Daffa mengangkat tangannya, menarik lengan bajunya untuk melihat jam tangannya, lalu meletakkan tangannya ke atas meja.“Kamu akan memiliki banyak waktu luang ke depannya, Dekan Fajar, sementara aku akan makin sibuk. Jika kamu menginginkan waktu yang lebih mudah di pusat penahanan, kusarankan kamu berdiri dan mempercepat seluruh proses ini.”Mata Leon menyipit pada Daffa. “Kamu terlalu arogan, Daffa Halim! Cepat atau lambat, kamu akan menerima ganjarannya!”Daffa tidak merespons itu. Ekspresinya tetap datar seraya dia memasukkan tangannya ke sakunya, berbalik ke arah petugas, dan berkata, “Kurasa kita harus pergi sekarang.”“Aku setuju,” jawab petugas itu dengan nada yang datar.Setelah itu, Daffa keluar dari ruangan itu bersama sekelompok petugas di belakangnya.Puspa tidak menyangka dia akan menyaksikan kejadian seperti itu. Rahangnya menganga dan dia tidak tahu harus merespons seperti apa.Hal itu berlanjut sampai Daffa melangkah keluar ruangan dekan. Barulah saat itu Puspa a
Daffa dan petugas itu sudah tidak lagi dalam jangkauan pendengaran Donny.Petugas itu, juga temannya Donny, terus terdiam.Setelah beberapa saat, Daffa memutuskan untuk angkat bicara. “Apakah kamu khawatir Donny ditahan karena ketuamu berkaitan dengan dalang di balik situasiku?”Petugas itu mengekspresikan kekagumannya pada Daffa, memujinya, “Kamu adalah mahasiswa terbaik di Universitas Praharsa, yang benar-benar luar biasa dan cerdas. Itulah tepatnya yang kurasakan sekarang. Menurut peraturan kami, Donny seharusnya tidak ditahan, setidaknya tidak sampai kasusnya selesai. Terlebih lagi, dia seharusnya tidak menerima hukuman sekeji itu.”“Tidak apa-apa.” Daffa tetap tenang ketika dia menjelaskan, “Apa pun perbuatan keji yang mereka lakukan, aku akan menangani akar permasalahan yang menyebabkan hal ini terjadi ketika masalah Donny selesai ditangani.”Mata petugas itu membelalak. Namun, hal itu tidak bertahan lama karena dia langsung menenangkan dirinya.“Aku tidak bisa membantu ban
Daffa tiba di gerbang kampusnya dan melihat hampir semua dosennya berdiri di sana. Dia menegang, bingung karena pemandangan itu. Namun, dia langsung tersadar kembali, menghampiri seorang dosen yang pernah mengajar di salah satu kelasnya.“Profesor Banu, karena Profesor Paramayoga dan Dekan Fajar sedang menangani beberapa masalah, aku tidak tahu harus bertanya pada siapa mengenai pengajuan cutiku selama satu bulan.”Profesor Banu mengetahui seluruh hal yang telah terjadi, sehingga dia merasa kasihan pada Daffa dan dengan cepat mengangguk.“Aku sudah mengetahui pengajuanmu dan memberikanmu persetujuanku.”Daffa tidak menyangka hal-hal akan berjalan selancar ini.Walaupun begitu, dia menjulurkan tangannya untuk berjabatan tangan dengan Profesor Banu, berharap untuk mengekspresikan terima kasihnya.Setelah jabatan tangan itu, Daffa meninggalkan tempat itu dengan cepat karena dia tidak bisa menunggu lebih lama untuk pergi ke Kota Almiron.Erin telah memesankan tiket pesawat untuk per
Daffa terhenti setelah mendengar perkataan itu. Dia bertanya, “Berapa lama waktu yang tersisa waktu keberangkatan penerbangan kita?”Erin melirik jam tangannya sebelum wajahnya sedikit melembut. “Masih ada tiga jam sampai kita mendapatkan pas naik kita.”“Tampaknya kita memiliki banyak waktu untuk menyelesaikan masalah ini,” jawab Daffa yang menghela napas. Dia tidak lagi mencoba ikut campur saat itu. Alih-alih, Daffa menemukan pojokan sepi di bandara dengan penglihatan yang jelas terhadap keributan itu. Di sana, dia duduk dan membeli segelas kopi.Erin duduk di sampingnya dengan ekspresi kebingungan. “Tuan Halim, kenapa Anda tidak menghampiri mereka untuk membantu mereka?”Tawa geli terdengar dari Daffa saat itu. “Kurasa ini adalah sesuatu yang harus bisa mereka, sebagai seorang pengawal, tangani sendiri.”Tidak memahami maksud Daffa, Erin tetap terdiam. Dia terus berada di sampingnya dan menyaksikannya seraya Daffa meminum kopinya.…Sementara itu, keributan di lantai bawah me
Briana berlari ke sisi Daffa, mendesaknya, “Tuan Halim, sepertinya Anda bisa memberikan kesempatan lainnya pada Edward karena masalah ini terus mengganggunya cukup lama. Mungkin saja seorang gadis jatuh cinta pada pandangan pertama pada Edward dan terobsesi untuk menjadikannya pacarnya. Namun, Edward bahkan tidak mengingat pernah bertemu dengan putri wanita ini. Dia bahkan tidak tahu kapan mereka bertemu! Mengenai tuduhan lainnya yang dilontarkan oleh wanita ini terhadap hubungan kami, itu juga tidak benar!”Tatapannya terpaku pada wajah Daffa, mencari-cari apakah dia telah merubah pikirannya mengenai pemecatan Edward. Sayangnya, tidak ada perubahan sedikit pun.Bahkan Erin pun tidak tahu apa yang Daffa rencanakan. Dia merasa tindakannya saat ini berbeda dari apa yang sebelumnya dia kira.Keheningan mengisi tempat itu.Namun, para pengamat sekarang menatap Daffa tidak suka. Mereka merasa bahwa dia kejam karena tidak melindungi karyawannya dalam situasi itu.Mereka tidak tahu bahwa
Ketika Daffa menemukan Erin, wanita itu telah menghilang. Yang tersisa hanya hanyalah bau darah yang samar-samar di udara.Erin tidak merasa bahwa dia perlu menyembunyikan apa pun dari Daffa.“Saya mematahkan pergelangan tangannya dan membuatnya mengaku kenapa dia melakukan semua hal itu.” Sambil berkata begitu, dia menatap Daffa, menunggu responsnya.Daffa menghela napas.Erin mengulurkan tangannya untuk melihat jam tangannya. “Jika kita mengetahui hal ini lebih lambat 30 menit dari sekarang, kita sudah menaiki pesawat dan menghadapi ancaman besar.”Daffa dan dua pengawalnya tampak kebingungan sebelum mereka bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi?”Tidak satu pun dari mereka bisa membayangkan keseriusan dari apa yang sedang terjadi.Setelah mempertimbangkannya selama beberapa saat, dia memutuskan untuk mengungkap kebenarannya. “Awalnya, saya tidak mengira bahwa hal-hal seserius itu, jadi saya berencana untuk memberikan peringatan pada semua orang yang terlibat dalam kejadian se
Daffa terkekeh-kekeh, terkejut karena perkataan Edward. “Itu tidak masalah karena kamu bisa membuktikan kemampuanmu dengan mengalahkan mereka dengan cepat.”Edward mengangguk.Ketika pembicaraan mereka selesai, dua pria itu muncul di samping Edward.Salah satu dari mereka mengayunkan tangan mereka ke sekitar pundak Edward dan berkata, “Edward Erlangga, kami sudah kesulitan melacakmu selama bertahun-tahun. Kami tidak mengira akan melihatmu di sini.”Edward, Briana, Erin, dan Daffa terkejut ketika Edward tidak langsung bertindak.Namun, Edward merasa bahwa pria itu telah mengerahkan kekuatannya dengan besar pada pundaknya, membuat alisnya mengerut.Dia tetap tidak bergerak, tapi berbicara dengan nada jengkel. “Bukankah kamu seharusnya senang karena sudah menemukan aku?”Wajah pria itu dipenuhi amarah. “Kami selalu memperlakukanmu dengan baik di masa lalu, Edward. Kenapa kamu melakukan ini pada kami sekarang? Lagi pula, aku harus tahu ibu kita ke mana. Dia bilang dia melihatmu dan
“Lalu, ketika ibu kami datang untuk membalas dendam, mereka membunuhnya!”“Oh? Yah, aku belum pernah mendengar omong kosong seperti itu,” jawab salah satu petugas pusat pengendali itu dengan tenang, “Kami akan menyelidiki permasalahan ini. Kalian perlu ikut denganku sampai kita mengetahui kebenarannya.”Daffa tahu bahwa suasana hati petugas itu sedang tidak baik, tapi dia tidak bergerak dari tempat duduknya.Petugas itu membetulkan posisi kacamatanya sebelum merengut pada Daffa. Bahkan nada suaranya pun berubah menjadi geram.“Apakah kamu tidak mendengar perkataanku? Kubilang ikut denganku!”Daffa terus terduduk di tempatnya, tidak bergerak dan tatapannya terpaku pada Edward.Melihat hal itu, petugas itu menoleh pada Edward. “Aku melihat apa yang terjadi barusan. Kamulah yang memulai pertengkarannya dan memukul mereka.”Itulah ketika pengeras suara di bandara mengumumkan nama Daffa dan rombongannya, mendesak mereka untuk segera menaiki pesawat.Daffa berdiri, membetulkan setela
Bimo memucat, lututnya lemas begitu dia mendengar orang yang berbicara di telepon—itu adalah atasannya.“Ini nomor Brian Weis. Siapa, ya?”Bimo jatuh berlutut hampir seketika, memandang Daffa dengan gugup. Dia tidak dapat terus berdiri saat itu juga. Matanya gemetar begitu hebat hingga hampir copot dari tempatnya.Merasakan kecemasan Bimo, Daffa menyeringai dan menjawab, “Ini Daffa.”Suara di telepon itu langsung berubah menjadi penuh hormat. “Oh! Saya merasa terhormat berbicara dengan Anda, Tuan Halim! Bolehkah saya tahu kenapa Anda menelepon saya?”Senyuman terukir di wajah Daffa, tapi itu hanya karena formalitas dibandingkan untuk menunjukkan kegembiraan yang tulus. Dia berputar badan untuk menatap Bimo dan membentak, “Kurasa kamu dan aku perlu mendiskusikan investasiku ke kepolisianmu.”Keheningan selama dua detik berlalu sebelum Brian terkekeh dengan malu-malu. Ingin menyenangkan Daffa, dia bertanya dengan nada menjilat, “Apakah Anda ingin mendiskusikannya melalui telepon at
Daffa terkekeh, tidak dapat menyembunyikan bahwa dia terhibur. Situasi itu sangat mengherankan hingga tawanya kian membesar setiap detiknya.Bimo mengernyit, berputar badan, dan menatap Daffa. Dia ingin mempertanyakan Daffa, tapi Umar berbicara mendahuluinya.“Apakah kamu sudah kehilangan akalmu, Daffa? Kamu tidak akan pernah menjadi kaya karena kamu adalah seonggok samp*h yang keji! Apa pun yang sudah kamu bayar untuk menyamar dirimu sebagai ‘orang kaya’ ini, uang itu sudah terbuang sia-sia sekarang! Kami tidak memercayaimu sedikit pun!” teriak Umar sekencang mungkin meskipun dia kehabisan napas dan kesakitan.Daffa menatap Shelvin yang mengangkat bahunya dan berkata, “Aku harus menyingkirkan jarum-jarumku. Kalau tidak, dia akan kehilangan suaranya secara permanen. Lagi pula, kita selalu bisa membungkamnya beberapa menit kemudian.Setelah mengangguk, Daffa menoleh ke arah Bimo lagi.Pada tiitk itu, Bimo mengernyit karena dia tidak memahami apa yang disiratkan oleh Umar. Namun, di
Aku tidak membunuh dia karena kurasa kesalahannya tidak membutuhkan hukuman sekeras itu,” kata Daffa yang tangannya diletakkan di balik punggungnya seraya dia berjalan ke arah Umar. Kemudian, dia tersenyum dan menambahkan, “Akan tetapi, terlihat jelas bahwa kamu tidak senang dengan keputusanku.”Umar terbaring di lantai, memejamkan matanya dan akhirnya menyadari bagaimana dia telah mengambil pihak yang salah selama ini. Bahkan bisa dikatakan bahwa dia salah sedari awal karena telah meragukan Daffa.Meskipun demikian, Umar tidak dapat menahan skeptisismenya terhadap segala hal. Lagi pula, Umar merasa hal-hal berjalan dengan lancar sebelum momen ini. Berbaring di lantai, dia mengendurkan rahangnya yang terkatup dan memandang udara dengan ekspresi kosong.Umar mulai mempertanyakan segala hal di sekitarnya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa tentang itu. Keheningan mengisi ruangan seraya dia memikirkan kapan hal-hal berbalik melawannya. Saat itulah tatapan Daffa dengan singkat menyap
Tidak peduli setakut apa Bimo, dia tidak berani bergerak dan hanya mengangguk dengan kaku dan patuh.Dengan bibir yang melengkung menjadi senyuman puas, Daffa berkata, “Aku sudah beberapa kali bertukar pikiran dengan salah satu petugas polisimu yang bernama Umar dan aku tidak memiliki pengalaman yang terbaik dengannya. Bukan hanya itu, dia telah memperjelas bahwa dia berpihak pada Grup Ganendra. Meskipun dia gagal memenuhi janjinya, aku masih memastikan kamu tahu setiap tindakan dan rencanaku di Kota Almiron. Bukankah itu benar?”Dengan kening yang basah oleh keringat, dia dengan cepat melirik Umar. Dia lalu kembali fokus pada Daffa dengan senyuman sambil membujuk Daffa. “Tuan Halim yang terhormat, saya rasa ini tidak perlu.”Meletakkan kedua tangannya di sisinya, dia menunjukkan ketulusannya. Dia menghindari tatapan Daffa dan berkata, “Kita bisa menegosiasikan kembali syarat-syarat kolaborasi kita.”Bimo mau tidak mau gemetar ketakutan. Yang dia lihat hanyalah bibir Daffa yang mel
Saat kening Umar basah oleh keringat, dia mendengar tawa yang familier dari lorong. Seketika, dia memasang seringai sombong dan berkata, “Hah! Terima itu, Daffa! Apakah kamu akhirnya menyadari betapa bodohnya kamu? Apakah kamu tahu siapa orang yang tertawa di luar kamar hotelmu?Tatapan angkuhnya mendarat di Daffa selama waktu yang singkat sebelum menghilang sepenuhnya. Tidak lama, dia mengerutkan bibirnya ketakutan ketika dia mendengar jawaban Daffa.“Bosmu. Omong-omong, untunglah kamu senang bertemu dengannya. Kuharap kamu bisa terus bahagia seperti ini.” Dengan begitu, Daffa mengalihkan tatapannya yang tegas ke arah pintu.Demikian pula, Umar terbaring di lantai dan menatap pintu dengan tidak sabar sambil menggumam pelan, “Tunggu saja, Daffa! Kematian akan mendatangimu sebentar lagi!”Tatapan Daffa tiba-tiba melesat ke arah Umar. Meskipun Daffa tidak mengatakan atau melakukan apa-apa, tatapannya sudah cukup untuk membuat rambut di punggung Umar berdiri tegak.Takut, Umar menutu
Dengan pandangan yang gemetar karena rasa takut, Umar berseru, “Sebaiknya kamu pikirkan dengan baik-baik sebelum melakukan apa yang akan kamu lakukan, Daffa Halim! Pikirkan tentang apakah kamu bisa menanggung konsekuensinya!”Daffa menaikkan sebelah alisnya sambil memamerkan giginya yang putih. “Sejujurnya, perkataanmu membuatku terhibur.”Dia lalu mengeluarkan tangannya untuk mencengkeram kerah baju Umar. Akan tetapi, kali ini, dia menarik Umar keluar dari lekukan di tembok dan melempar Umar ke ruang di belakangnya. Hanya permusuhan yang terlihat di matanya yang berbinar pada saat itu. Hal itu terus bertahan hingga Umar mendarat di tanah dengan suara dentuman yang keras.Satu-satunya yang berbeda adalah kali ini Umar tidak berteriak kesakitan. Dia terus terdiam setelah dia terbanting ke lantai.Daffa berputar badan, hidungnya berkerut menjadi cibiran kepada Umar sambil dia berbicara dengan santai, “Oh? Aku terkesan. Kamu masih hidup.”Di lantai, Umar berusaha sebisa mungkin untuk
Daffa menahan napasnya ketika dia melihat kondisi Danar. Mungkin dia keliru sedari awal. Dia seharusnya tidak pernah membiarkan Umar membawa Danar ke sel tahanan. Mungkin dengan begitu, Danar tidak akan terluka separah ini.Tenggelam dalam rasa bersalah, Daffa membenci dirinya sendiri karena telah memercayai Umar dan tidak melakukan apa-apa terhadap kekerasan Umar terhadap Danar. Semua itu memicu kemarahan yang lain dalam diri Daffa.Maka, ketika Umar menunjuk ke arah Erin dengan tidak sopan, Daffa tidak ragu-ragu untuk menembakkan kekuatan jiwanya ke arah Umar. Meskipun demikian, dia tidak mengerahkan banyak kekuatan jiwa karena dia tidak ingin memberikan Umar kematian secepat itu.Umar tidak yakin tentang apa yang telah terjadi, tapi dia merasakan angin kencang mengenai tubuhnya, membuatnya memuntahkan darah. Pada saat yang sama, benturan itu membuat tubuhnya melayang jauh.Dia bisa merasakan angin itu bertiup mengenai kulitnya dengan sangat kasar hingga angin itu menyayat seluru
Daffa bersandar ke kursi sambil mengetukkan buku-buku jarinya ke meja. Dia sedang larut dalam pikirannya, bertanya-tanya apakah ada hal lain yang perlu dia urus setelah kembali ke Kota Aswar.Namun, pikiran itu tidak lama berhenti ketika Erin kembali ke ruangan dengan dua sosok di belakangnya. Daffa sudah tahu dari langkah kaki kedua orang itu bahwa yang pertama adalah pria yang datang menghampiri dengan tenang dan yang kedua adalah seseorang yang ragu-ragu. Mengernyit, Daffa seketika berdiri.Seperti Daffa, raut wajah Shelvin langsung menjadi dingin saat dia melihat ke arah pintu dan bertanya dengan suara rendah, “Apa yang terjadi, Tuan?”Daffa memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Dia lalu berjalan ke arah pintu, wajahnya berubah menjadi dingin yang mematikan saat dia berbicara. “Selama ketidakhadiranmu, aku mendapatkan bawahan baru bernama Danar. Namun, dia melakukan banyak hal-hal keji atas nama Keluarga Bakti dulu. Dia ditahan oleh polisi, tapi seorang petugas polisi bernam
Shelvin dengan terus terang mengungkap, “Aku menemukan ingatan Yarlin tentang tempat latihan dengan praktik-praktik kejam. Pasukan negara-negara Timur telah melarang kelompok yang memulai tempat latihan itu. Kelompok itu ingin mencapai keabadian, jadi mereka mencoba menyerap jiwa-jiwa orang lain untuk memperpanjang hidup mereka. Semua usaha mereka yang besar untuk mengembangkan obat? Itu semua demi alasan yang tidak masuk akal ini. Mereka melakukan banyak hal-hal tidak etis dan ilegal, tapi di suatu titik, mereka semua terekspos. Banyak orang marah pada mereka meskipun mereka memiliki banyak kedudukan sosial dan kekuatan yang sangat besar. Kelompok itu tidak bisa bertahan melawan reaksi orang-orang, jadi eksperimen mereka gagal. Kelompok itu mendapatkan hukuman mati, tapi mereka licik dan berbicara manis pada pasukan di negara itu untuk membebaskan mereka. Pada akhirnya, mereka hanya dideportasi. Karena ini terjadi lama sekali ketika orang-orang tidak menyimpan catatan tertulis, pasuka