Mata Wilson bergetar begitu hebat sampai hampir copot dari tempatnya. Menghadapi Daffa membuatnya amat sangat ketakutan. Suaranya menjadi serak saat dia bertanya, “A … Apa yang kamu coba capai? Aku tidak pernah mengundangmu ke pesta malam in ….”“Cukup!” sela Daffa dengan lantang. “Aku sudah sangat bersabar denganmu. Aku bisa menyelidiki bagaimana undangan itu muncul di kamarku dan siapa yang mengirimkannya padaku. Yang tidak kusangka adalah seseorang akan menggunakan tipu muslihat kekanak-kanakan seperti itu padaku. Akan tetapi, mungkin kamu pikir membuatku hadir dengan undangan palsu ke pesta ini akan membuatku malu. Begitu?”Mata Rafael menjadi redup karena takut. Dia terkejut mengetahui bahwa Daffa tidak peduli jika dia dipermalukan. Karena itu, dia tidak bisa mengatakan perkataan angkuh yang telah dia persiapkan sebelumnya.Yang bisa dia lakukan hanyalah gemetar di tanah seperti mangsa yang ketakutan.Pada saat itu, Daffa mengangkat dagunya sambil meletakkan kakinya pada punda
Rafael tidak berani melihat pria berjubah hitam itu karena dia bisa merasakan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya terpancar dari pria itu. Rafael tidak yakin apakah dia masih akan bernapas jika dia bertatapan dengannya.Akan tetapi, pria itu jelas-jelas tidak memedulikan hal itu karena dia sekarang sedang memusatkan perhatiannya pada Daffa.Saat itu juga, Daffa merasakan aura yang kuat memancar dari pria itu, yang lebih kuat daripada ahli bela diri sebelumnya dengan jubah hitam yang sama yang pernah dia temui. Dia berdiri di sana dan merenung selama beberapa saat, tidak bisa mengingat nama ahli bela diri itu.Daffa kemudian bertatapan dengan pria itu dan memberi perintah pada bawahannya di belakangnya dengan nada waspada, “Kalian bertiga pergilah dari sini secepat mungkin.”Erin tetap berdiri di sana, tidak bersedia untuk pergi. Walaupun begitu, dia diseret pergi oleh Briana dan Edward yang masing-masing menggenggam salah satu lengan Erin. Meskipun dia ingin melawan, kek
Roda gigi di dalam otaknya berputar secepat kilat dan pria itu membuat keputusannya dalam kurang dari satu detik. Dia dengan cepat melangkah mundur saat kepalan Daffa mendekati wajahnya.Daffa tidak menebaknya, jadi dia tidak mengejar orang itu karena berhati-hati. Saat kepalannya telah sepenuhnya diulurkan, pria itu sudah berada jauh darinya.“Kamu benar-benar hebat,” ujar pria itu sambil memandang Daffa dan berdiri di atas pagar beton Remnard Estate. Dia pun kabur, menghilang begitu saja.Badan Daffa berkedip saat itu juga. Dia ingin mengejar pria itu, tapi dia terkejut karena dia tidak bisa mendeteksi aura orang itu di udara.Pria itu tidak meninggalkan jejak apa pun seolah-olah dia tidak pernah ada di sana.Karena itu, Daffa berhenti di tempatnya, tidak lagi melaju ke depan. Alasan lainnya dia tidak bergerak adalah karena dia merasa tornadonya menghilang saat pria itu pergi. Maka, tubuh Rafael pun dengan cepat terjatuh dari ketinggian hampir sembilan meter di atas tanah.Daff
Pada saat itu, Rafael hanya ingin mendapatkan perlindungan dari Daffa.Daffa sama sekali tidak menduga hal itu akan terjadi. Oleh karena itu, dia menyeringai terhibur, berkata, “Apa yang kamu katakan membuatku puas, jadi aku bersedia untuk membantu.”Dia meregangkan lehernya sambil melanjutkan, “Karena kamu sudah mengungkapkan kesetiaanmu padaku, aku bisa memberitahumu dengan terus terang bahwa aku datang kemari untuk mendapatkan saham Grup Ganendra.”Mata Rafael membelalak lebar tidak percaya mendengar hal itu. Dia terhuyung mendarat dengan bokongnya, lupa bahwa dia hendak berdiri. Keheningan yang suram selama beberapa saat berlalu sebelum dia menatap ke bawah, memberengut, “Karena kamu sudah memberi tahu rencanamu padaku, aku yakin aku tidak bisa menolaknya. Tolong beri aku beberapa menit untuk memproses informasi ini. Terlalu menyakitkan bagiku untuk langsung menerimanya. Lagi pula, aku akan memberikan kekayaan yang telah kudapatkan dengan kerja keras seumur hidupku untuk orang l
Jika Daffa belum mencari tahu dengan detail mengenai kedua orang itu, dia pasti akan mengira bahwa Cindy adalah musuh Rafael melihat dari kekerasan Rafael terhadapnya.Rafael tahu Daffa sekarang memiliki kesan yang buruk terhadapnya. Namun, dia menahan diri untuk tidak membicarakan mengenai Cindy dan hanya berdiri di sana, mengamati Daffa.“Karena sekarang tempat ini sudah tidak berisik,” katanya, “kita bisa mendiskusikan persyaratan pengalihan saham Grup Ganendra padamu.”Daffa menyeringai setuju seraya mengamati ekspresi tegas Rafael.Itu adalah pertama kalinya sejak Daffa tiba di sini bahwa Rafael memberikan aura yang seharusnya dia miliki—energi berwibawa seorang pemimpin Grup Ganendra.Tetap saja, Daffa duduk di sana tanpa berekspresi dan dalam diam menyesap kopinya. Akan tetapi, saat dia mengangkat gelasnya, sekretaris Rafael mengulurkan tangannya padanya. Dia juga berbicara dengan nada yang lebih manis dibandingkan sebelumnya.“Tuan Halim, kopi Anda sudah dingin. Bagaimana
“Aku akan menerima persyaratanmu karena kamu sudah cukup bermurah hati,” kata Daffa sambil bangkit dari bangkunya untuk berdiri. Dia memasukkan tangannya ke dalam sakunya, berbalik, lalu beranjak ke arah vila Keluarga Ganendra.“Karena kedua sekretaris kita tidak ada di sini, hanya kamu yang bisa menyusun sebuah kesepakatan transfer saham kita.”Rafael memejamkan matanya. Akan tetapi, satu detik kemudian, dia bergegas menyusul Daffa dan memasuki vilanya bersama Daffa. Ekspresi pasrah menyelimuti wajahnya seperti sebuah awan gelap, tapi Rafael harus melakukannya untuk bertahan hidup.Lagi pula, tidak ada yang tahu apakah dia bisa mempertahankan Remnard Estate. Mungkin vila itu dan setiap furnitur di dalamnya tidak lagi menjadi miliknya jika dia membantah Daffa.Ada banyak pikiran yang mengisi benak Rafael, tapi dia tetap memasang ekspresi kosong sepanjang waktu. Saat dia memasuki ruang kerja, dia mendapati Daffa duduk di kursi ergonomis di balik meja.Dia bahkan dengan penuh perhat
Walaupun sakit bagi Rafael untuk membungkuk karena Daffa masih mencengkeram rambutnya, dia tetap melakukannya.Alis Daffa berkerut. Dia terkejut melihat Rafael melakukan itu, jadi dia melepaskan cengkeramannya dan menepuk telapak tangannya, membersihkannya.Dia lalu menunjuk ke arah papan ketik, berkata, “Mulai sekarang, aku ingin kamu selesai menyusun kesepakatan transfer sahamnya. Namun, selain kesepakatan itu, kamu juga akan menyerahkan seluruh aset, tidak termasuk uang tunai, yang berada di bawah namamu padaku.”Mata Rafael membelalak lebar sebelum dia dengan patuh duduk di kursi. Akan tetapi, dia tidak menyentuh papan ketiknya. Alih-alih, dia membentak dengan dingin, “Kamu benar-benar keterlaluan, Daffa Halim! Mungkin hari ini aku kalah, tapi tindakanmu saat ini sudah kelewatan!”Dia berbicara dengan nada yang terkendali dan tampak tenang, seolah-olah bukan dia yang berada dalam bahaya. Namun, dia banjir keringat di dalam bajunya. Dia tahu jika dia terus berkeringat selama sat
Helaan napas lega keluar dari mulut Rafael ketika dia melihat Daffa menghentikan langkahnya. Di matanya, itu berarti Daffa bersedia membantunya. Namun, dia tidak menyadari bahwa Daffa sudah selangkah lebih maju darinya dan mengetahui bahwa tank itu berarti berita buruk.Daffa hanya berhenti untuk mempertimbangkan pilihan terbaiknya—membiarkan Rafael mati sekarang atau menyelamatkannya.Akan tetapi, dia tidak perlu berpikir panjang karena tidak lama, seorang pria keluar dari salah satu tank itu dan menghampirinya dengan tongkat bisbol. Daffa lalu menaikkan sebelah alisnya sebelum memutuskan untuk tetap diam.Sebaliknya, pria yang menghampirinya tidak memiliki sentimen yang sama. Dia berdiri di hadapan Daffa, amarah membuat ujung telinganya memerah. Dia mencengkeram tongkat bisbol itu dengan sangat erat sampai pembuluh darah di lengan bawahnya mencuat.Tetap saja, dia menggertakkan giginya, menahan amarahnya untuk berkata, “Aku adalah Benji Aruna. Aku yakin kamu sudah menebak latar b
“Kalau begitu, sesuai keinginanmu. Aku akan mengumpulkan dewan direksi lainnya untuk memulai rapatnya. Aku sudah memberi tahu mereka sebelumnya melalui laptopku, tapi mereka mengabaikan aku—mereka tidak pernah menganggapku serius. Ada juga manajer bisnis menyusahkan yang sebelumnya kurekrut. Walaupun aku tidak mau mengakuinya, tapi aku tidak bisa menyangkal kurangnya kemampuanku untuk mengatur saluran televisi ini. Demikian pula, ketidakpedulianku membuat para karyawan melakukan hal-hal buruk sesuka hati mereka.”Kemudian, dia berjalan pergi dengan kepala yang tertunduk. Kekecewaan membebani pundaknya karena dia pernah menghabiskan begitu banyak energi untuk menjalankan FT TV. Akan tetapi, akhir-akhir ini, yang bisa dia lakukan hanyalah duduk di pintu utama perusahaan dan menyaring tamu mana saja yang datang dengan niat buruk. Yang memperburuk semuanya, dia sekarang tidak memiliki pilihan selain menyerahkan FT TV pada Daffa.Masih duduk di kursi, Daffa tahu setiap kata yang dikatakan
Daffa maju satu langkah, berbalik untuk menghadap ke depan, dan memasuki ruang rapat itu.Penjaga keamanan itu membeku dengan tatapan kosong. Butuh waktu yang lama baginya sebelum tersadar kembali, bergegas menyusul Daffa sementara matanya bergerak-gerak ke sana kemari di tempat itu.Kemudian, dia tersenyum dengan hangat pada Daffa dan berkata, “Sebelum kita menugaskan penerus baru FT TV, aku akan melayanimu dengan sebaik mungkin. Seperti itulah kurang lebih situasinya nanti. Dalam keadaan apa pun, aku akan sangat senang melayanimu.”Kerutan muncul di wajah Daffa sesaat, tapi dia tidak mengatakan apa-apa karena dia tahu kepala penjaga keamanan di sampingnya sedang mengatakan kebenarannya. Itu adalah pemikiran sesungguhnya penjaga keamanan itu.Namun, Daffa tidak memerlukan itu. Dia hanya ingin mengumpulkan para petinggi perusahaan saluran televisi itu di ruang rapat saat itu juga. Barulah saat itu dia bisa tenang dan melakukan apa yang dia inginkan. Meskipun dia merasa cemas, dia t
Daffa menaikkan sebelah alisnya, mengenali kepala penjaga keamanan itu karena mereka sebelumnya menaiki lift bersama. Dia dengan tenang berkomentar, “Kamu terlihat lebih baik mengenakan setelan jas ini daripada seragam penjaga keamanan sebelumnya.”Reaksi Daffa anehnya sangat tenang meskipun dia melihat kepala penjaga keamanan, yang seharusnya hanya menghasilkan 37,5 juta rupiah per bulannya, berganti pakaian dengan setelan jas mahal.Perubahan itu menandakan bahwa penjaga keamanan itu, pada kenyataannya, merupakan seseorang berstatus tinggi dan bertanggung jawab mendistribusikan gaji para karyawan lainnya.Karena Daffa tenang, kepala penjaga keamanan itu tidak bisa menahan emosinya. Alisnya menaik sangat tinggi terkejut seraya tersenyum pada Daffa. “Kamu tidak terlihat terkejut oleh identitasku yang sebenarnya. Apakah kamu sudah mengetahuinya lebih dulu?”Setelah mendengar hal itu, Daffa, yang hendak melangkah maju, berhenti melangkah. Ambang pintu lift adalah satu-satunya hal yan
“Ada juga pria di pintu masuk utama perusahaan yang mengawasi semua anggota keamanan!” Berpikir begitu, semua rambut di punggung direktur itu menegak.Berdiri di hadapan si direktur, Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Itu reaksi yang aneh. Kamu terlihat ketakutan, tapi aku tidak tahu kenapa. Apakah aku perlu mengingatkanmu bahwa kamu memintaku untuk datang kemari? Kukira kamu setidaknya akan siap secara mental untuk menghadapi konsekuensinya setelah aku tiba.”Mulut direktur itu menganga sangat lama. Di suatu titik, direktur itu kembali tersadar dan memohon, “M … Maafkan aku! Aku sangat bersedia untuk menyampaikan permintaan kepada para atasanku. Aku bersumpah aku sangat bersedia, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku mungkin akan kehilangan pekerjaanku. Lagi pula, perusahaan ini tidak dimiliki oleh satu orang saja dan kami juga merupakan saluran televisi ….”Dia menelan ludah dan memandang lantai setelah mengatakannya. Roda gigi di dalam otaknya berputar kencang, m
“Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk
Daffa bahkan tidak bisa menjamin bahwa direktur bodoh itu dapat memahami apa yang akan dia katakan, jadi dia tetap terdiam. Namun, dia terkejut karena direktur itu menganggap diamnya dia sebagai tanda kekalahan.Direktur itu menganggap hal itu sebagai konfirmasi bahwa Daffa sedang memakai barang tiruan. Oleh karena itu, dia mendongakkan dagunya pada Daffa dengan angkuh dan berbicara lebih lantang daripada sebelumnya. “Kenapa kamu tidak menjawab? Apakah itu karena tebakanku benar dan kamu sekarang takut?”Daffa tidak ingin menghabiskan energinya menjelaskan hal-hal pada direktur itu lagi, jadi Daffa hanya menghampiri pria itu untuk menekankan, “Aku adalah orang yang pemarah dan aku yakin kamu sudah mendengarnya dari orang lain beberapa hari belakangan. Namun, yang membuatku terkejut adalah kamu bersikeras untuk membuatku kesal.”Seraya dia menggelengkan kepalanya, dia meretakkan buku-buku jarinya, mengeluarkan suara yang renyah dan menakutkan.Setelah mendengarnya, lutut direktur it
“Konyol sekali. Apakah kamu sudah lupa? Kamu menelepon dan mengirimnya pesan di hadapanku, berkata bahwa kamu melakukan semua hal ini karena kamu jatuh cinta pada wajah tampannya di televisi. Ini semua tidak akan terjadi jika dia mau berpacaran denganmu!”Senyum sinis tersungging di wajah direktur itu seraya dia mengejek, “Lagi pula, sepertinya kamu salah paham. Kamu bukan wanitaku.”Daffa merasa sangat jijik dengan kedua orang itu hingga tenggorokannya terasa tercekit.“Kalau kalian memanggilku kemari hanya untuk membanggakan mengenai bagaimana kalian akan memaksakan aku melakukan kekerasan, yah, aku bisa mengatakan ini—kalian pada dasarnya sedang cari mati dengan melakukan itu!” sela dia sambil mengulurkan tangan ke atas untuk memijat pelipisnya.“Membasmi musuh-musuhku adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Namun, sekarang, aku tidak masalah.”Dengan begitu, dia berjalan di ruang kerja itu dan duduk di sofa, dengan santai menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain.Seme
Daffa menambahkan, “Karena kalian berdua memanggilku kemari, kurasa baru adil jika kalian berdua menghadapiku untuk menangani permasalahan ini.”Direktur itu bangkit berdiri dari sofa. Perutnya yang bergelambir bergoyang-goyang seperti jeli saat dia berlari ke arah pintu. Hanya butuh waktu kurang dari sedetik baginya untuk melakukannya.Dahlia melihat segalanya terjadi, matanya membulat tertarik oleh adegan konyol itu. Dia tahu direktur itu baru-baru ini bertambah berat badan banyak, jadi dia tidak pernah melakukan pergerakan yang besar. Itu adalah pertama kalinya Dahlia melihatnya.Ketika direktur itu akhirnya tiba di pintu, dia meletakkan satu tangan di pinggangnya sambil membungkuk dan terengah-engah. Napasnya begitu cepat sampai siapa pun akan merasa khawatir dia akan pingsan di detik selanjutnya.Berdiri di samping, Dahlia menundukkan kepalanya, tapi itu bukan karena dia khawatir. Dia melakukan itu untuk menyembunyikan senyumannya. Lagi pula, Daffa sudah membuka pintu, jadi di
Napas kepala penjaga keamanan itu berpacu, menggelitik kulit Daffa. Namun, tidak ada yang jahat dari ekspresi wajahnya. Rasa ingin tahu berbinar di matanya saat dia bertanya, “Kenapa kamu tidak menghentikan aku masuk? Hanya ada kamu dan aku di lift ini, jadi kamu bisa dengan mudah menghancurkan kamera pengawas dan menyerangku jika kamu ingin. Sudah jelas bahwa aku bukanlah tandinganmu. Aku yakin aku akan kalah jika kamu menyerangku sekarang.”Dia menatap Daffa dengan percampuran emosi yang rumit, tapi satu hal yang tidak dia rasakan adalah rasa takut. Berdiri di hadapan Daffa, dia meletakkan kedua tangannya di samping tubuhnya sambil mengangkat kepalanya dengan santai.Daffa mengembalikan pandangan penjaga itu. Tidak lama, lift itu pun tiba di lantai ke-10 dan senyuman terukir di wajah Daffa.“Yah, kalau begitu aku harus membuat harapanmu menjadi kenyataan.” Setelah mengatakan itu, dia mengulurkan tangannya.Walaupun tidak ada yang terlihat tidak biasa dari tindakannya, itu mencipt