Tawa pelan yang riang datang dari Daffa yang menggelengkan kepalanya dan berkata, “Jangan khawatir. Orang yang akan muncul adalah Edward.”Barulah saat itu Briana menghela napas lega dan mengembalikan tangannya ke sisinya. Namun, alisnya langsung berkerut saat dia bertanya, “Kenapa dia lama sekali datang ke sini? Dia mengendarai mobilnya di belakang mobil kita, tapi kita sudah berdiri sini cukup lama dan dia masih belum muncul.”Daffa menggeleng sebelum menjelaskan sambil tersenyum, “Aku yakin itu karena dia tidak bisa parkir di dekat pintu masuk seperti kita karena dia mengendarai Bugatti yang tertabrak sebelumnya.”Briana sedikit mengangkat kepalanya, lalu mengerutkan hidungnya dan tersenyum tipis karena malu. “Maaf, Tuan Halim. Saya tidak mengira dia akan dihentikan karena itu.”Merasa topik itu tidak menarik, Daffa tidak menyuarakan pendapatnya mengenai masalah itu lagi. Dia lebih memilih menatap ke depan untuk melihat orang yang akan segera keluar dari vila itu.Pada saat itu
Daffa tidak peduli apa pun retorik yang dikatakan Rafael. Oleh karena itu, dia tidak merespons ucapannya dan malah menoleh pada Cindy, berkata, “Nona muda ini adalah putrimu dan aku telah melukai dia.”Barulah saat itu Rafael melirik Cindy. Namun, yang membuat semua orang tercengang adalah kurangnya afeksi Rafael padanya. Yang dia lakukan hanyalah mengangguk dan dengan tidak acuh menjawab, “Benar. Dia adalah putriku yang berperilaku buruk, karena itu aku berterima kasih karena kamu sudah muncul dan memberinya pelajaran, Tuan Halim.”Daffa mendengus sambil berpikir, “Rafael menyiratkan bahwa aku sengaja datang ke pesta untuk menghukum putrinya.”Dia tidak mengatakan pendapatnya secara verbal tapi tetap meletakkan kedua tangannya ke dalam saku dan mengangguk.“Iya, aku sudah menghukum dua putramu yang berperilaku buruk untukmu, jadi aku tidak masalah mendisiplinkan putrimu juga. Akan tetapi, aku tidak akan mengakhiri nyawa mereka karena aku tidak memiliki kebencian terhadapmu, Ganend
Kebingungan menyelimuti wajah Rafael. Dia tidak lagi perlu menyembunyikan perasaannya karena dia sekarang benar-benar berniat untuk membunuh Daffa. Oleh karena itu, dia tidak menyembunyikan hasratnya untuk mengetahui apa yang dimaksud oleh Daffa.Namun, dia juga tahu dia tidak akan memercayainya bahkan jika Daffa mengatakan kebenarannya, jadi dia menoleh pada sekretarisnya.Sekretaris itu adalah wanita cantik yang mengenakan gaun ketat dengan garis leher berbentuk V. Diiringi suara sepatu haknya, dia menghampiri Rafael dan memegang laptop dengan tangan yang terawat.“Pak, saya baru saja menemukan,” katanya dengan suara yang semenggoda penampilannya. Rasanya itu disengaja. Dia menunjuk Briana sambil melanjutkan, “bahwa para pengawal itu menjadi gugup setelah wanita ini muncul. Dia adalah pengawal yang terampil dan bisa dengan mudah menghabisi semua orang.”Mulut Rafael menganga lebar. Dia merasa itu tidak mungkin, jadi dia menatap sekretaris itu dengan tatapan ragu.Melihatnya memb
Mata Wilson bergetar begitu hebat sampai hampir copot dari tempatnya. Menghadapi Daffa membuatnya amat sangat ketakutan. Suaranya menjadi serak saat dia bertanya, “A … Apa yang kamu coba capai? Aku tidak pernah mengundangmu ke pesta malam in ….”“Cukup!” sela Daffa dengan lantang. “Aku sudah sangat bersabar denganmu. Aku bisa menyelidiki bagaimana undangan itu muncul di kamarku dan siapa yang mengirimkannya padaku. Yang tidak kusangka adalah seseorang akan menggunakan tipu muslihat kekanak-kanakan seperti itu padaku. Akan tetapi, mungkin kamu pikir membuatku hadir dengan undangan palsu ke pesta ini akan membuatku malu. Begitu?”Mata Rafael menjadi redup karena takut. Dia terkejut mengetahui bahwa Daffa tidak peduli jika dia dipermalukan. Karena itu, dia tidak bisa mengatakan perkataan angkuh yang telah dia persiapkan sebelumnya.Yang bisa dia lakukan hanyalah gemetar di tanah seperti mangsa yang ketakutan.Pada saat itu, Daffa mengangkat dagunya sambil meletakkan kakinya pada punda
Rafael tidak berani melihat pria berjubah hitam itu karena dia bisa merasakan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya terpancar dari pria itu. Rafael tidak yakin apakah dia masih akan bernapas jika dia bertatapan dengannya.Akan tetapi, pria itu jelas-jelas tidak memedulikan hal itu karena dia sekarang sedang memusatkan perhatiannya pada Daffa.Saat itu juga, Daffa merasakan aura yang kuat memancar dari pria itu, yang lebih kuat daripada ahli bela diri sebelumnya dengan jubah hitam yang sama yang pernah dia temui. Dia berdiri di sana dan merenung selama beberapa saat, tidak bisa mengingat nama ahli bela diri itu.Daffa kemudian bertatapan dengan pria itu dan memberi perintah pada bawahannya di belakangnya dengan nada waspada, “Kalian bertiga pergilah dari sini secepat mungkin.”Erin tetap berdiri di sana, tidak bersedia untuk pergi. Walaupun begitu, dia diseret pergi oleh Briana dan Edward yang masing-masing menggenggam salah satu lengan Erin. Meskipun dia ingin melawan, kek
Roda gigi di dalam otaknya berputar secepat kilat dan pria itu membuat keputusannya dalam kurang dari satu detik. Dia dengan cepat melangkah mundur saat kepalan Daffa mendekati wajahnya.Daffa tidak menebaknya, jadi dia tidak mengejar orang itu karena berhati-hati. Saat kepalannya telah sepenuhnya diulurkan, pria itu sudah berada jauh darinya.“Kamu benar-benar hebat,” ujar pria itu sambil memandang Daffa dan berdiri di atas pagar beton Remnard Estate. Dia pun kabur, menghilang begitu saja.Badan Daffa berkedip saat itu juga. Dia ingin mengejar pria itu, tapi dia terkejut karena dia tidak bisa mendeteksi aura orang itu di udara.Pria itu tidak meninggalkan jejak apa pun seolah-olah dia tidak pernah ada di sana.Karena itu, Daffa berhenti di tempatnya, tidak lagi melaju ke depan. Alasan lainnya dia tidak bergerak adalah karena dia merasa tornadonya menghilang saat pria itu pergi. Maka, tubuh Rafael pun dengan cepat terjatuh dari ketinggian hampir sembilan meter di atas tanah.Daff
Pada saat itu, Rafael hanya ingin mendapatkan perlindungan dari Daffa.Daffa sama sekali tidak menduga hal itu akan terjadi. Oleh karena itu, dia menyeringai terhibur, berkata, “Apa yang kamu katakan membuatku puas, jadi aku bersedia untuk membantu.”Dia meregangkan lehernya sambil melanjutkan, “Karena kamu sudah mengungkapkan kesetiaanmu padaku, aku bisa memberitahumu dengan terus terang bahwa aku datang kemari untuk mendapatkan saham Grup Ganendra.”Mata Rafael membelalak lebar tidak percaya mendengar hal itu. Dia terhuyung mendarat dengan bokongnya, lupa bahwa dia hendak berdiri. Keheningan yang suram selama beberapa saat berlalu sebelum dia menatap ke bawah, memberengut, “Karena kamu sudah memberi tahu rencanamu padaku, aku yakin aku tidak bisa menolaknya. Tolong beri aku beberapa menit untuk memproses informasi ini. Terlalu menyakitkan bagiku untuk langsung menerimanya. Lagi pula, aku akan memberikan kekayaan yang telah kudapatkan dengan kerja keras seumur hidupku untuk orang l
Jika Daffa belum mencari tahu dengan detail mengenai kedua orang itu, dia pasti akan mengira bahwa Cindy adalah musuh Rafael melihat dari kekerasan Rafael terhadapnya.Rafael tahu Daffa sekarang memiliki kesan yang buruk terhadapnya. Namun, dia menahan diri untuk tidak membicarakan mengenai Cindy dan hanya berdiri di sana, mengamati Daffa.“Karena sekarang tempat ini sudah tidak berisik,” katanya, “kita bisa mendiskusikan persyaratan pengalihan saham Grup Ganendra padamu.”Daffa menyeringai setuju seraya mengamati ekspresi tegas Rafael.Itu adalah pertama kalinya sejak Daffa tiba di sini bahwa Rafael memberikan aura yang seharusnya dia miliki—energi berwibawa seorang pemimpin Grup Ganendra.Tetap saja, Daffa duduk di sana tanpa berekspresi dan dalam diam menyesap kopinya. Akan tetapi, saat dia mengangkat gelasnya, sekretaris Rafael mengulurkan tangannya padanya. Dia juga berbicara dengan nada yang lebih manis dibandingkan sebelumnya.“Tuan Halim, kopi Anda sudah dingin. Bagaimana
Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da
Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka
Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken
Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke
Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m
Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber
“Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer
Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu
“Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri