[Kantor Pusat West Atlantics Int’l]Suasana di gedung perusahaan yang megah begitu membosankan dan tegang. Semua karyawan melakukan aktivitas sehari-hari mereka dengan ekspresi yang murung dan sedih, tidak seperti sikap bersemangat yang biasanya mereka miliki.Akan tetapi, para karyawan tidak bisa disalahkan karena mereka telah melihat berita negatif mengenai pemimpin perusahaan mereka. Mereka adalah karyawan berpengalaman, jadi mereka tahu sebesar apa pengaruh dari berita seperti itu terhadap perusahaan mereka.Para petinggi, seperti Erin dan Zaki, lebih murung karena situasi saat ini. Perusahaan tersebut masih merupakan perusahaan yang sangat baru, jadi mereka lebih tersinggung karena kejadian tersebut. Jika pemimpin mereka tidak bisa menangani permasalahan ini, maka itu akan berpengaruh sangat buruk pada rencana yang telah mereka persiapkan.Berita tersebut sudah dilebih-lebihkan oleh media sehingga hal tersebut menciptakan kesan yang keliru mengenai pemimpin dari West Atlantics
Erin dan Zaki bergidik ngeri ketika mereka melihat Daffa yang sedang tersenyum. Walaupun dia senyum, tatapannya benar-benar menakutkan.“Zaki, bawakan daftar perusahaan yang mundur dari proyek yang seharusnya kita investasikan,” kata Daffa tiba-tiba.Zaki tersentak dari lamunannya sebelum bergegas menaati perintah Daffa. Beberapa detik kemudian, Zaki kembali dengan setumpuk dokumen di tangannya yang dia lalu dengan hati-hati berikan pada Daffa.Daffa menerima dokumen itu dan membacanya dan hanya dalam beberapa menit kemudian, dia mengungkapkan keputusannya.“Hapus Terra Internasional, PT Venus, dan Industri Sky dari basis dari perusahaan kita,” perintah Daffa dengan mengejutkan.“Mulai sekarang, West Atlantics Int’l tidak akan melakukan bisnis apa pun dengan ketiga perusahaan tersebut,” ujar Daffa dengan mantap.Erin dan Zaki menatap Daffa terkejut. Mereka tidak menyangka keputusannya yang sangat tiba-tiba itu. Itu terlalu gegabah!Daffa memasukkan ketiga perusahaan dengan kekay
[Korporasi Sandya]Ruang kerja pemimpin perusahaan, pukul 10:00 pagiSeorang pria paruh baya terduduk di belakang meja mahoni di ruang kerja yang tampak sedikit lebih di atas ruang kerja biasanya. Dia memiliki kepala botak, mata bulat yang tampak cerdas, dan wajah rata-rata. Meja mahoni itu dipenuhi oleh beberapa dokumen dan pria itu sedang sibuk menulis di atasnya.Tiba-tiba, pintu ruang kerjanya terbuka dan pria yang sama rata-rata sepertinya bergegas memasuki ruangan itu dengan panik.Heru Sandya, pemimpin Korporasi Sandya saat ini melihat ke pria biasa itu dengan tidak suka. Pria biasa itu tentunya adalah sekretarisnya dan kedatangannya tiba-tiba membuatnya sangat jengkel karena itu mengganggu konsentrasinya. Ketika dia baru hendak memarahi sekretarisnya, suara yang lantang memotongnya.“Ada masalah besar, Presdir Heru!” teriak pria biasa itu ketakutan.Heru mengerutkan dahinya mendengar perkataan sekretarisnya dan terpaksa menelan kembali omelannya.“Ada apa?” tanya Heru, n
“Korporasi Sandya sedang diselidiki karena penghindaran pajak sebesar lebih dari 2,25 triliun rupiah.”Wajah Heru memucat membaca tulisan di saluran TV itu. Matanya membelalak terkejut menonton beritanya.Penghindaran pajak!Karena itulah bank dan perusahaan pembiayaan tiba-tiba memintanya untuk membayar kembali pinjamannya dalam waktu 24 jam!“Kamu benar-benar tidak kompeten, Tuan Heru,” kata orang penting itu, nada bicaranya terdengar tidak senang.“Saya bisa menjelaskannya!” kata Heru dengan panik, tapi orang itu memotongnya.“Senang berbisnis denganmu, Tuan Heru. Sayangnya, kesepakatan kita sekarang batal,” ungkap orang penting itu dengan mantap sebelum mematikan teleponnya dengan tiba-tiba.Heru menatap ponselnya tidak percaya. Dia menelepon nomor orang penting itu di menit selanjutnya. Teleponnya hanya berdering dua kali sebelum sambungannya terputus. Kedua kalinya dia menelepon nomor tersebut, teleponnya tidak tersambung sama sekali. Orang bodoh pun tahu kalau dia telah d
[West Atlantics Int’l]Mata Daffa berbinar ketika dia mendengar jawaban Heru.Grup Emas!Daffa tidak pernah menyangka bahwa dalang di balik semuanya adalah kepala dari Grup Emas.“Begitu,” jawab Daffa dengan tenang walaupun dia merasa terkejut.“Saya sudah memberi tahu apa yang Anda inginkan. Tolong penuhi janji Anda,” kata Heru sambil menggertakkan giginya di ujung telepon.“Tenanglah. Aku akan memenuhi kesepakatannya,” jawab Daffa sambil tersenyum sebelum mematikan teleponnya.Setelah memutuskan teleponnya, Daffa menautkan jemarinya, menyandarkan dagunya di jemarinya dan tenggelam dalam pikirannya.Grup Emas adalah grup bisnis terbesar ketiga di kota itu dengan kekayaan bersih sebesar belasan triliun rupiah. Tentunya, Konsorsium Halim bisa dengan mudah menghancurkan mereka, tapi Daffa tidak mempertimbangkan pilihan itu.Grup Emas menargetkan West Atlantics Int’l, bukan Konsorsium Halim. Karena itu, dia akan melawan Grup Emas menggunakan kekuatan West Atlantics Int’l sendiri,
Beberapa hari selanjutnya berjalan begitu saja bagi Daffa. Dia kembali ke rumah besar Halim hari itu, menyampaikan inti dari apa yang telah terjadi pada Bram, tapi tidak menyampaikan rinciannya. Dia lalu beristirahat seperti yang dia butuhkan.Dia sangat luar biasa sibuk karena pertemuannya dengan Tara Wiguna, pembunuhan yang merenggut nyawa pengawal Tara, kecelakaan dengan pria tua itu, dan penyerangan terhadap West Atlantics Int’l terjadi dalam kurun waktu kurang dari 48 jam. Daffa bukanlah mesin, jadi normal saja baginya untuk merasa sangat kelelahan setelah menghadapi semua kekacauan itu.Karena kakeknya tidak akan kembali sampai dua minggu kemudian, Daffa merasa bahwa dia tidak perlu menunggu kedatangan kakeknya, terutama dengan jadwalnya yang padat. Karena itu, dia berinisiatif untuk meninggalkan rumah besar Halim. Dia berjanji untuk kembali ke rumah besar ketika kakeknya kembali dari perjalanan bisnisnya.Daffa lalu meninggalkan rumah besar Halim dan kembali ke kediamannya di
Daffa menatap wanita cantik yang berdiri di hadapannya dan dengan cepat menutupi ekspresi terkejutnya yang terpampang di wajahnya. Walau hanya beberapa detik, Jihan Winata menyadari reaksi terkejutnya dan merasa senang melihatnya. Momen yang singkat itu sudah cukup baginya untuk mengetahui bahwa Daffa terkejut oleh identitasnya. Itu berarti Daffa mengetahui siapa dia.“Apakah kamu tidak akan menawarkan tempat duduk padaku, Daffa?” tanya Jihan bercanda.Perkataannya menyadarkan Daffa dari lamunannya dan dia menawarkannya tempat duduk sebelum kembali duduk.Daffa menatap Jihan tanpa ekspresi, tapi pikirannya kacau pada saat itu. Dia tidak tahu kenapa Jihan Winata, wanita tercantik peringkat kedua di Universitas Praharsa menghampirinya.Daffa benar-benar miskin beberapa bulan yang lalu, jadi walaupun dia sering mendengar cerita dan gosip mengenai sepuluh wanita tercantik di kampus, dia tidak pernah memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan mereka.Baru ketika dia mengetahui ident
“Maaf?” tanya Jihan dengan suara tanpa emosi, tapi Daffa tahu bahwa dia saat itu merasa jengkel.“Kamu mendengarnya, dasar jalang!” jawab pria muda itu dengan kasar. Perasaannya sudah buruk sejak rencananya untuk meniduri seorang wanita yang dia sukai gagal dan dia sudah mencari sesuatu untuk melampiaskan amarahnya. Karena itu, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang turun dari Langit itu.Daffa mengerutkan dahinya mendengar pilihan kata-kata pria itu dan memperhatikan pria itu dengan lebih baik. Daffa sekarang adalah ahli bela diri yang telah bangkit, jadi itu berarti kekuatan pikirannya sekarang di atas orang-orang biasa. Maka dari itu, dia dengan mudah mengingat pria muda itu adalah pria yang sedang berdebat dengan seorang wanita sekitar satu jam yang lalu. Dia bisa mengetahuinya karena suaranya sangat familier.Jika Jihan Winata baru merasa jengkel sebelumnya, kali ini dia benar-benar marah.Jalang?Sudah lama sekali sejak seseorang beraninya menggunakan kata hina itu un
“Jika aku memercayai kata-kata tidak berguna yang Richard katakan, aku akan menjadi lembut dan mulai memercayainya. Dia mungkin akan menggunakan aku sebagai alat nanti.” Danar menghela napas dan tidak ingin memiliki pendapat yang negatif terhadap anak berusia 10 tahun.Akan tetapi, dia tetap tidak dapat menahan kekhawatirannya agar tidak mengisi benaknya, jadi dia perlahan kehilangan ketenangannya.Daffa meletakkan kedua tangannya di balik punggungnya, tapi dia tersenyum pada saat itu. Dia merasa situasinya menjadi lebih menarik daripada sebelumnya. Dia telah meninggalkan pintu pada saat itu.Sebelumnya, ketika Danar sedang menuju ke sana, banyak bawahan lainnya ingin bergabung, tapi ditolak oleh Daffa karena mereka memiliki kemampuan bertarung yang kurang. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika orang-orang itu ikut dengan Daffa. Lagi pula, Daffa tidak familier dengan wilayah di sekitarnya.Maka dari itu, sekumpulan bawahan itu, tidak termasuk Danar, akan berada dalam bahay
“Iya, Tuan! Saya sudah siap untuk menjalankan setiap perintah Anda!” jawab Danar.Bibir Daffa berkedut, tapi segera kembali normal seraya dia memberi perintah, “Aku butuh kamu menahan Bart Bakti dan pastikan dia tidak dapat menyerang. Kemudian, bawa dia ke dalam mobil ini supaya kita bisa pergi.”Pandangan Danar gemetar hebat mendengarnya. Dia mengepalkan tangannya, merasa bersemangat dan bertekad untuk menyelesaikan tugasnya karena itu adalah tugas pertama yang Daffa perintahkan padanya. Meninggikan suaranya, dia dengan antusias berkata, “Baik, Tuan Halim! Saya akan melakukannya sebaik mungkin!”Daffa mengangkat tangannya, melambaikannya sambil menjawab, “Bagus. Pertama-tama, ambilkan tali yang cukup tebal untuk menjaganya tetap terkendali. Kamu akan berjalan di belakang kami begitu kamu telah mengambilkan talinya.”Dia lalu bersandar ke sofa dan menoleh ke arah Richard dan menambahkan, “Kamu pasti gelisah mengenai apa yang akan terjadi, melihat dari kelopak matamu yang terus berk
Daffa menatap Richard, mengetuk jari-jarinya dengan berirama di sandaran punggung sofa itu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, indranya memberitahunya bahwa ada yang salah dengan tubuh laki-laki di hadapannya.Anehnya, indranya yang tajam juga memberitahunya bahwa anak itu baik. Pesan yang bertentangan itu membuat Daffa tertarik. Dia mengangkat tangannya untuk memijat pelipisnya, lalu memandang Richard dan bertanya, “Bagaimana aku bisa membuktikan bahwa apa yang kamu katakan adalah benar?”Raut wajah Richard menegang dan kulitnya yang sawo matang menggelap dengan warna kemerahan.Daffa tahu itu berarti Richard marah. Daffa menyandarkan punggungnya dengan nyaman, menyeringai terhibur sambil mengayunkan tangannya dengan acuh tak acuh.Kemudian, Daffa berkata, “Baiklah, kamu tidak perlu marah-marah. Aku percaya kamu telah mengatakan kebenarannya. Demikian pula, aku berterima kasih kamu telah bersedia menyampaikan informasi itu padaku. Sekarang, aku ingin tahu apa rencana kalian setela
Richard menjadi relaks. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu hal-hal yang dia katakan mengejutkan Daffa. “Aku tahu beberapa hal tentang orang berjubah hitam itu dan kurasa kamu akan tertarik untuk mengetahui lebih banyak mengenai hal ini dibandingkan apa yang Priska katakan padamu.”Daffa menaikkan sebelah alisnya dan tubuhnya menegak tanpa dia sadari. Malam ini adalah malam penuh kejutan. Kejutan pertama adalah Richard—Daffa tidak tahu berapa usianya, tapi dia telah terpaksa berakting seperti orang bodoh hanya untuk bertahan hidup.Kejutan kedua adalah bahwa Richard mampu mengedukasi dirinya sendiri di bawah situasi yang sulit dan bahkan telah mendapatkan informasi tentang orang berjubah hitam itu. Daffa tidak repot-repot menyembunyikan kekejutannya, membuat Richard menjadi makin relaks.Richard merasa sedikit lebih percaya diri dalam mencapai tujuannya karena Daffa jelas-jelas terlihat tertarik dengan apa yang hendak dia katakan. Dia tersenyum dan berkata, “Priska mengetahui hal in
“Jika kamu bersedia melepaskan dia, kuharap ada seseorang yang bisa membawanya pergi dari sini sebelum kita melanjutkannya.”Mengejutkan semua orang, Mika tiba-tiba memelototi Daffa dan berteriak, “Dasar pembunuh kejam! Kalau kamu membunuh ibuku, sebaiknya bunuh aku juga atau aku bersumpah aku tidak akan berhenti sampai membalas dendamku! Aku tahu kamu mungkin tidak akan memercayaiku karena aku masih muda dan tidak berdaya sekarang, tapi aku akan mengejarmu cepat atau lambat!”Mata Priska membelalak dan dia dengan cepat menutup mulut Mika dengan tangannya. Akan tetapi, dia sudah terlambat. Maka dari itu, untuk pertama kalinya, dia menampar Mika. Hatinya terpelintir dengan menyakitkan saat melakukannya, tapi dia memaksakan dirinya untuk tidak melembut. “Minta maaf pada Daffa sekarang juga!”Mika meringis karena rasa sakitnya, tapi dia tidak meminta maaf. Sebaliknya, kebenciannya pada Daffa menjadi makin dalam. “Aku membencimu dengan setiap sel dari diriku. Karenamu, ibuku menamparku
Tiba-tiba, tatapan mata Priska menjadi misterius. Dia pun berbisik, “Aku bisa memberitahumu segalanya, tapi apakah kamu yakin kamu ingin mendengarnya? Kamu akan menyesal begitu kamu mendengar apa yang akan kukatakan.”Raut wajah Daffa terlihat bosan. “Itu bukan urusanmu. Katakan saja semua hal yang kamu ketahui.”“Kamu berani juga, ya.” Priska tersenyum, terlihat gembira. “Seseorang memang mendatangiku. Dia bilang selama aku melakukan sesuai perintah mereka, aku akan menerima jumlah uang yang sangat besar sebagai balasannya. Itu akan lebih dari cukup untukku, anakku, cucuku, dan beberapa generasi setelahnya untuk hidup dengan nyaman. Malah, mereka mungkin bisa hidup dengan mewah. Itu adalah tawaran yang tidak bisa kutolak, jadi aku melakukan sesuai perintah mereka. Seperti yang diduga, aku dibayar dengan tinggi. Yang mereka ingin aku lakukan cukup sederhana—menemukan seorang reporter bernama Dahlia dan memastikan kalian berdua bertemu satu sama lain.”Raut wajah yang aneh terpampang
Sekarang, Daffa sudah yakin. Dialah yang akan menjadi orang yang pertama kali membantah jika seseorang mengatakan bahwa Elton telah meninggal di hadapannya, yang merupakan apa yang semua orang saksikan. Dia sekarang tahu bahwa ada yang janggal tentang kematian Elton. Dia menatap Priska dan bertanya, “Lalu, apa yang kamu lakukan setelahnya?”Priska menghela napas. “Aku membuatnya marah dan menyuruhnya mendatangimu. Aku ingin menggunakan kamu untuk membantuku mengakhiri hidupnya dan semua hal berjalan dengan sempurna. Aku hanya tidak menduga kamu akan melacak kami secepat ini.”Daffa bertanya, “Apa yang dipikirkan oleh anggota keluarga Bakti lainnya tentang hal ini?”Priska terlihat sinis. “Mereka? Apa yang bisa orang-orang tidak berguna itu katakan tentang hal ini? Yang dapat mereka lakukan hanyalah berbicara, makan, dan menghabiskan uang. Meskipun mereka tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan Grup Bakti, mereka ingin mendapatkan asetnya. Itulah sebabnya mereka membuat segala mac
Itu berarti Priska tidak dapat menyembunyikan kebenarannya. Akan tetapi, ini mungkin adalah hasil akhir terburuk yang dapat Priska bayangkan. Jadi, dia bangkit duduk, terlihat tenang.“Ibu Richard-lah yang membuat Bart menjadi seperti ini. Bart diserang oleh seseorang saat dia sedang dalam perjalanan pulang pada suatu hari. Mereka datang dengan truk dan bersenjata. Itu sudah terlambat ketika aku mendengar permintaan bantuan Bart. Mereka telah menekannya ke tanah, bergelimang darah. Aku membawa banyak orang bersamaku dan para penyerang itu tahu mereka tidak dapat membawa Bart pergi di depan mataku. Jadi, mereka menyuntikkan semacam obat padanya saat aku mencoba menghampirinya.” Priska hampir tidak dapat berkata-kata lagi pada titik ini dan dadanya naik-turun.Dia menggertakkan giginya, begitu kuat hingga pembuluh darah di lehernya menyembul. Sambil menggertakkan giginya, dia berkata, “Bart sejak saat itu berubah. Setiap malam, dia menjadi seperti ini, tapi dia kembali menjadi normal
“Kalau begitu, ada apa dengan putramu? Kelihatannya ada yang salah dengannya.”Raut wajah Priska menjadi rumit mendengar perkataan Daffa. Dia bergegas berlutut dan menatapnya dengan tatapan memohon dan berkata, “Aku tahu kamu berkuasa. Kumohon, tolong temukan ibu kandung Richard untukku supaya aku bisa mengakhiri hidupnya dengan cara yang paling menyakitkan yang dapat terpikirkan olehku!” Matanya menjadi merah dan dia gemetar hebat.“Itu adalah permintaanku satu-satunya. Jika kamu tidak menyetujuinya, kamu tidak akan mendapatkan apa-apa dariku.” Dia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi.Daffa melirik pistolnya, lalu menaikkan sebelah alisnya. “Kamu tampaknya melupakan apa yang kumiliki di sampingku.” Mengejutkan baginya, Priska tidak terlihat takut. Sebaliknya, dia melemparkan kepalanya ke belakang dan tertawa histeris. Daffa tidak tahu apa yang Priska ingin sampaikan, jadi dia meraih pistolnya sambil mengernyit.“Sepertinya kamu benar-benar melupakan apa yang kubilang.” Dia mengokan