Walaupun sakit bagi Rafael untuk membungkuk karena Daffa masih mencengkeram rambutnya, dia tetap melakukannya.Alis Daffa berkerut. Dia terkejut melihat Rafael melakukan itu, jadi dia melepaskan cengkeramannya dan menepuk telapak tangannya, membersihkannya.Dia lalu menunjuk ke arah papan ketik, berkata, “Mulai sekarang, aku ingin kamu selesai menyusun kesepakatan transfer sahamnya. Namun, selain kesepakatan itu, kamu juga akan menyerahkan seluruh aset, tidak termasuk uang tunai, yang berada di bawah namamu padaku.”Mata Rafael membelalak lebar sebelum dia dengan patuh duduk di kursi. Akan tetapi, dia tidak menyentuh papan ketiknya. Alih-alih, dia membentak dengan dingin, “Kamu benar-benar keterlaluan, Daffa Halim! Mungkin hari ini aku kalah, tapi tindakanmu saat ini sudah kelewatan!”Dia berbicara dengan nada yang terkendali dan tampak tenang, seolah-olah bukan dia yang berada dalam bahaya. Namun, dia banjir keringat di dalam bajunya. Dia tahu jika dia terus berkeringat selama sat
Helaan napas lega keluar dari mulut Rafael ketika dia melihat Daffa menghentikan langkahnya. Di matanya, itu berarti Daffa bersedia membantunya. Namun, dia tidak menyadari bahwa Daffa sudah selangkah lebih maju darinya dan mengetahui bahwa tank itu berarti berita buruk.Daffa hanya berhenti untuk mempertimbangkan pilihan terbaiknya—membiarkan Rafael mati sekarang atau menyelamatkannya.Akan tetapi, dia tidak perlu berpikir panjang karena tidak lama, seorang pria keluar dari salah satu tank itu dan menghampirinya dengan tongkat bisbol. Daffa lalu menaikkan sebelah alisnya sebelum memutuskan untuk tetap diam.Sebaliknya, pria yang menghampirinya tidak memiliki sentimen yang sama. Dia berdiri di hadapan Daffa, amarah membuat ujung telinganya memerah. Dia mencengkeram tongkat bisbol itu dengan sangat erat sampai pembuluh darah di lengan bawahnya mencuat.Tetap saja, dia menggertakkan giginya, menahan amarahnya untuk berkata, “Aku adalah Benji Aruna. Aku yakin kamu sudah menebak latar b
Itu membuat Benji sangat kesal. Dia mengambil tongkatnya lagi, berharap bisa menyerangnya. Kali ini, situasinya tidak berjalan sesuai keinginannya karena Kate berlari untuk melindungi Daffa.Kate mengulurkan kedua tangannya ke depan, memegang tongkat bisbol Benji dengan erat sampai menghentikan tongkat itu terus menurun. Semburat kemerahan merembes ke bagian putih matanya dan pipinya.“Paman Benji, apakah Paman lebih memercayai orang-orang yang mengunggah video ini dibandingkan aku? Tidakkah Pamah tahu orang-orang itu menjebakku untuk mendapatkan kekayaan ayahku? Bukankah terlalu pas bahwa mereka mengunggah video ini sekarang saat ayahku menghilang? Merekalah yang paling diuntungkan dari situasi ini, bukan aku dan Daffa!”Wajah Benji berubah, masih berhati-hati tapi sedikit percaya, jadi dia menarik tongkatnya.Merasa akhirnya memahami situasinya dengan jelas, Daffa menaikkan sebelah alisnya sambil mengamati para pengamat di belakangnya. Mereka terus berdiri di sekitar sana selama
“Ayo pergi dulu sekarang. Aku janji aku akan membuktikannya padamu nanti bahwa aku tidak berbohong,” jelas Kate.Situasi yang kacau itu adalah apa yang Rafael lihat saat dia bergegas berlari ke halaman. Dia membeku, tidak bisa melangkah lagi karena semua orang telah melihatnya keluar dari vilanya.Rafael berada dalam dilema karena tidak tepat baginya untuk tinggal ataupun pergi. Bahkan jika dia mencoba untuk pergi, tidak ada cara yang benar untuk melakukannya.Mata Benji masih terpaku pada Daffa, tidak repot-repot melirik ke samping untuk melihat Rafael. Jemarinya memegang tongkat bisbol dengan erat lagi sementara napasnya menjadi berat.Berdiri di seberang Benji, Daffa terus meletakkan tangannya di dalam sakunya. Dia tampak seolah tidak gentar walau sedang menjadi target tatapan membunuh Benji.Itu hanya membuat Benji makin kesal. Dia menggertakkan giginya begitu keras sampai rahangnya mengeras. Di waktu yang bersamaan, dia memastikan untuk menekankan hinaannya, “Dasar b*jingan!”
Rafael mengerutkan dahinya dan merasa tertekan. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Setelah menimbang-nimbang sesaat, dia memutuskan untuk memberi tahu kebenarannya pada Camilla. Jadi, dia berbalik dan menatapnya.Sebelum dia bisa mengatakan apa-apa, orang di sampingnya berdeham. Itu membuatnya tersentak dan dia menoleh pada Daffa. Kemudian, dia melihat Daffa berbalik dengan acuh tak acuh seolah tidak ada apa pun yang terjadi.Seketika, Rafael menegang. Dia mengerti apa yang Daffa maksud! Pemahaman itu memperburuk suasana hatinya karena itu adalah kemampuan yang hanya dibutuhkan oleh para bawahan saat berurusan dengan atasan mereka.Dalam kasusnya, dia mempelajarinya bahkan tanpa berusaha sedikit pun. Ekspresi wajahnya menjadi rumit.Namun, dia tidak berani menatap Daffa lagi setelah isyarat yang dia berikan. Beberapa detik kemudian, dia menoleh pada Camilla lagi. Itu adalah pertama kalinya Camilla merasakan tatapan Rafael tertuju padanya dan pipinya pun merona. Dia memainka
Namun, ternyata dia hanya tidak mengenal kakak dan adiknya dengan cukup baik. Malah, mungkin dia tidak memahami mereka sama sekali. Misalnya, dia merasa seperti Camilla adalah orang yang benar-benar asing.Matanya memerah memikirkan hal itu, tapi dia tidak menangis. Dia berdiri di sana dengan tangan yang diletakkan di balik punggungnya, perlahan mengepalkannya.Keheningan menyelimuti mereka. Camilla tetap berlutut di tanah, matanya masih melirik-lirik ke sana kemari, tapi dia tidak mengatakan apa-apa.Benji sudah tahu apa jawabannya. Dia tidak menyangka Camilla akan menunjukkan bahwa dia meremehkannya seterang-terangan itu. Dia menelan ludah dan dengan suara yang serak berkata, “Karena kamu tidak mengatakan apa-apa, aku anggap kamu berpikir bahwa perkataanku masuk akal dan kamu telah menyerah terhadap ide konyolmu itu.”Camilla memelototinya dan memekik dengan melengking, “Benji Aruna! Jangan kira kamu berhak menilai dan ikut campur dengan kehidupanku hanya karena kamu dua tahun le
“Identitas Kate sudah tersebar di seluruh penjuru internet sekarang, dan seseorang bisa melakukan apa pun untuk melukainya kapan pun. Namun, bukannya memikirkan cara untuk menangani hal ini, kamu malah membiarkannya hanya berdiri di sini.”Mata Benji membulat dan ada campuran antara keterkejutan dan penyesalan di balik matanya. Daffa menatapnya dengan kasihan, tapi dia tidak berhenti. Dia tahu perkataan yang akan dia katakan selanjutnya hanya akan lebih menyakitkan.“Aku yakin kamu tidak memikirkan ini, tapi sejak kamu membawa keluargamu di sini, kamu mengakui hubunganku dengan Kate! Sejak detik pertama kamu muncul di sini, tidak akan ada yang memercayaimu lagi, tidak peduli apa pun yang kamu katakan atau bukti apa yang bisa kamu tunjukkan.”Suara Daffa tidak lantang ataupun kuat. Tetap saja, Benji merasakan bajunya basah oleh keringat. Dia tampak kehilangan tenaga untuk tetap berdiri, jadi dia perlahan terduduk dan membenamkan kepalanya di tangannya. Kemudian, dia mencengkeram ramb
Namun, ketika Daffa merasakan perubahan pada emosi Benji, dia langsung menoleh kembali ke arah Benji. Tertangkap basah, Benji menegang. Di saat yang bersamaan, dia terlihat sedang berpikir.Keluarga Aruna adalah keluarga yang kaya, jadi dia telah melihat banyak ahli bela diri. Akan tetapi, tidak ada di antara mereka yang memiliki sensitivitas seperti Daffa. Benji sulit memercayai bahwa orang setajam itu adalah orang yang miskin.Malah, jika dia bisa mendapatkan kendali atas Keluarga Aruna, dia pasti ingin menerima Daffa sebagai bawahannya jika dia memiliki cukup uang untuk melakukannya.Daffa terkejut melihat Benji termenung lagi, tapi tidak butuh waktu lama bagi Benji untuk tersadar kembali.Camilla tampak murka. Dia mengepalkan tangannya dengan erat dan mengayunkannya ke sana kemari, suaranya terdengar seperti kuku di papan tulis saat dia memekik, “Cukup! Kamu benar-benar mengecewakan! Kamu adalah kakakku dan aku adalah satu-satunya orang di dunia ini yang memiliki darah yang sam
“Kalau begitu, sesuai keinginanmu. Aku akan mengumpulkan dewan direksi lainnya untuk memulai rapatnya. Aku sudah memberi tahu mereka sebelumnya melalui laptopku, tapi mereka mengabaikan aku—mereka tidak pernah menganggapku serius. Ada juga manajer bisnis menyusahkan yang sebelumnya kurekrut. Walaupun aku tidak mau mengakuinya, tapi aku tidak bisa menyangkal kurangnya kemampuanku untuk mengatur saluran televisi ini. Demikian pula, ketidakpedulianku membuat para karyawan melakukan hal-hal buruk sesuka hati mereka.”Kemudian, dia berjalan pergi dengan kepala yang tertunduk. Kekecewaan membebani pundaknya karena dia pernah menghabiskan begitu banyak energi untuk menjalankan FT TV. Akan tetapi, akhir-akhir ini, yang bisa dia lakukan hanyalah duduk di pintu utama perusahaan dan menyaring tamu mana saja yang datang dengan niat buruk. Yang memperburuk semuanya, dia sekarang tidak memiliki pilihan selain menyerahkan FT TV pada Daffa.Masih duduk di kursi, Daffa tahu setiap kata yang dikatakan
Daffa maju satu langkah, berbalik untuk menghadap ke depan, dan memasuki ruang rapat itu.Penjaga keamanan itu membeku dengan tatapan kosong. Butuh waktu yang lama baginya sebelum tersadar kembali, bergegas menyusul Daffa sementara matanya bergerak-gerak ke sana kemari di tempat itu.Kemudian, dia tersenyum dengan hangat pada Daffa dan berkata, “Sebelum kita menugaskan penerus baru FT TV, aku akan melayanimu dengan sebaik mungkin. Seperti itulah kurang lebih situasinya nanti. Dalam keadaan apa pun, aku akan sangat senang melayanimu.”Kerutan muncul di wajah Daffa sesaat, tapi dia tidak mengatakan apa-apa karena dia tahu kepala penjaga keamanan di sampingnya sedang mengatakan kebenarannya. Itu adalah pemikiran sesungguhnya penjaga keamanan itu.Namun, Daffa tidak memerlukan itu. Dia hanya ingin mengumpulkan para petinggi perusahaan saluran televisi itu di ruang rapat saat itu juga. Barulah saat itu dia bisa tenang dan melakukan apa yang dia inginkan. Meskipun dia merasa cemas, dia t
Daffa menaikkan sebelah alisnya, mengenali kepala penjaga keamanan itu karena mereka sebelumnya menaiki lift bersama. Dia dengan tenang berkomentar, “Kamu terlihat lebih baik mengenakan setelan jas ini daripada seragam penjaga keamanan sebelumnya.”Reaksi Daffa anehnya sangat tenang meskipun dia melihat kepala penjaga keamanan, yang seharusnya hanya menghasilkan 37,5 juta rupiah per bulannya, berganti pakaian dengan setelan jas mahal.Perubahan itu menandakan bahwa penjaga keamanan itu, pada kenyataannya, merupakan seseorang berstatus tinggi dan bertanggung jawab mendistribusikan gaji para karyawan lainnya.Karena Daffa tenang, kepala penjaga keamanan itu tidak bisa menahan emosinya. Alisnya menaik sangat tinggi terkejut seraya tersenyum pada Daffa. “Kamu tidak terlihat terkejut oleh identitasku yang sebenarnya. Apakah kamu sudah mengetahuinya lebih dulu?”Setelah mendengar hal itu, Daffa, yang hendak melangkah maju, berhenti melangkah. Ambang pintu lift adalah satu-satunya hal yan
“Ada juga pria di pintu masuk utama perusahaan yang mengawasi semua anggota keamanan!” Berpikir begitu, semua rambut di punggung direktur itu menegak.Berdiri di hadapan si direktur, Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Itu reaksi yang aneh. Kamu terlihat ketakutan, tapi aku tidak tahu kenapa. Apakah aku perlu mengingatkanmu bahwa kamu memintaku untuk datang kemari? Kukira kamu setidaknya akan siap secara mental untuk menghadapi konsekuensinya setelah aku tiba.”Mulut direktur itu menganga sangat lama. Di suatu titik, direktur itu kembali tersadar dan memohon, “M … Maafkan aku! Aku sangat bersedia untuk menyampaikan permintaan kepada para atasanku. Aku bersumpah aku sangat bersedia, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku mungkin akan kehilangan pekerjaanku. Lagi pula, perusahaan ini tidak dimiliki oleh satu orang saja dan kami juga merupakan saluran televisi ….”Dia menelan ludah dan memandang lantai setelah mengatakannya. Roda gigi di dalam otaknya berputar kencang, m
“Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk
Daffa bahkan tidak bisa menjamin bahwa direktur bodoh itu dapat memahami apa yang akan dia katakan, jadi dia tetap terdiam. Namun, dia terkejut karena direktur itu menganggap diamnya dia sebagai tanda kekalahan.Direktur itu menganggap hal itu sebagai konfirmasi bahwa Daffa sedang memakai barang tiruan. Oleh karena itu, dia mendongakkan dagunya pada Daffa dengan angkuh dan berbicara lebih lantang daripada sebelumnya. “Kenapa kamu tidak menjawab? Apakah itu karena tebakanku benar dan kamu sekarang takut?”Daffa tidak ingin menghabiskan energinya menjelaskan hal-hal pada direktur itu lagi, jadi Daffa hanya menghampiri pria itu untuk menekankan, “Aku adalah orang yang pemarah dan aku yakin kamu sudah mendengarnya dari orang lain beberapa hari belakangan. Namun, yang membuatku terkejut adalah kamu bersikeras untuk membuatku kesal.”Seraya dia menggelengkan kepalanya, dia meretakkan buku-buku jarinya, mengeluarkan suara yang renyah dan menakutkan.Setelah mendengarnya, lutut direktur it
“Konyol sekali. Apakah kamu sudah lupa? Kamu menelepon dan mengirimnya pesan di hadapanku, berkata bahwa kamu melakukan semua hal ini karena kamu jatuh cinta pada wajah tampannya di televisi. Ini semua tidak akan terjadi jika dia mau berpacaran denganmu!”Senyum sinis tersungging di wajah direktur itu seraya dia mengejek, “Lagi pula, sepertinya kamu salah paham. Kamu bukan wanitaku.”Daffa merasa sangat jijik dengan kedua orang itu hingga tenggorokannya terasa tercekit.“Kalau kalian memanggilku kemari hanya untuk membanggakan mengenai bagaimana kalian akan memaksakan aku melakukan kekerasan, yah, aku bisa mengatakan ini—kalian pada dasarnya sedang cari mati dengan melakukan itu!” sela dia sambil mengulurkan tangan ke atas untuk memijat pelipisnya.“Membasmi musuh-musuhku adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Namun, sekarang, aku tidak masalah.”Dengan begitu, dia berjalan di ruang kerja itu dan duduk di sofa, dengan santai menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain.Seme
Daffa menambahkan, “Karena kalian berdua memanggilku kemari, kurasa baru adil jika kalian berdua menghadapiku untuk menangani permasalahan ini.”Direktur itu bangkit berdiri dari sofa. Perutnya yang bergelambir bergoyang-goyang seperti jeli saat dia berlari ke arah pintu. Hanya butuh waktu kurang dari sedetik baginya untuk melakukannya.Dahlia melihat segalanya terjadi, matanya membulat tertarik oleh adegan konyol itu. Dia tahu direktur itu baru-baru ini bertambah berat badan banyak, jadi dia tidak pernah melakukan pergerakan yang besar. Itu adalah pertama kalinya Dahlia melihatnya.Ketika direktur itu akhirnya tiba di pintu, dia meletakkan satu tangan di pinggangnya sambil membungkuk dan terengah-engah. Napasnya begitu cepat sampai siapa pun akan merasa khawatir dia akan pingsan di detik selanjutnya.Berdiri di samping, Dahlia menundukkan kepalanya, tapi itu bukan karena dia khawatir. Dia melakukan itu untuk menyembunyikan senyumannya. Lagi pula, Daffa sudah membuka pintu, jadi di
Napas kepala penjaga keamanan itu berpacu, menggelitik kulit Daffa. Namun, tidak ada yang jahat dari ekspresi wajahnya. Rasa ingin tahu berbinar di matanya saat dia bertanya, “Kenapa kamu tidak menghentikan aku masuk? Hanya ada kamu dan aku di lift ini, jadi kamu bisa dengan mudah menghancurkan kamera pengawas dan menyerangku jika kamu ingin. Sudah jelas bahwa aku bukanlah tandinganmu. Aku yakin aku akan kalah jika kamu menyerangku sekarang.”Dia menatap Daffa dengan percampuran emosi yang rumit, tapi satu hal yang tidak dia rasakan adalah rasa takut. Berdiri di hadapan Daffa, dia meletakkan kedua tangannya di samping tubuhnya sambil mengangkat kepalanya dengan santai.Daffa mengembalikan pandangan penjaga itu. Tidak lama, lift itu pun tiba di lantai ke-10 dan senyuman terukir di wajah Daffa.“Yah, kalau begitu aku harus membuat harapanmu menjadi kenyataan.” Setelah mengatakan itu, dia mengulurkan tangannya.Walaupun tidak ada yang terlihat tidak biasa dari tindakannya, itu mencipt