Dor!Suara tembakan menggema di tempat parkir dan satu detik kemudian, seorang pengawal jatuh terkapar di tanah dan tidak bergerak.Dia mati.Mata Tara membelalak terkejut ketika dia melihat tubuh pengawalnya yang terbunuh. Dia yakin bahwa peluru tersebut awalnya mengarah padanya, tapi dia didorong di detik terakhir oleh Daffa, mengakibatkan pengawal tersebut yang menerima peluru itu.Mata Tara tertutupi oleh duka melihat tubuh pengawalnya yang terkapar sebelum amarah menyelimutinya. Tembakan itu adalah tembakan yang mematikan karena peluru tersebut menembus jantung pengawal itu, membunuhnya seketika.Siapa pun penembak itu berniat untuk langsung mengakhiri hidupnya dan tidak memberinya kesempatan untuk selamat bahkan dengan bantuan para spesialis medis kelas dunia pun. Tidak mungkin dia akan membiarkan orang seperti itu kabur.“Tangkap dia!” teriak Tara dengan murka dan menunjuk ke arah datangnya tembakan itu. Jika tatapan bisa membunuh, Daffa yakin bahwa penembak itu sudah terk
Daffa melaju sekencang mungkin, tidak memedulikan peraturan lalu lintas seraya dia mengemudi. Dia tidak bisa memedulikannya, terutama karena dia telah melukai seorang pria tua.Setelah melaju dengan kencang selama lebih dari 30 menit, Daffa akhirnya tiba di rumah sakit. Dia seharusnya tiba di rumah sakit lebih lama dari itu karena jaraknya cukup jauh, tapi karena kecepatannya, dia bisa tiba lebih cepat.Ketika dia memasuki rumah sakit, dia memanggil paramedis, lalu mereka meletakkan pria tua yang terluka itu ke atas tandu.Daffa berjalan dengan mereka seraya mereka membawa pria tua itu ke dalam rumah sakit. Saat itulah dia baru bisa memperhatikan pria tua itu dengan lebih baik.Walaupun ada banyak darah pada pria tua itu, Daffa bisa melihat tubuhnya dengan jelas. Pria tua itu terlihat berumur pertengahan 60-an dan memiliki tubuh yang bagus. Dia tampak sangat sehat dengan badan yang fit untuk ukuran pria yang sudah tua. Itu membuat Daffa bertanya-tanya kenapa pria tua itu tidak bisa
Ketika Emy, perawat yang sedang berbicara dengan Vera, berbalik dan melihat wanita paruh baya itu, matanya membelalak terkejut.“Direktur Yul!” seru Emy terkejut.“Emy, ada masalah apa?” tanya Direktur Yul dengan kerutan di wajahnya.Emy ragu-ragu untuk menjawab direktur itu, tapi Direktur Yul memelototinya. Emy tidak memiliki pilihan selain mereka ulang kejadian yang berakhir pada situasi ini. Akan tetapi, dia meninggalkan beberapa rincian mengenai ketika dia membayarkan perawatan dengan gajinya sendiri. Dia paham Direktur Yul bisa sangat menyulitkan dan dia tidak ingin membuat hal-hal menjadi makin sulit untuk Vera.Seraya Emy menceritakan kejadiannya, kerutan pada wajahnya tampak makin dalam. Ketika Emy selesai, dia mengerutkan wajahnya dengan sangat dalam.Dia berbalik ke arah Vera yang berlutut di lantai dengan lemah dan berjalan ke arahnya.“Nona Vera, jika kamu tidak bisa membayar tagihan medis dalam lima menit ke depan, maka kami akan mengeluarkan ibumu saat ini juga,” uj
Saat mereka mendengar suara robot itu, semua orang langsung menoleh pada Daffa karena terkejut. Mereka tidak bisa memercayai mata mereka sama sekali.Lelaki tersebut ternyata bisa membayar 4,05 miliar rupiah dengan santai. Itu berarti dia tentunya memiliki uang yang jauh lebih banyak dari itu!Vera, Direktur Yul, dan para pengamat di rumah sakit menatap Daffa dengan cara yang berbeda. Siapa pun yang bisa menghabiskan jumlah uang sebanyak itu dengan mudah tentunya adalah seseorang yang luar biasa.Mata Vera berbinar kagum seraya dia menatap Daffa. Pada saat itu, Daffa adalah orang paling menawan yang pernah dia lihat seumur hidupnya dan posisi Daffa di hatinya meningkat drastis.Sebagai orang yang bijaksana, Direktur Yul langsung memahami arti dari tindakan Daffa, jadi sikapnya langsung berubah 180 derajat.“Maafkan sikap kasar saya sebelumnya. Saya bersalah,” kata Direktur Yul dengan tanpa perlawanan dan tanpa rasa malu.Daffa tidak mengatakan apa pun padanya dan hanya menaikkan
“Tuan Halim! Ada masalah!” teriak Erin dengan cemas dari ujung telepon ketika Daffa mengangkat telepon.Daffa mengerutkan keningnya mendengar nada bicara Erin yang penuh kecemasan. Sejak dia pertama mengenal Erin, dia selalu tenang apa pun situasinya. Sekarang karena dia terdengar secemas ini, dia sudah bisa menebak bahwa situasinya tidak sesederhana itu.“Erin, tenanglah dan katakan padaku. Ada masalah apa?” tanya Daffa.Erin menarik nafas dalam dan mengembuskannya sebelum berbicara dengan perlahan. Seraya dia berbicara, kerutan di wajah Daffa makin dalam dan ketika Erin selesai berbicara, Daffa memiliki kerutan pada wajahnya yang menawan.“Oke. Aku paham. Terima kasih,” kata Daffa, lalu langsung mematikan teleponnya. Dia lalu berjalan ke meja di samping ranjangnya dan meraih remot TV sebelum menyalakan TV di kamarnya.“...Selanjutnya adalah berita mengenai pemimpin dari perusahaan investasi yang sedang melejit, West Atlantics Int’l.”Stasiun televisi itu adalah salah satu salur
Sementara itu, Daffa sudah bergegas pergi ke Rumah Sakit Serene. Tentunya dia tidak mengetahui rencana kakeknya. Benaknya dipenuhi oleh kematian pria tua itu.Setelah melaju beberapa menit dengan kencang, Daffa tiba di rumah sakit. Dia memarkikrkan mobilnya dengan rapi dan bergegas beranjak ke ruangan pria tua itu tanpa memedulikan siapa pun.Ketika dia membuka pintu, Dr. Langhan sudah menunggu kedatangannya dengan raut wajah penuh harapan.“Tuan Halim,” panggil Dr. Langhan dengan hati-hati.Daffa mengabaikannya dan langsung menghampiri tubuh tidak bernyawa pria tua itu. Daffa tidak mengatakan apa-apa dan menatap tubuh pria tua itu dengan ekspresi yang rumit di wajahnya. Daffa memunggungi Dr. Langhan, jadi dokter itu tidak bisa melihat ekspresi Daffa saat itu.Kedua dari mereka terus terdiam selama lebih dari lima menit sebelum Daffa akhirnya angkat bicara.“Apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah kondisinya sudah stabil?” tanya Daffa.Dr. Langhan menghela nafas sedih sebelum menj
[Kantor Pusat West Atlantics Int’l]Suasana di gedung perusahaan yang megah begitu membosankan dan tegang. Semua karyawan melakukan aktivitas sehari-hari mereka dengan ekspresi yang murung dan sedih, tidak seperti sikap bersemangat yang biasanya mereka miliki.Akan tetapi, para karyawan tidak bisa disalahkan karena mereka telah melihat berita negatif mengenai pemimpin perusahaan mereka. Mereka adalah karyawan berpengalaman, jadi mereka tahu sebesar apa pengaruh dari berita seperti itu terhadap perusahaan mereka.Para petinggi, seperti Erin dan Zaki, lebih murung karena situasi saat ini. Perusahaan tersebut masih merupakan perusahaan yang sangat baru, jadi mereka lebih tersinggung karena kejadian tersebut. Jika pemimpin mereka tidak bisa menangani permasalahan ini, maka itu akan berpengaruh sangat buruk pada rencana yang telah mereka persiapkan.Berita tersebut sudah dilebih-lebihkan oleh media sehingga hal tersebut menciptakan kesan yang keliru mengenai pemimpin dari West Atlantics
Erin dan Zaki bergidik ngeri ketika mereka melihat Daffa yang sedang tersenyum. Walaupun dia senyum, tatapannya benar-benar menakutkan.“Zaki, bawakan daftar perusahaan yang mundur dari proyek yang seharusnya kita investasikan,” kata Daffa tiba-tiba.Zaki tersentak dari lamunannya sebelum bergegas menaati perintah Daffa. Beberapa detik kemudian, Zaki kembali dengan setumpuk dokumen di tangannya yang dia lalu dengan hati-hati berikan pada Daffa.Daffa menerima dokumen itu dan membacanya dan hanya dalam beberapa menit kemudian, dia mengungkapkan keputusannya.“Hapus Terra Internasional, PT Venus, dan Industri Sky dari basis dari perusahaan kita,” perintah Daffa dengan mengejutkan.“Mulai sekarang, West Atlantics Int’l tidak akan melakukan bisnis apa pun dengan ketiga perusahaan tersebut,” ujar Daffa dengan mantap.Erin dan Zaki menatap Daffa terkejut. Mereka tidak menyangka keputusannya yang sangat tiba-tiba itu. Itu terlalu gegabah!Daffa memasukkan ketiga perusahaan dengan kekay
“Jika aku memercayai kata-kata tidak berguna yang Richard katakan, aku akan menjadi lembut dan mulai memercayainya. Dia mungkin akan menggunakan aku sebagai alat nanti.” Danar menghela napas dan tidak ingin memiliki pendapat yang negatif terhadap anak berusia 10 tahun.Akan tetapi, dia tetap tidak dapat menahan kekhawatirannya agar tidak mengisi benaknya, jadi dia perlahan kehilangan ketenangannya.Daffa meletakkan kedua tangannya di balik punggungnya, tapi dia tersenyum pada saat itu. Dia merasa situasinya menjadi lebih menarik daripada sebelumnya. Dia telah meninggalkan pintu pada saat itu.Sebelumnya, ketika Danar sedang menuju ke sana, banyak bawahan lainnya ingin bergabung, tapi ditolak oleh Daffa karena mereka memiliki kemampuan bertarung yang kurang. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika orang-orang itu ikut dengan Daffa. Lagi pula, Daffa tidak familier dengan wilayah di sekitarnya.Maka dari itu, sekumpulan bawahan itu, tidak termasuk Danar, akan berada dalam bahay
“Iya, Tuan! Saya sudah siap untuk menjalankan setiap perintah Anda!” jawab Danar.Bibir Daffa berkedut, tapi segera kembali normal seraya dia memberi perintah, “Aku butuh kamu menahan Bart Bakti dan pastikan dia tidak dapat menyerang. Kemudian, bawa dia ke dalam mobil ini supaya kita bisa pergi.”Pandangan Danar gemetar hebat mendengarnya. Dia mengepalkan tangannya, merasa bersemangat dan bertekad untuk menyelesaikan tugasnya karena itu adalah tugas pertama yang Daffa perintahkan padanya. Meninggikan suaranya, dia dengan antusias berkata, “Baik, Tuan Halim! Saya akan melakukannya sebaik mungkin!”Daffa mengangkat tangannya, melambaikannya sambil menjawab, “Bagus. Pertama-tama, ambilkan tali yang cukup tebal untuk menjaganya tetap terkendali. Kamu akan berjalan di belakang kami begitu kamu telah mengambilkan talinya.”Dia lalu bersandar ke sofa dan menoleh ke arah Richard dan menambahkan, “Kamu pasti gelisah mengenai apa yang akan terjadi, melihat dari kelopak matamu yang terus berk
Daffa menatap Richard, mengetuk jari-jarinya dengan berirama di sandaran punggung sofa itu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, indranya memberitahunya bahwa ada yang salah dengan tubuh laki-laki di hadapannya.Anehnya, indranya yang tajam juga memberitahunya bahwa anak itu baik. Pesan yang bertentangan itu membuat Daffa tertarik. Dia mengangkat tangannya untuk memijat pelipisnya, lalu memandang Richard dan bertanya, “Bagaimana aku bisa membuktikan bahwa apa yang kamu katakan adalah benar?”Raut wajah Richard menegang dan kulitnya yang sawo matang menggelap dengan warna kemerahan.Daffa tahu itu berarti Richard marah. Daffa menyandarkan punggungnya dengan nyaman, menyeringai terhibur sambil mengayunkan tangannya dengan acuh tak acuh.Kemudian, Daffa berkata, “Baiklah, kamu tidak perlu marah-marah. Aku percaya kamu telah mengatakan kebenarannya. Demikian pula, aku berterima kasih kamu telah bersedia menyampaikan informasi itu padaku. Sekarang, aku ingin tahu apa rencana kalian setela
Richard menjadi relaks. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu hal-hal yang dia katakan mengejutkan Daffa. “Aku tahu beberapa hal tentang orang berjubah hitam itu dan kurasa kamu akan tertarik untuk mengetahui lebih banyak mengenai hal ini dibandingkan apa yang Priska katakan padamu.”Daffa menaikkan sebelah alisnya dan tubuhnya menegak tanpa dia sadari. Malam ini adalah malam penuh kejutan. Kejutan pertama adalah Richard—Daffa tidak tahu berapa usianya, tapi dia telah terpaksa berakting seperti orang bodoh hanya untuk bertahan hidup.Kejutan kedua adalah bahwa Richard mampu mengedukasi dirinya sendiri di bawah situasi yang sulit dan bahkan telah mendapatkan informasi tentang orang berjubah hitam itu. Daffa tidak repot-repot menyembunyikan kekejutannya, membuat Richard menjadi makin relaks.Richard merasa sedikit lebih percaya diri dalam mencapai tujuannya karena Daffa jelas-jelas terlihat tertarik dengan apa yang hendak dia katakan. Dia tersenyum dan berkata, “Priska mengetahui hal in
“Jika kamu bersedia melepaskan dia, kuharap ada seseorang yang bisa membawanya pergi dari sini sebelum kita melanjutkannya.”Mengejutkan semua orang, Mika tiba-tiba memelototi Daffa dan berteriak, “Dasar pembunuh kejam! Kalau kamu membunuh ibuku, sebaiknya bunuh aku juga atau aku bersumpah aku tidak akan berhenti sampai membalas dendamku! Aku tahu kamu mungkin tidak akan memercayaiku karena aku masih muda dan tidak berdaya sekarang, tapi aku akan mengejarmu cepat atau lambat!”Mata Priska membelalak dan dia dengan cepat menutup mulut Mika dengan tangannya. Akan tetapi, dia sudah terlambat. Maka dari itu, untuk pertama kalinya, dia menampar Mika. Hatinya terpelintir dengan menyakitkan saat melakukannya, tapi dia memaksakan dirinya untuk tidak melembut. “Minta maaf pada Daffa sekarang juga!”Mika meringis karena rasa sakitnya, tapi dia tidak meminta maaf. Sebaliknya, kebenciannya pada Daffa menjadi makin dalam. “Aku membencimu dengan setiap sel dari diriku. Karenamu, ibuku menamparku
Tiba-tiba, tatapan mata Priska menjadi misterius. Dia pun berbisik, “Aku bisa memberitahumu segalanya, tapi apakah kamu yakin kamu ingin mendengarnya? Kamu akan menyesal begitu kamu mendengar apa yang akan kukatakan.”Raut wajah Daffa terlihat bosan. “Itu bukan urusanmu. Katakan saja semua hal yang kamu ketahui.”“Kamu berani juga, ya.” Priska tersenyum, terlihat gembira. “Seseorang memang mendatangiku. Dia bilang selama aku melakukan sesuai perintah mereka, aku akan menerima jumlah uang yang sangat besar sebagai balasannya. Itu akan lebih dari cukup untukku, anakku, cucuku, dan beberapa generasi setelahnya untuk hidup dengan nyaman. Malah, mereka mungkin bisa hidup dengan mewah. Itu adalah tawaran yang tidak bisa kutolak, jadi aku melakukan sesuai perintah mereka. Seperti yang diduga, aku dibayar dengan tinggi. Yang mereka ingin aku lakukan cukup sederhana—menemukan seorang reporter bernama Dahlia dan memastikan kalian berdua bertemu satu sama lain.”Raut wajah yang aneh terpampang
Sekarang, Daffa sudah yakin. Dialah yang akan menjadi orang yang pertama kali membantah jika seseorang mengatakan bahwa Elton telah meninggal di hadapannya, yang merupakan apa yang semua orang saksikan. Dia sekarang tahu bahwa ada yang janggal tentang kematian Elton. Dia menatap Priska dan bertanya, “Lalu, apa yang kamu lakukan setelahnya?”Priska menghela napas. “Aku membuatnya marah dan menyuruhnya mendatangimu. Aku ingin menggunakan kamu untuk membantuku mengakhiri hidupnya dan semua hal berjalan dengan sempurna. Aku hanya tidak menduga kamu akan melacak kami secepat ini.”Daffa bertanya, “Apa yang dipikirkan oleh anggota keluarga Bakti lainnya tentang hal ini?”Priska terlihat sinis. “Mereka? Apa yang bisa orang-orang tidak berguna itu katakan tentang hal ini? Yang dapat mereka lakukan hanyalah berbicara, makan, dan menghabiskan uang. Meskipun mereka tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan Grup Bakti, mereka ingin mendapatkan asetnya. Itulah sebabnya mereka membuat segala mac
Itu berarti Priska tidak dapat menyembunyikan kebenarannya. Akan tetapi, ini mungkin adalah hasil akhir terburuk yang dapat Priska bayangkan. Jadi, dia bangkit duduk, terlihat tenang.“Ibu Richard-lah yang membuat Bart menjadi seperti ini. Bart diserang oleh seseorang saat dia sedang dalam perjalanan pulang pada suatu hari. Mereka datang dengan truk dan bersenjata. Itu sudah terlambat ketika aku mendengar permintaan bantuan Bart. Mereka telah menekannya ke tanah, bergelimang darah. Aku membawa banyak orang bersamaku dan para penyerang itu tahu mereka tidak dapat membawa Bart pergi di depan mataku. Jadi, mereka menyuntikkan semacam obat padanya saat aku mencoba menghampirinya.” Priska hampir tidak dapat berkata-kata lagi pada titik ini dan dadanya naik-turun.Dia menggertakkan giginya, begitu kuat hingga pembuluh darah di lehernya menyembul. Sambil menggertakkan giginya, dia berkata, “Bart sejak saat itu berubah. Setiap malam, dia menjadi seperti ini, tapi dia kembali menjadi normal
“Kalau begitu, ada apa dengan putramu? Kelihatannya ada yang salah dengannya.”Raut wajah Priska menjadi rumit mendengar perkataan Daffa. Dia bergegas berlutut dan menatapnya dengan tatapan memohon dan berkata, “Aku tahu kamu berkuasa. Kumohon, tolong temukan ibu kandung Richard untukku supaya aku bisa mengakhiri hidupnya dengan cara yang paling menyakitkan yang dapat terpikirkan olehku!” Matanya menjadi merah dan dia gemetar hebat.“Itu adalah permintaanku satu-satunya. Jika kamu tidak menyetujuinya, kamu tidak akan mendapatkan apa-apa dariku.” Dia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi.Daffa melirik pistolnya, lalu menaikkan sebelah alisnya. “Kamu tampaknya melupakan apa yang kumiliki di sampingku.” Mengejutkan baginya, Priska tidak terlihat takut. Sebaliknya, dia melemparkan kepalanya ke belakang dan tertawa histeris. Daffa tidak tahu apa yang Priska ingin sampaikan, jadi dia meraih pistolnya sambil mengernyit.“Sepertinya kamu benar-benar melupakan apa yang kubilang.” Dia mengokan