dalam keadaan apa pun, aku akan sangat senang melayanimu.”Kerutan muncul di wajah Daffa sesaat, tapi dia tidak mengatakan apa-apa karena dia tahu kepala penjaga keamanan di sampingnya sedang mengatakan kebenarannya. Itu adalah pemikiran sesungguhnya penjaga keamanan itu.Namun, Daffa tidak memerlukan itu. Dia hanya ingin mengumpulkan para petinggi perusahaan saluran televisi itu di ruang rapat saat itu juga. Barulah saat itu dia bisa tenang dan melakukan apa yang dia inginkan. Meskipun dia merasa cemas, dia t
Daffa menaikkan sebelah alisnya, mengenali kepala penjaga keamanan itu karena mereka sebelumnya menaiki lift bersama. Dia dengan tenang berkomentar, “Kamu terlihat lebih baik mengenakan setelan jas ini daripada seragam penjaga keamanan sebelumnya.”Reaksi Daffa anehnya sangat tenang meskipun dia melihat kepala penjaga keamanan, yang seharusnya hanya menghasilkan 37,5 juta rupiah per bulannya, berganti pakaian dengan setelan jas mahal.Perubahan itu menandakan bahwa penjaga keamanan itu, pada kenyataannya, merupakan seseorang berstatus tinggi dan bertanggung jawab mendistribusikan gaji para karyawan lainnya.Karena Daffa tenang, kepala penjaga keamanan itu tidak bisa menahan emosinya. Alisnya menaik sangat tinggi terkejut seraya tersenyum pada Daffa. “Kamu tidak terlihat terkejut oleh identitasku yang sebenarnya. Apakah kamu sudah mengetahuinya lebih dulu?”Setelah mendengar hal itu, Daffa, yang hendak melangkah maju, berhenti melangkah. Ambang pintu lift adalah satu-satunya hal yan
“Ada juga pria di pintu masuk utama perusahaan yang mengawasi semua anggota keamanan!” Berpikir begitu, semua rambut di punggung direktur itu menegak.Berdiri di hadapan si direktur, Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Itu reaksi yang aneh. Kamu terlihat ketakutan, tapi aku tidak tahu kenapa. Apakah aku perlu mengingatkanmu bahwa kamu memintaku untuk datang kemari? Kukira kamu setidaknya akan siap secara mental untuk menghadapi konsekuensinya setelah aku tiba.”Mulut direktur itu menganga sangat lama. Di suatu titik, direktur itu kembali tersadar dan memohon, “M … Maafkan aku! Aku sangat bersedia untuk menyampaikan permintaan kepada para atasanku. Aku bersumpah aku sangat bersedia, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku mungkin akan kehilangan pekerjaanku. Lagi pula, perusahaan ini tidak dimiliki oleh satu orang saja dan kami juga merupakan saluran televisi ….”Dia menelan ludah dan memandang lantai setelah mengatakannya. Roda gigi di dalam otaknya berputar kencang, m
“Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk
Daffa bahkan tidak bisa menjamin bahwa direktur bodoh itu dapat memahami apa yang akan dia katakan, jadi dia tetap terdiam. Namun, dia terkejut karena direktur itu menganggap diamnya dia sebagai tanda kekalahan.Direktur itu menganggap hal itu sebagai konfirmasi bahwa Daffa sedang memakai barang tiruan. Oleh karena itu, dia mendongakkan dagunya pada Daffa dengan angkuh dan berbicara lebih lantang daripada sebelumnya. “Kenapa kamu tidak menjawab? Apakah itu karena tebakanku benar dan kamu sekarang takut?”Daffa tidak ingin menghabiskan energinya menjelaskan hal-hal pada direktur itu lagi, jadi Daffa hanya menghampiri pria itu untuk menekankan, “Aku adalah orang yang pemarah dan aku yakin kamu sudah mendengarnya dari orang lain beberapa hari belakangan. Namun, yang membuatku terkejut adalah kamu bersikeras untuk membuatku kesal.”Seraya dia menggelengkan kepalanya, dia meretakkan buku-buku jarinya, mengeluarkan suara yang renyah dan menakutkan.Setelah mendengarnya, lutut direktur it
“Konyol sekali. Apakah kamu sudah lupa? Kamu menelepon dan mengirimnya pesan di hadapanku, berkata bahwa kamu melakukan semua hal ini karena kamu jatuh cinta pada wajah tampannya di televisi. Ini semua tidak akan terjadi jika dia mau berpacaran denganmu!”Senyum sinis tersungging di wajah direktur itu seraya dia mengejek, “Lagi pula, sepertinya kamu salah paham. Kamu bukan wanitaku.”Daffa merasa sangat jijik dengan kedua orang itu hingga tenggorokannya terasa tercekit.“Kalau kalian memanggilku kemari hanya untuk membanggakan mengenai bagaimana kalian akan memaksakan aku melakukan kekerasan, yah, aku bisa mengatakan ini—kalian pada dasarnya sedang cari mati dengan melakukan itu!” sela dia sambil mengulurkan tangan ke atas untuk memijat pelipisnya.“Membasmi musuh-musuhku adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Namun, sekarang, aku tidak masalah.”Dengan begitu, dia berjalan di ruang kerja itu dan duduk di sofa, dengan santai menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain.Seme