Ketika Daffa menyadari bahwa mereka telah dikepung, para pria itu sudah turun dari mobil dan Hari memimpinnya. Dia harus ditopang oleh dua orang di setiap sisi supaya bisa berdiri. Ada darah yang mengering di wajahnya dan matanya memerah murka.Itu adalah kedua kalinya Erin menghadapi situasi seperti ini dan dia tidak segugup seperti pertama kalinya. Napasnya menjadi cepat, tapi dia dengan cepat menenangkan dirinya. Dia menoleh untuk menatap Daffa. “Tuan Halim, apa yang harus kita lakukan?”Daffa menekan jemari pada pelipisnya. Hari adalah orang terbodoh yang pernah dia temui dan dia hanya menghabiskan tempat. Jadi, ketika dia menurunkan tangannya dan membuka tangannya, yang bisa dilihat hanyalah tatapannya yang dingin.Erin tahu tatapan dingin itu tidak terarah padanya, tapi dia masih menggigil. Ketika Daffa berbicara, dia menjadi makin gemetaran. Dia berhenti dan menatapnya, tapi dengan cepat mengalihkan pandangannya. “Kamu hanya perlu melakukan dua hal sekarang. Pertama-tama, ber
Hari sudah mulai menyesalinya, tapi tidak ada lagi yang bisa melindunginya selain dua pengawalnya. Jadi, dia memegang pergelangan tangan mereka dan mendorong mereka ke depan. “Kalian berdua, habisi dia! Kalian baru boleh berhenti ketika dia tergeletak atau kalian akan bertanggung jawab akan hal ini! Jika kalian tidak memberiku cukup waktu untuk melarikan diri, aku akan…”Dia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya dan berdiri disana, mulutnya menganga dan matanya membelalak. Daffa tiba-tiba muncul di hadapannya dan dia ketakutan. Sepengetahuan dia, tidak ada manusia normal yang bisa bergerak secepat itu. Namun, sekarang, dia terbukti salah. Kejadian yang tidak pernah dia bayangkan terjadi tepat di depan matanya. Dia tidak bisa memahaminya dan dia ketakutan.Dia menoleh untuk menatap Daffa, bibirnya gemetaran. Dia terbata-bata, “A…Apa yang kamu lakukan?” Tentunya, dia ketakutan, tapi Daffa tidak berniat untuk membiarkannya begitu saja.Kedua pengawal itu kebingungan. Daffa seperti sebuah
Itu adalah pertama kalinya Daffa benar-benar memanfaatkan energi ini dan mencoba membuatnya mendarat di lokasi tepat seseorang. Tentu saja dia gagal dan energi itu mendarat di mobil di samping ahli bela diri itu, membuatnya meledak. Sekali lagi, aspalnya meledak menjadi kerikil-kerikil.Ada kilatan kepanikan di mata ahli bela diri itu, tapi dengan cepat menghilang. Tatapannya menjadi menghina ketika dia menatap Daffa.“Energimu kuat, tapi kenyataan bahwa kamu tidak bisa mengendalikannya berarti itu tidak berguna bagimu.” Seraya dia berbicara, badannya tampak berkedip.Daffa bisa merasakan ahli bela diri itu muncul di hadapannya, tapi sesuatu yang aneh terjadi dalam prosesnya—dia bisa melihat dengan jelas setiap tindakan yang dilakukan ahli bela diri itu, termasuk bagaimana dia menghampirinya.Hal lainnya yang membuatnya terkejut adalah segala hal di sekitarnya tampak terjadi dalam gerak lambat ketika energi itu mengalir di dalam dirinya. Penemuan tidak sengaja itu adalah penemuan y
Sambil meregangkan badannya, dia bertanya, “Apakah kamu sudah menangani semuanya?”Erin tampak canggung ketika dia menggelengkan kepalanya. “Maafkan saya, tapi kampus Anda menolak untuk menyetujui ketidakhadiran Anda karena mereka berkata bahwa Anda mungkin sudah bukan mahasiswa di universitas mereka lagi.”Perkataannya membuatnya menyadari apa yang sedang terjadi. Setelah berpikir selama beberapa saat, dia mengangguk dan berkata,“Bawa aku ke kampus sekarang. Kurasa aku harus berdiskusi dengan dekan kampus apakah aku masih merupakan mahasiswa Universitas Praharsa.”Erin tidak pernah meragukannya, jadi dia melaju ke kampus Daffa. Ketika mereka tiba, langit masih belum menggelap dan para mahasiswa masih memiliki kelas. Daffa berjalan lurus ke kantor dekan dan mengetuk pintu.Segera, suara orang yang sudah tua berkata, “Masuklah.”Daffa melangkah masuk dan bertatapan dengan mata dekan itu, jelas-jelas melihat keterkejutannya. Dia tidak menyangka akan melihatnya di mata dekan itu ya
Setelah berkata begitu, dia tampak seperti menantikan sebuah pertunjukan dimulai.Apa yang Daffa lakukan setelahnya mengejutkannya—dia menyalakan komputernya, mencari skripsi yang telah ditulis Leon, membukanya, dan menunjukkan padanya.Dia berkata dengan serius, “Aku pernah membaca skripsi yang mirip sekali dengan milikmu dan itu diunggah tiga tahun yang lalu. Dekan Fajar, buktikan bahwa kamu menulis skripsi ini sendiri dan tidak menyalin karya orang lain.”Seraya dia berbicara, dia mengeluarkan ponselnya. “Kuharap kamu bisa memberikan penjelasan yang masuk akal. Kalau tidak, aku akan memiliki alasan untuk mencurigai bahwa kamu telah melakukan plagiarisme dan akan melaporkannya kepada pihak berwajib.”Leon telah membayangkan berbagai cara Daffa akan bereaksi, tapi ini bukanlah salah satunya. Dia menarik napas dalam dan melotot pada Daffa, berkata, “Apakah kamu yakin inilah yang ingin kamu lakukan? Kamu melewati batas.”Daffa mengangguk. “Kita melakukan metode yang sama, bukan? Ke
Karena kekhawatirannya, Daffa tidak merasa terganggu. Sebaliknya, dia tersenyum dan dengan sabar berkata, “Tidak, aku ada di sini dan bukan di pusat penahanan karena aku sudah membuktikan bahwa aku tidak bersalah.”Puspa menghela napas lega dan menepuk dadanya pelan. Dia tersenyum dan berkata, “Kalau aku tahu, aku tidak akan datang ke sini. Aku khawatir kamu dalam bahaya jika kamu tidak bisa membuktikan bahwa kamu tidak bersalah, jadi aku datang kemari untuk membantumu. Setidaknya, aku bisa memastikan bahwa kamu masih menjadi mahasiswa di sini.”Daffa terharu oleh perkataannya dan penasaran apa lagi yang hendak dia lakukan. Jadi, dia mengangkat bahunya dan berkata, “Kamu tiba di waktu yang tepat. Dekan Fajar tidak memercayai keputusan para pihak berwajib maupun apa yang kukatakan padanya. Dia tidak ingin aku terus melanjutkan studiku di sini.”Mata Puspa membelalak tidak percaya. “Konyol sekali!” Dia menoleh pada Leon dan berkata, “Dekan Fajar, aku yakin ada kesalahpahaman di sini.
Daffa mengangkat tangannya, menarik lengan bajunya untuk melihat jam tangannya, lalu meletakkan tangannya ke atas meja.“Kamu akan memiliki banyak waktu luang ke depannya, Dekan Fajar, sementara aku akan makin sibuk. Jika kamu menginginkan waktu yang lebih mudah di pusat penahanan, kusarankan kamu berdiri dan mempercepat seluruh proses ini.”Mata Leon menyipit pada Daffa. “Kamu terlalu arogan, Daffa Halim! Cepat atau lambat, kamu akan menerima ganjarannya!”Daffa tidak merespons itu. Ekspresinya tetap datar seraya dia memasukkan tangannya ke sakunya, berbalik ke arah petugas, dan berkata, “Kurasa kita harus pergi sekarang.”“Aku setuju,” jawab petugas itu dengan nada yang datar.Setelah itu, Daffa keluar dari ruangan itu bersama sekelompok petugas di belakangnya.Puspa tidak menyangka dia akan menyaksikan kejadian seperti itu. Rahangnya menganga dan dia tidak tahu harus merespons seperti apa.Hal itu berlanjut sampai Daffa melangkah keluar ruangan dekan. Barulah saat itu Puspa a
Daffa dan petugas itu sudah tidak lagi dalam jangkauan pendengaran Donny.Petugas itu, juga temannya Donny, terus terdiam.Setelah beberapa saat, Daffa memutuskan untuk angkat bicara. “Apakah kamu khawatir Donny ditahan karena ketuamu berkaitan dengan dalang di balik situasiku?”Petugas itu mengekspresikan kekagumannya pada Daffa, memujinya, “Kamu adalah mahasiswa terbaik di Universitas Praharsa, yang benar-benar luar biasa dan cerdas. Itulah tepatnya yang kurasakan sekarang. Menurut peraturan kami, Donny seharusnya tidak ditahan, setidaknya tidak sampai kasusnya selesai. Terlebih lagi, dia seharusnya tidak menerima hukuman sekeji itu.”“Tidak apa-apa.” Daffa tetap tenang ketika dia menjelaskan, “Apa pun perbuatan keji yang mereka lakukan, aku akan menangani akar permasalahan yang menyebabkan hal ini terjadi ketika masalah Donny selesai ditangani.”Mata petugas itu membelalak. Namun, hal itu tidak bertahan lama karena dia langsung menenangkan dirinya.“Aku tidak bisa membantu ban
Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da
Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka
Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken
Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke
Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m
Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber
“Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer
Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu
“Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri