Roda gigi di dalam otaknya berputar secepat kilat dan pria itu membuat keputusannya dalam kurang dari satu detik. Dia dengan cepat melangkah mundur saat kepalan Daffa mendekati wajahnya.Daffa tidak menebaknya, jadi dia tidak mengejar orang itu karena berhati-hati. Saat kepalannya telah sepenuhnya diulurkan, pria itu sudah berada jauh darinya.“Kamu benar-benar hebat,” ujar pria itu sambil memandang Daffa dan berdiri di atas pagar beton Remnard Estate. Dia pun kabur, menghilang begitu saja.Badan Daffa berkedip saat itu juga. Dia ingin mengejar pria itu, tapi dia terkejut karena dia tidak bisa mendeteksi aura orang itu di udara.Pria itu tidak meninggalkan jejak apa pun seolah-olah dia tidak pernah ada di sana.Karena itu, Daffa berhenti di tempatnya, tidak lagi melaju ke depan. Alasan lainnya dia tidak bergerak adalah karena dia merasa tornadonya menghilang saat pria itu pergi. Maka, tubuh Rafael pun dengan cepat terjatuh dari ketinggian hampir sembilan meter di atas tanah.Daff
Pada saat itu, Rafael hanya ingin mendapatkan perlindungan dari Daffa.Daffa sama sekali tidak menduga hal itu akan terjadi. Oleh karena itu, dia menyeringai terhibur, berkata, “Apa yang kamu katakan membuatku puas, jadi aku bersedia untuk membantu.”Dia meregangkan lehernya sambil melanjutkan, “Karena kamu sudah mengungkapkan kesetiaanmu padaku, aku bisa memberitahumu dengan terus terang bahwa aku datang kemari untuk mendapatkan saham Grup Ganendra.”Mata Rafael membelalak lebar tidak percaya mendengar hal itu. Dia terhuyung mendarat dengan bokongnya, lupa bahwa dia hendak berdiri. Keheningan yang suram selama beberapa saat berlalu sebelum dia menatap ke bawah, memberengut, “Karena kamu sudah memberi tahu rencanamu padaku, aku yakin aku tidak bisa menolaknya. Tolong beri aku beberapa menit untuk memproses informasi ini. Terlalu menyakitkan bagiku untuk langsung menerimanya. Lagi pula, aku akan memberikan kekayaan yang telah kudapatkan dengan kerja keras seumur hidupku untuk orang l
Jika Daffa belum mencari tahu dengan detail mengenai kedua orang itu, dia pasti akan mengira bahwa Cindy adalah musuh Rafael melihat dari kekerasan Rafael terhadapnya.Rafael tahu Daffa sekarang memiliki kesan yang buruk terhadapnya. Namun, dia menahan diri untuk tidak membicarakan mengenai Cindy dan hanya berdiri di sana, mengamati Daffa.“Karena sekarang tempat ini sudah tidak berisik,” katanya, “kita bisa mendiskusikan persyaratan pengalihan saham Grup Ganendra padamu.”Daffa menyeringai setuju seraya mengamati ekspresi tegas Rafael.Itu adalah pertama kalinya sejak Daffa tiba di sini bahwa Rafael memberikan aura yang seharusnya dia miliki—energi berwibawa seorang pemimpin Grup Ganendra.Tetap saja, Daffa duduk di sana tanpa berekspresi dan dalam diam menyesap kopinya. Akan tetapi, saat dia mengangkat gelasnya, sekretaris Rafael mengulurkan tangannya padanya. Dia juga berbicara dengan nada yang lebih manis dibandingkan sebelumnya.“Tuan Halim, kopi Anda sudah dingin. Bagaimana
“Aku akan menerima persyaratanmu karena kamu sudah cukup bermurah hati,” kata Daffa sambil bangkit dari bangkunya untuk berdiri. Dia memasukkan tangannya ke dalam sakunya, berbalik, lalu beranjak ke arah vila Keluarga Ganendra.“Karena kedua sekretaris kita tidak ada di sini, hanya kamu yang bisa menyusun sebuah kesepakatan transfer saham kita.”Rafael memejamkan matanya. Akan tetapi, satu detik kemudian, dia bergegas menyusul Daffa dan memasuki vilanya bersama Daffa. Ekspresi pasrah menyelimuti wajahnya seperti sebuah awan gelap, tapi Rafael harus melakukannya untuk bertahan hidup.Lagi pula, tidak ada yang tahu apakah dia bisa mempertahankan Remnard Estate. Mungkin vila itu dan setiap furnitur di dalamnya tidak lagi menjadi miliknya jika dia membantah Daffa.Ada banyak pikiran yang mengisi benak Rafael, tapi dia tetap memasang ekspresi kosong sepanjang waktu. Saat dia memasuki ruang kerja, dia mendapati Daffa duduk di kursi ergonomis di balik meja.Dia bahkan dengan penuh perhat
Walaupun sakit bagi Rafael untuk membungkuk karena Daffa masih mencengkeram rambutnya, dia tetap melakukannya.Alis Daffa berkerut. Dia terkejut melihat Rafael melakukan itu, jadi dia melepaskan cengkeramannya dan menepuk telapak tangannya, membersihkannya.Dia lalu menunjuk ke arah papan ketik, berkata, “Mulai sekarang, aku ingin kamu selesai menyusun kesepakatan transfer sahamnya. Namun, selain kesepakatan itu, kamu juga akan menyerahkan seluruh aset, tidak termasuk uang tunai, yang berada di bawah namamu padaku.”Mata Rafael membelalak lebar sebelum dia dengan patuh duduk di kursi. Akan tetapi, dia tidak menyentuh papan ketiknya. Alih-alih, dia membentak dengan dingin, “Kamu benar-benar keterlaluan, Daffa Halim! Mungkin hari ini aku kalah, tapi tindakanmu saat ini sudah kelewatan!”Dia berbicara dengan nada yang terkendali dan tampak tenang, seolah-olah bukan dia yang berada dalam bahaya. Namun, dia banjir keringat di dalam bajunya. Dia tahu jika dia terus berkeringat selama sat
Helaan napas lega keluar dari mulut Rafael ketika dia melihat Daffa menghentikan langkahnya. Di matanya, itu berarti Daffa bersedia membantunya. Namun, dia tidak menyadari bahwa Daffa sudah selangkah lebih maju darinya dan mengetahui bahwa tank itu berarti berita buruk.Daffa hanya berhenti untuk mempertimbangkan pilihan terbaiknya—membiarkan Rafael mati sekarang atau menyelamatkannya.Akan tetapi, dia tidak perlu berpikir panjang karena tidak lama, seorang pria keluar dari salah satu tank itu dan menghampirinya dengan tongkat bisbol. Daffa lalu menaikkan sebelah alisnya sebelum memutuskan untuk tetap diam.Sebaliknya, pria yang menghampirinya tidak memiliki sentimen yang sama. Dia berdiri di hadapan Daffa, amarah membuat ujung telinganya memerah. Dia mencengkeram tongkat bisbol itu dengan sangat erat sampai pembuluh darah di lengan bawahnya mencuat.Tetap saja, dia menggertakkan giginya, menahan amarahnya untuk berkata, “Aku adalah Benji Aruna. Aku yakin kamu sudah menebak latar b
Itu membuat Benji sangat kesal. Dia mengambil tongkatnya lagi, berharap bisa menyerangnya. Kali ini, situasinya tidak berjalan sesuai keinginannya karena Kate berlari untuk melindungi Daffa.Kate mengulurkan kedua tangannya ke depan, memegang tongkat bisbol Benji dengan erat sampai menghentikan tongkat itu terus menurun. Semburat kemerahan merembes ke bagian putih matanya dan pipinya.“Paman Benji, apakah Paman lebih memercayai orang-orang yang mengunggah video ini dibandingkan aku? Tidakkah Pamah tahu orang-orang itu menjebakku untuk mendapatkan kekayaan ayahku? Bukankah terlalu pas bahwa mereka mengunggah video ini sekarang saat ayahku menghilang? Merekalah yang paling diuntungkan dari situasi ini, bukan aku dan Daffa!”Wajah Benji berubah, masih berhati-hati tapi sedikit percaya, jadi dia menarik tongkatnya.Merasa akhirnya memahami situasinya dengan jelas, Daffa menaikkan sebelah alisnya sambil mengamati para pengamat di belakangnya. Mereka terus berdiri di sekitar sana selama
“Ayo pergi dulu sekarang. Aku janji aku akan membuktikannya padamu nanti bahwa aku tidak berbohong,” jelas Kate.Situasi yang kacau itu adalah apa yang Rafael lihat saat dia bergegas berlari ke halaman. Dia membeku, tidak bisa melangkah lagi karena semua orang telah melihatnya keluar dari vilanya.Rafael berada dalam dilema karena tidak tepat baginya untuk tinggal ataupun pergi. Bahkan jika dia mencoba untuk pergi, tidak ada cara yang benar untuk melakukannya.Mata Benji masih terpaku pada Daffa, tidak repot-repot melirik ke samping untuk melihat Rafael. Jemarinya memegang tongkat bisbol dengan erat lagi sementara napasnya menjadi berat.Berdiri di seberang Benji, Daffa terus meletakkan tangannya di dalam sakunya. Dia tampak seolah tidak gentar walau sedang menjadi target tatapan membunuh Benji.Itu hanya membuat Benji makin kesal. Dia menggertakkan giginya begitu keras sampai rahangnya mengeras. Di waktu yang bersamaan, dia memastikan untuk menekankan hinaannya, “Dasar b*jingan!”
Pesan di ponselnya berasal dari Briana dan bertuliskan, “Tuan, para musuh sudah tiba. Apa yang harus kami lakukan sekarang? Jumlah mereka besar. Jika kami menghadapi mereka, kecil kemungkinannya kami dapat mengalahkan mereka sekaligus bertahan hidup. Bagaimanapun, jumlah pihak kita lebih kecil. Kalaupun kita menghitung bawahan-bawahan yang akan Danar bawa, itu tidak akan cukup untuk mengalahkan musuh.Pesan itu lugas dan singkat, tapi Daffa tahu Briana merasa gugup. Dia mengangkat sebelah alisnya dan melengkungkan bibirnya, berpikir, “Briana memiliki kemampuan dan kekuatan yang luar biasa, jadi aku tidak mengerti kenapa dia panik.”Meskipun demikian, Daffa dengan cepat mengetik jawaban, “Suruh bawahan kita berjaga dengan berbaris di sisi hotel atau pintu masuk. Aku ingin hotelnya dikelilingi. Tidak perlu mengatur pertahanan di dalam hotel—biarkan saja musuhnya masuk. Ketika mereka sudah masuk, situasinya mungkin akan menguntungkan bagi kita meskipun kita memiliki orang yang lebih sed
Banyak orang telah bersikap hormat pada Daffa. Akan tetapi, Danar terlihat sangat penuh hormat, serius, dan bahagia dibandingkan yang lain. Daffa melengkungkan bibirnya, tertawa pelan. Itu adalah pertama kalinya dia menunjukkan tawa yang tulus di hadapan bawahannya. Dia bahkan mengangkat tangannya untuk memijat area di antara kedua alisnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri.“Lalu, ketika kamu kembali, tolong beri tahu bawahanmu yang bersedia bergabung denganku untuk beristirahat. Kalau situasinya berjalan sesuai rencana, kita harus menghadapi masalah lainnya besok atau lusa. Kuharap semua orang bisa beristirahat dan memulihkan diri sebelum masalah itu terjadi.”Senyuman di wajah Danar berubah menjadi raut wajah tegas hampir seketika. Dia mengangguk dan menjawab, “Baik, Tuan Halim.”Di saat yang sama, dia bersumpah di dalam hatinya untuk tidak pernah membiarkan kesalahan hari ini terjadi pada dirinya sendiri ataupun bawahannya yang lain. Kalaupun Daffa tidak mempermasalahkan kesalah
Terlebih lagi, Bart bahkan dapat menyerang dengan mudah. Meskipun Danar adalah targetnya dan bukan Daffa, situasi itu hampir membahayakan nyawa Daffa.Mempertimbangkan hal itu, Danar melompat ke luar mobil dan bergegas menghampiri Daffa yang sudah turun dari kursi belakang. “Tuan Halim, bagaimana cara saya mengikat tali dengan cukup kuat untuk menahan seseorang?”Mata Daffa hampir copot dari tempatnya ketika dia mendengar itu. Meskipun demikian, dia dengan sabar menjelaskan cara yang benar sambil berjalan menuju hotel.Melihat kedua orang itu berjalan menjauh, Bart melotot. Dia tetap berada di kursi belakang dengan kedua tangannya yang terkepal di atas lututnya.Amarah menggerogoti dirinya seraya dia berpikir, “Terlalu banyak hal yang terjadi semalam. Aku masih merupakan putra dari keluarga kaya sebelumnya, tapi sekarang aku telah menjadi tahanan! Itulah apa yang diderita oleh Keluarga Ganendra—dan aku menertawakan mereka karena itu! Siapa sangka aku akan berakhir di situasi yang s
Danar tidak berpikir panjang sebelum mencondongkan tubuhnya ke depan untuk mengambil posisi bertahan, dia melihat ke belakangnya dan berteriak, “Tuan Halim, tolong keluar dari mobil sekarang! Di dalam sini berbahaya!”Dia lalu membungkuk ke depan dengan kaki yang berjongkok seraya dia menghindari jangkauan serangan Bart.Keseluruhan hal itu tampak lucu bagi Daffa yang sedang tertawa terbahak-bahak. “Pfft! Hahaha! D … Danar, aku tidak menyangka kamu akan bereaksi secepat ini ….”“Cukup! Berhenti tertawa! Kamu membuatku jengkel dan aku bersumpah akan menyerangmu selanjutnya jika kamu terus tertawa!” seru Bart dengan sangat lantang. Setelahnya, dia mengulurkan tangannya dan menggerakkan jarinya seakan-akan dia sudah memiliki cakar yang mematikan kepada Daffa.Namun, itu semua terjadi dalam gerak lambat di mata Daffa, memberikannya tampilan penuh untuk setiap gerakan Bart. Bibir Daffa berkedut seraya dia berkomentar, “Kemampuan bertempurmu tidak sehebat itu. Seranganmu benar-benar bera
Bart menelan ludah. Meskipun tangannya masih diikat di belakangnya dengan tali, dia masih dapat mengepalkan tangannya.Penghinaan memenuhi matanya seraya dia menatap Daffa dan menggeram, “Bukan hanya memukulku, kamu juga telah mengakuinya dengan tidak tahu malu! Apakah kamu benar-benar berpikir bahwa tidak ada apa pun—bahkan hukum mana pun—di dunia ini yang dapat menahanmu?”Mata Daffa menyipit menjadi garis seraya dia berpikir, “Aku tahu apa yang Bart lakukan. Dia sedang menunjukkan otoritasnya padaku dan mengisyaratkan secara halus bahwa dia bukanlah seseorang yang dapat dilawan. Pfft. Hanya saja, dia tidak tahu sekonyol apa tindakannya bagiku.”Tidak repot-repot menyembunyikan perasaannya, Daffa mendengus sebelum menyeringai dengan nakal. Bibirnya melengkung lebih dalam detik demi detik seraya dia perlahan berbicara, “Aku telah menghadapi kemurkaan banyak orang dan mereka sering kali bersikap sepertimu—dengan cara yang menyedihkan dan hampir kekanak-kanakan.”Melihat seringaian
“Kurasa kita bisa menyebut ini keajaiban medis,” kata Daffa sambil mengangkat bahunya dan mengangkat kedua tangannya di udara. Dia lalu menoleh untuk melihat ke sampingnya.Itulah tempat Bart terduduk. Matanya terpejam sepanjang waktu, tapi dia menghela napas pada saat itu, dengan kaku menoleh ke arah Daffa dan berbicara seperti robot. “Kamu pintar, ya. Aku sudah berusaha keras untuk menyamarkan keadaan sadarku. Sayangnya, kamu tetap menangkapku.”Dia tidak lagi menyembunyikan keadaan tersadarnya pada saat itu. Setelah mengatakan itu, dia memperjelas kebencian di dalam matanya ke arah Daffa dan Danar.“Lucu sekali kamu berkata begitu.” Daffa terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian, dia bertatapan dengan Bart, menatapnya dengan tatapan kebingungan seraya dia mengumumkan, “Kalaupun kamu sudah tenggelam dalam peranmu dan berakting sebaik mungkin, aku hanya dapat mengatakan satu hal—aktingmu itu tidak pernah mengecohku sekali pun. Kemarahanmu terpancar dari setiap pori-porimu.
“Jika aku memercayai kata-kata tidak berguna yang Richard katakan, aku akan menjadi lembut dan mulai memercayainya. Dia mungkin akan menggunakan aku sebagai alat nanti.” Danar menghela napas dan tidak ingin memiliki pendapat yang negatif terhadap anak berusia 10 tahun.Akan tetapi, dia tetap tidak dapat menahan kekhawatirannya agar tidak mengisi benaknya, jadi dia perlahan kehilangan ketenangannya.Daffa meletakkan kedua tangannya di balik punggungnya, tapi dia tersenyum pada saat itu. Dia merasa situasinya menjadi lebih menarik daripada sebelumnya. Dia telah meninggalkan pintu pada saat itu.Sebelumnya, ketika Danar sedang menuju ke sana, banyak bawahan lainnya ingin bergabung, tapi ditolak oleh Daffa karena mereka memiliki kemampuan bertarung yang kurang. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika orang-orang itu ikut dengan Daffa. Lagi pula, Daffa tidak familier dengan wilayah di sekitarnya.Maka dari itu, sekumpulan bawahan itu, tidak termasuk Danar, akan berada dalam bahay
“Iya, Tuan! Saya sudah siap untuk menjalankan setiap perintah Anda!” jawab Danar.Bibir Daffa berkedut, tapi segera kembali normal seraya dia memberi perintah, “Aku butuh kamu menahan Bart Bakti dan pastikan dia tidak dapat menyerang. Kemudian, bawa dia ke dalam mobil ini supaya kita bisa pergi.”Pandangan Danar gemetar hebat mendengarnya. Dia mengepalkan tangannya, merasa bersemangat dan bertekad untuk menyelesaikan tugasnya karena itu adalah tugas pertama yang Daffa perintahkan padanya. Meninggikan suaranya, dia dengan antusias berkata, “Baik, Tuan Halim! Saya akan melakukannya sebaik mungkin!”Daffa mengangkat tangannya, melambaikannya sambil menjawab, “Bagus. Pertama-tama, ambilkan tali yang cukup tebal untuk menjaganya tetap terkendali. Kamu akan berjalan di belakang kami begitu kamu telah mengambilkan talinya.”Dia lalu bersandar ke sofa dan menoleh ke arah Richard dan menambahkan, “Kamu pasti gelisah mengenai apa yang akan terjadi, melihat dari kelopak matamu yang terus berk
Daffa menatap Richard, mengetuk jari-jarinya dengan berirama di sandaran punggung sofa itu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, indranya memberitahunya bahwa ada yang salah dengan tubuh laki-laki di hadapannya.Anehnya, indranya yang tajam juga memberitahunya bahwa anak itu baik. Pesan yang bertentangan itu membuat Daffa tertarik. Dia mengangkat tangannya untuk memijat pelipisnya, lalu memandang Richard dan bertanya, “Bagaimana aku bisa membuktikan bahwa apa yang kamu katakan adalah benar?”Raut wajah Richard menegang dan kulitnya yang sawo matang menggelap dengan warna kemerahan.Daffa tahu itu berarti Richard marah. Daffa menyandarkan punggungnya dengan nyaman, menyeringai terhibur sambil mengayunkan tangannya dengan acuh tak acuh.Kemudian, Daffa berkata, “Baiklah, kamu tidak perlu marah-marah. Aku percaya kamu telah mengatakan kebenarannya. Demikian pula, aku berterima kasih kamu telah bersedia menyampaikan informasi itu padaku. Sekarang, aku ingin tahu apa rencana kalian setela