Share

Bab 117

Penulis: Benjamin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Sementara itu, Daffa sudah bergegas pergi ke Rumah Sakit Serene. Tentunya dia tidak mengetahui rencana kakeknya. Benaknya dipenuhi oleh kematian pria tua itu.

Setelah melaju beberapa menit dengan kencang, Daffa tiba di rumah sakit. Dia memarkikrkan mobilnya dengan rapi dan bergegas beranjak ke ruangan pria tua itu tanpa memedulikan siapa pun.

Ketika dia membuka pintu, Dr. Langhan sudah menunggu kedatangannya dengan raut wajah penuh harapan.

“Tuan Halim,” panggil Dr. Langhan dengan hati-hati.

Daffa mengabaikannya dan langsung menghampiri tubuh tidak bernyawa pria tua itu. Daffa tidak mengatakan apa-apa dan menatap tubuh pria tua itu dengan ekspresi yang rumit di wajahnya. Daffa memunggungi Dr. Langhan, jadi dokter itu tidak bisa melihat ekspresi Daffa saat itu.

Kedua dari mereka terus terdiam selama lebih dari lima menit sebelum Daffa akhirnya angkat bicara.

“Apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah kondisinya sudah stabil?” tanya Daffa.

Dr. Langhan menghela nafas sedih sebelum menj
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Robin
bagus alur ceritanya saya suka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 118

    [Kantor Pusat West Atlantics Int’l]Suasana di gedung perusahaan yang megah begitu membosankan dan tegang. Semua karyawan melakukan aktivitas sehari-hari mereka dengan ekspresi yang murung dan sedih, tidak seperti sikap bersemangat yang biasanya mereka miliki.Akan tetapi, para karyawan tidak bisa disalahkan karena mereka telah melihat berita negatif mengenai pemimpin perusahaan mereka. Mereka adalah karyawan berpengalaman, jadi mereka tahu sebesar apa pengaruh dari berita seperti itu terhadap perusahaan mereka.Para petinggi, seperti Erin dan Zaki, lebih murung karena situasi saat ini. Perusahaan tersebut masih merupakan perusahaan yang sangat baru, jadi mereka lebih tersinggung karena kejadian tersebut. Jika pemimpin mereka tidak bisa menangani permasalahan ini, maka itu akan berpengaruh sangat buruk pada rencana yang telah mereka persiapkan.Berita tersebut sudah dilebih-lebihkan oleh media sehingga hal tersebut menciptakan kesan yang keliru mengenai pemimpin dari West Atlantics

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 119

    Erin dan Zaki bergidik ngeri ketika mereka melihat Daffa yang sedang tersenyum. Walaupun dia senyum, tatapannya benar-benar menakutkan.“Zaki, bawakan daftar perusahaan yang mundur dari proyek yang seharusnya kita investasikan,” kata Daffa tiba-tiba.Zaki tersentak dari lamunannya sebelum bergegas menaati perintah Daffa. Beberapa detik kemudian, Zaki kembali dengan setumpuk dokumen di tangannya yang dia lalu dengan hati-hati berikan pada Daffa.Daffa menerima dokumen itu dan membacanya dan hanya dalam beberapa menit kemudian, dia mengungkapkan keputusannya.“Hapus Terra Internasional, PT Venus, dan Industri Sky dari basis dari perusahaan kita,” perintah Daffa dengan mengejutkan.“Mulai sekarang, West Atlantics Int’l tidak akan melakukan bisnis apa pun dengan ketiga perusahaan tersebut,” ujar Daffa dengan mantap.Erin dan Zaki menatap Daffa terkejut. Mereka tidak menyangka keputusannya yang sangat tiba-tiba itu. Itu terlalu gegabah!Daffa memasukkan ketiga perusahaan dengan kekay

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 120

    [Korporasi Sandya]Ruang kerja pemimpin perusahaan, pukul 10:00 pagiSeorang pria paruh baya terduduk di belakang meja mahoni di ruang kerja yang tampak sedikit lebih di atas ruang kerja biasanya. Dia memiliki kepala botak, mata bulat yang tampak cerdas, dan wajah rata-rata. Meja mahoni itu dipenuhi oleh beberapa dokumen dan pria itu sedang sibuk menulis di atasnya.Tiba-tiba, pintu ruang kerjanya terbuka dan pria yang sama rata-rata sepertinya bergegas memasuki ruangan itu dengan panik.Heru Sandya, pemimpin Korporasi Sandya saat ini melihat ke pria biasa itu dengan tidak suka. Pria biasa itu tentunya adalah sekretarisnya dan kedatangannya tiba-tiba membuatnya sangat jengkel karena itu mengganggu konsentrasinya. Ketika dia baru hendak memarahi sekretarisnya, suara yang lantang memotongnya.“Ada masalah besar, Presdir Heru!” teriak pria biasa itu ketakutan.Heru mengerutkan dahinya mendengar perkataan sekretarisnya dan terpaksa menelan kembali omelannya.“Ada apa?” tanya Heru, n

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 121

    “Korporasi Sandya sedang diselidiki karena penghindaran pajak sebesar lebih dari 2,25 triliun rupiah.”Wajah Heru memucat membaca tulisan di saluran TV itu. Matanya membelalak terkejut menonton beritanya.Penghindaran pajak!Karena itulah bank dan perusahaan pembiayaan tiba-tiba memintanya untuk membayar kembali pinjamannya dalam waktu 24 jam!“Kamu benar-benar tidak kompeten, Tuan Heru,” kata orang penting itu, nada bicaranya terdengar tidak senang.“Saya bisa menjelaskannya!” kata Heru dengan panik, tapi orang itu memotongnya.“Senang berbisnis denganmu, Tuan Heru. Sayangnya, kesepakatan kita sekarang batal,” ungkap orang penting itu dengan mantap sebelum mematikan teleponnya dengan tiba-tiba.Heru menatap ponselnya tidak percaya. Dia menelepon nomor orang penting itu di menit selanjutnya. Teleponnya hanya berdering dua kali sebelum sambungannya terputus. Kedua kalinya dia menelepon nomor tersebut, teleponnya tidak tersambung sama sekali. Orang bodoh pun tahu kalau dia telah d

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 122

    [West Atlantics Int’l]Mata Daffa berbinar ketika dia mendengar jawaban Heru.Grup Emas!Daffa tidak pernah menyangka bahwa dalang di balik semuanya adalah kepala dari Grup Emas.“Begitu,” jawab Daffa dengan tenang walaupun dia merasa terkejut.“Saya sudah memberi tahu apa yang Anda inginkan. Tolong penuhi janji Anda,” kata Heru sambil menggertakkan giginya di ujung telepon.“Tenanglah. Aku akan memenuhi kesepakatannya,” jawab Daffa sambil tersenyum sebelum mematikan teleponnya.Setelah memutuskan teleponnya, Daffa menautkan jemarinya, menyandarkan dagunya di jemarinya dan tenggelam dalam pikirannya.Grup Emas adalah grup bisnis terbesar ketiga di kota itu dengan kekayaan bersih sebesar belasan triliun rupiah. Tentunya, Konsorsium Halim bisa dengan mudah menghancurkan mereka, tapi Daffa tidak mempertimbangkan pilihan itu.Grup Emas menargetkan West Atlantics Int’l, bukan Konsorsium Halim. Karena itu, dia akan melawan Grup Emas menggunakan kekuatan West Atlantics Int’l sendiri,

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 123

    Beberapa hari selanjutnya berjalan begitu saja bagi Daffa. Dia kembali ke rumah besar Halim hari itu, menyampaikan inti dari apa yang telah terjadi pada Bram, tapi tidak menyampaikan rinciannya. Dia lalu beristirahat seperti yang dia butuhkan.Dia sangat luar biasa sibuk karena pertemuannya dengan Tara Wiguna, pembunuhan yang merenggut nyawa pengawal Tara, kecelakaan dengan pria tua itu, dan penyerangan terhadap West Atlantics Int’l terjadi dalam kurun waktu kurang dari 48 jam. Daffa bukanlah mesin, jadi normal saja baginya untuk merasa sangat kelelahan setelah menghadapi semua kekacauan itu.Karena kakeknya tidak akan kembali sampai dua minggu kemudian, Daffa merasa bahwa dia tidak perlu menunggu kedatangan kakeknya, terutama dengan jadwalnya yang padat. Karena itu, dia berinisiatif untuk meninggalkan rumah besar Halim. Dia berjanji untuk kembali ke rumah besar ketika kakeknya kembali dari perjalanan bisnisnya.Daffa lalu meninggalkan rumah besar Halim dan kembali ke kediamannya di

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 124

    Daffa menatap wanita cantik yang berdiri di hadapannya dan dengan cepat menutupi ekspresi terkejutnya yang terpampang di wajahnya. Walau hanya beberapa detik, Jihan Winata menyadari reaksi terkejutnya dan merasa senang melihatnya. Momen yang singkat itu sudah cukup baginya untuk mengetahui bahwa Daffa terkejut oleh identitasnya. Itu berarti Daffa mengetahui siapa dia.“Apakah kamu tidak akan menawarkan tempat duduk padaku, Daffa?” tanya Jihan bercanda.Perkataannya menyadarkan Daffa dari lamunannya dan dia menawarkannya tempat duduk sebelum kembali duduk.Daffa menatap Jihan tanpa ekspresi, tapi pikirannya kacau pada saat itu. Dia tidak tahu kenapa Jihan Winata, wanita tercantik peringkat kedua di Universitas Praharsa menghampirinya.Daffa benar-benar miskin beberapa bulan yang lalu, jadi walaupun dia sering mendengar cerita dan gosip mengenai sepuluh wanita tercantik di kampus, dia tidak pernah memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan mereka.Baru ketika dia mengetahui ident

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 125

    “Maaf?” tanya Jihan dengan suara tanpa emosi, tapi Daffa tahu bahwa dia saat itu merasa jengkel.“Kamu mendengarnya, dasar jalang!” jawab pria muda itu dengan kasar. Perasaannya sudah buruk sejak rencananya untuk meniduri seorang wanita yang dia sukai gagal dan dia sudah mencari sesuatu untuk melampiaskan amarahnya. Karena itu, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang turun dari Langit itu.Daffa mengerutkan dahinya mendengar pilihan kata-kata pria itu dan memperhatikan pria itu dengan lebih baik. Daffa sekarang adalah ahli bela diri yang telah bangkit, jadi itu berarti kekuatan pikirannya sekarang di atas orang-orang biasa. Maka dari itu, dia dengan mudah mengingat pria muda itu adalah pria yang sedang berdebat dengan seorang wanita sekitar satu jam yang lalu. Dia bisa mengetahuinya karena suaranya sangat familier.Jika Jihan Winata baru merasa jengkel sebelumnya, kali ini dia benar-benar marah.Jalang?Sudah lama sekali sejak seseorang beraninya menggunakan kata hina itu un

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 415

    Daffa menaikkan sebelah alisnya, mengenali kepala penjaga keamanan itu karena mereka sebelumnya menaiki lift bersama. Dia dengan tenang berkomentar, “Kamu terlihat lebih baik mengenakan setelan jas ini daripada seragam penjaga keamanan sebelumnya.”Reaksi Daffa anehnya sangat tenang meskipun dia melihat kepala penjaga keamanan, yang seharusnya hanya menghasilkan 37,5 juta rupiah per bulannya, berganti pakaian dengan setelan jas mahal.Perubahan itu menandakan bahwa penjaga keamanan itu, pada kenyataannya, merupakan seseorang berstatus tinggi dan bertanggung jawab mendistribusikan gaji para karyawan lainnya.Karena Daffa tenang, kepala penjaga keamanan itu tidak bisa menahan emosinya. Alisnya menaik sangat tinggi terkejut seraya tersenyum pada Daffa. “Kamu tidak terlihat terkejut oleh identitasku yang sebenarnya. Apakah kamu sudah mengetahuinya lebih dulu?”Setelah mendengar hal itu, Daffa, yang hendak melangkah maju, berhenti melangkah. Ambang pintu lift adalah satu-satunya hal yan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 414

    “Ada juga pria di pintu masuk utama perusahaan yang mengawasi semua anggota keamanan!” Berpikir begitu, semua rambut di punggung direktur itu menegak.Berdiri di hadapan si direktur, Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Itu reaksi yang aneh. Kamu terlihat ketakutan, tapi aku tidak tahu kenapa. Apakah aku perlu mengingatkanmu bahwa kamu memintaku untuk datang kemari? Kukira kamu setidaknya akan siap secara mental untuk menghadapi konsekuensinya setelah aku tiba.”Mulut direktur itu menganga sangat lama. Di suatu titik, direktur itu kembali tersadar dan memohon, “M … Maafkan aku! Aku sangat bersedia untuk menyampaikan permintaan kepada para atasanku. Aku bersumpah aku sangat bersedia, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku mungkin akan kehilangan pekerjaanku. Lagi pula, perusahaan ini tidak dimiliki oleh satu orang saja dan kami juga merupakan saluran televisi ….”Dia menelan ludah dan memandang lantai setelah mengatakannya. Roda gigi di dalam otaknya berputar kencang, m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 413

    “Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 412

    Daffa bahkan tidak bisa menjamin bahwa direktur bodoh itu dapat memahami apa yang akan dia katakan, jadi dia tetap terdiam. Namun, dia terkejut karena direktur itu menganggap diamnya dia sebagai tanda kekalahan.Direktur itu menganggap hal itu sebagai konfirmasi bahwa Daffa sedang memakai barang tiruan. Oleh karena itu, dia mendongakkan dagunya pada Daffa dengan angkuh dan berbicara lebih lantang daripada sebelumnya. “Kenapa kamu tidak menjawab? Apakah itu karena tebakanku benar dan kamu sekarang takut?”Daffa tidak ingin menghabiskan energinya menjelaskan hal-hal pada direktur itu lagi, jadi Daffa hanya menghampiri pria itu untuk menekankan, “Aku adalah orang yang pemarah dan aku yakin kamu sudah mendengarnya dari orang lain beberapa hari belakangan. Namun, yang membuatku terkejut adalah kamu bersikeras untuk membuatku kesal.”Seraya dia menggelengkan kepalanya, dia meretakkan buku-buku jarinya, mengeluarkan suara yang renyah dan menakutkan.Setelah mendengarnya, lutut direktur it

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 411

    “Konyol sekali. Apakah kamu sudah lupa? Kamu menelepon dan mengirimnya pesan di hadapanku, berkata bahwa kamu melakukan semua hal ini karena kamu jatuh cinta pada wajah tampannya di televisi. Ini semua tidak akan terjadi jika dia mau berpacaran denganmu!”Senyum sinis tersungging di wajah direktur itu seraya dia mengejek, “Lagi pula, sepertinya kamu salah paham. Kamu bukan wanitaku.”Daffa merasa sangat jijik dengan kedua orang itu hingga tenggorokannya terasa tercekit.“Kalau kalian memanggilku kemari hanya untuk membanggakan mengenai bagaimana kalian akan memaksakan aku melakukan kekerasan, yah, aku bisa mengatakan ini—kalian pada dasarnya sedang cari mati dengan melakukan itu!” sela dia sambil mengulurkan tangan ke atas untuk memijat pelipisnya.“Membasmi musuh-musuhku adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Namun, sekarang, aku tidak masalah.”Dengan begitu, dia berjalan di ruang kerja itu dan duduk di sofa, dengan santai menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain.Seme

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 410

    Daffa menambahkan, “Karena kalian berdua memanggilku kemari, kurasa baru adil jika kalian berdua menghadapiku untuk menangani permasalahan ini.”Direktur itu bangkit berdiri dari sofa. Perutnya yang bergelambir bergoyang-goyang seperti jeli saat dia berlari ke arah pintu. Hanya butuh waktu kurang dari sedetik baginya untuk melakukannya.Dahlia melihat segalanya terjadi, matanya membulat tertarik oleh adegan konyol itu. Dia tahu direktur itu baru-baru ini bertambah berat badan banyak, jadi dia tidak pernah melakukan pergerakan yang besar. Itu adalah pertama kalinya Dahlia melihatnya.Ketika direktur itu akhirnya tiba di pintu, dia meletakkan satu tangan di pinggangnya sambil membungkuk dan terengah-engah. Napasnya begitu cepat sampai siapa pun akan merasa khawatir dia akan pingsan di detik selanjutnya.Berdiri di samping, Dahlia menundukkan kepalanya, tapi itu bukan karena dia khawatir. Dia melakukan itu untuk menyembunyikan senyumannya. Lagi pula, Daffa sudah membuka pintu, jadi di

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 409

    Napas kepala penjaga keamanan itu berpacu, menggelitik kulit Daffa. Namun, tidak ada yang jahat dari ekspresi wajahnya. Rasa ingin tahu berbinar di matanya saat dia bertanya, “Kenapa kamu tidak menghentikan aku masuk? Hanya ada kamu dan aku di lift ini, jadi kamu bisa dengan mudah menghancurkan kamera pengawas dan menyerangku jika kamu ingin. Sudah jelas bahwa aku bukanlah tandinganmu. Aku yakin aku akan kalah jika kamu menyerangku sekarang.”Dia menatap Daffa dengan percampuran emosi yang rumit, tapi satu hal yang tidak dia rasakan adalah rasa takut. Berdiri di hadapan Daffa, dia meletakkan kedua tangannya di samping tubuhnya sambil mengangkat kepalanya dengan santai.Daffa mengembalikan pandangan penjaga itu. Tidak lama, lift itu pun tiba di lantai ke-10 dan senyuman terukir di wajah Daffa.“Yah, kalau begitu aku harus membuat harapanmu menjadi kenyataan.” Setelah mengatakan itu, dia mengulurkan tangannya.Walaupun tidak ada yang terlihat tidak biasa dari tindakannya, itu mencipt

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 408

    “Kami peringatkan, pergilah sekarang juga! Kalau tidak, kami akan memanggil polisi untuk menanganimu!” seru penjaga keamanan itu.“Aku menantikan saat itu terjadi.” Daffa hanya tersenyum kepada mereka dan mendorong salah satu penjaga keamanan itu kesamping dengan menggenggam kerahnya.Saat itulah pintu lift terbuka. Banyak orang di dalam lift itu ingin keluar, tapi mereka bisa merasakan ketegangan yang menyesakkan di luar ketika pintunya terbuka, jadi mereka tidak berani bergerak.Pandangan Daffa menyapu mereka dan ketika semua orang di dalam masih gemetar kabur dari dalam lift, perhatiannya kembali tertuju pada penjaga keamanan.“Seseorang dari tempat ini menyuruhku untuk datang kemari. Oleh karena itu, kuminta kamu biarkan aku menemuinya sekarang atau aku tidak bisa menjamin apakah kamu akan berakhir disingkirkan seperti gerbang keamanan tadi. FT TV telah melakukan kejahatan yang mengerikan. Mereka melaporkan beberapa berita palsu dan memutarbalikkan kebenarannya. Karena itu, kes

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 407

    Karena keadaan yang rumit itu, Kota Almiron hanya memiliki satu jaringan televisi—FT TV.Daffa awalnya mengira kedatangannya yang tiba-tiba tidak akan menarik perhatian siapa pun, tapi dia telah meremehkan pria yang berbicara di telepon sebelumnya.Pria itu tahu Daffa akan muncul, jadi dia sudah memerintah seseorang untuk menunggu kedatangannya di pintu utama jaringan televisi itu. Sayangnya, perkiraannya sedikit melenceng dan Daffa tiba di sana 20 menit lebih lambat daripada yang diprediksi.Jengkel, pria itu mengamuk di dalam hatinya, “Tidak ada yang berani memperlakukan aku seperti ini kecuali mereka tidak tahu siapa aku dan kekuasaanku!”Dengan begitu, dia bangkit dari sofa dan berdiri. Pergerakannya yang tiba-tiba membuat lututnya membentur dan menjegal Dahlia yang selama ini berlutut di sampingnya.Rasa sakit dan kekejutan menyebabkan Dahlia berteriak tajam saat dia terjatuh, kedua telapak tangannya menekan lantai untuk menjaga agar dia tetap duduk tegak. Dia menatap pria it

DMCA.com Protection Status