Share

Empat Puluh Tujuh

Penulis: Dewanu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-27 21:54:21

"Tidak, jangan!" sergah Laila menahan lengan kekar Jono. "Aku sungguh baik-baik saja dan harus istirahat, kenapa kau harus menemui dokter padahal dokter tadi sudah menjelaskan padaku?" ujarnya sambil tangannya mencekal lengan Jono sangat kuat.

Tentu saja Jono merasa kaku dan bingung. Ia melirik tangan Laila yang masih menempel erat di lengannya.

"Oh, baiklah... tapi... aku mau ke ruang administrasi. Bukankah kita harus menyelesaikan pembayaran dan menebus obat?"

Laila sadar, cengkraman tangannya cukup kuat sehingga Jono merasa risih.

"Ekhem, benar juga... maaf," ujarnya malu-malu.

"Tak apa, kau pasti malas berurusan dengan rumah sakit, aku juga merasakan hal yang sama, mondar-mandir rumah sakit membuatku kesal," katanya. "Kau ingat kan waktu aku buta dulu, kau juga yang sering mengantarkan aku ke rumah sakit."

Laila tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Terutama ia tidak mau Jono curiga soal hasil diagnosa tadi, ia akan merahasiakan sebisa mungkin dan mengabaikan pemikiran
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Pewaris Buta    Empat Puluh Delapan

    Laila yakin memang Jono tidak bisa melupakan istrinya itu. Itulah sebabnya hatinya seakan tidak pernah terbuka untuk siapapun. Sekarang wanita itu tengah berusaha memenangkan hati pria itu lagi. Bisa jadi Jono memaafkan kesalahan Winda di masa lalu mengingat betapa pria itu mencintainya dulu. Sementara itu Jono yang masih terpaku melihat tingkah mantan istrinya seakan tak bisa berkata-kata. Langkah wanita itu kian mendekat dan menatapnya lekat. Winda semakin mendekat dan berkata dengan lembut, "Aku sungguh minta maaf karena sesungguhnya aku juga tidak bisa mengendalikan diriku saat bersamamu. Semua itu terjadi karena hatiku tidak bisa melupakan begitu saja apa yang pernah terjadi diantara kita berdua dahulu," ujarnya dan kini tangannya menyentuh pundak pria itu. Laila yang melihat suasana semakin menghimpit perasaannya segera melangkah masuk ruangan dengan selembar surat perjanjian mereka. Sudah kepalang Winda mengetahui semuanya, ia mengambil kesempatan ini supaya Jono ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-03
  • Sang Pewaris Buta    Empat Puluh Sembilan

    Laila terpaku dalam pertanyaan Jono yang tidak terduga. Ia sudah berbohong soal kekasih itu, bagaimana mungkin ia bisa menarik kembali ucapannya? "Laila... kenapa malah bengong? Aku bertanya soal kekasihmu, apa dia benar-benar serius mau menikahimu? Bukankah setidaknya dia tau kalau kau adalah seorang janda... apa dia sungguh akan menerima?" Lagi-lagi Laila tersentak, mendengar penjelasan Jono seharusnya memang sedikit rumit. "Tentu saja aku sudah menjelaskan semuanya, tidak masalah tentang apa yang sudah terjadi padaku, maka dia sudah menerimaku apa adanya." Jono tersenyum tipis, ia masih tak percaya seorang lelaki tidak mencurigai kekasihnya. "Dia pasti orang hebat dan sangat percaya padamu, aku sangat salut dan respect, aku jadi semakin ingin mengenalnya lebih baik. Bukankah dia juga tau kalau aku hanya suami palsu, jadi itu tidak sulit, bukankah begitu?" Laila cepat-cepat menggelengkan kepalanya, "Tidak mungkin aku perkenalkan dia denganmu." "Kenapa?" "Karena kau a

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Sang Pewaris Buta    Lima Puluh

    Suasana semakin tegang mencekam saat Jovan begitu murka terhadap putranya. Saking menakutkan, Jono seperti orang gagap yang tidak bisa menjelaskan apapun kejadian yang sebenarnya. Apalagi Hanah terlihat memanfaatkan situasi ini untuk membuat kekacauan. "Pantas saja kalau istrimu minta cerai. Mana ada wanita baik-baik yang sudi diperlakukan seperti ini?" Jovan menatap Hanah masih penuh tanda tanya karena gadis itu masih menunduk dalam seperti ada sesuatu yang akan ia katakan. "Apa ada sesuatu yang akan kau katakan lagi?" "Ayah... akhir-akhir ini aku merasa tidak enak badan. Aku merasa mual dan sering mau muntah jika mencium aroma parfum Jonathan... kata dokter...." "Apa? Benarkah kamu hamil?" Jono mendelik tak percaya dengan pengakuan Hanah yang tidak masuk akal. Dalam hidupnya ini ia hanya dekat dengan tiga orang wanita. Yang pertama adalah Winda, wanita itu bersikap gila dengan berselingkuh darinya. Kemudian Laila, wanita ini tiba-tiba meminta cerai tanpa sebab dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-08
  • Sang Pewaris Buta    Lima Puluh Satu

    "Apakah dia mapan dan kaya itu penting untuk kamu ketahui? Aku sudah memilih, berarti dia lebih baik darimu." Hati Jono mencelos, memangnya lelaki apa yang lebih baik darinya? "Aku hanya tidak ingin kamu hidup susah dan menderita, lebih baik kau tetap menjadi istriku saja daripada hidup susah." Laila benar-benar dibuat bingung sekarang, apa permintaan itu tulus atau hanya karena uang? "Jangan perdulikan hidupku. Lebih baik urusi saja urusanmu dengan Hanah atau Bu Winda. Kelihatannya mereka sangat menyukaimu." "Lalu, bagaimana denganmu? Apakah kau tidak menyukaiku walaupun sedikit?" Jono bergerak melangkah mendekati Laila, ia menatap manik mata Laila begitu dalam dan mencari tau jawaban yang sebenarnya dari wanita di hadapannya. Laila tercekat dan gugup. Menyukai? Ah, apakah dirinya layak untuk menyukai? Tubuhnya dijangkiti penyakit dan hidupnya sebentar lagi berakhir, ia tidak boleh membuat seseorang berharap bukan? "Lihatlah, kau saja tidak bisa menjawab pertanyaan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-08
  • Sang Pewaris Buta    Lima Puluh Dua

    Keesokan harinya, Laila mempersiapkan diri untuk keluar dari rumah Jono. Akan tetapi Laila dibuat bingung karena pria itu tidak pergi bekerja. Ia mulai khawatir jika Jono ingin tau lebih banyak kemana dia akan pergi. "Aku akan mengantarmu pergi, kemana aku harus mengantarmu?" "Uhmm, tidak perlu. Aku hanya mau menemui nenek di rumah sakit. Kurasa keluarganya sudah datang berkunjung dan hendak membawanya pulang." "Ah, benar juga. Mereka juga sudah menghubungiku dan mengucapkan terimakasih. Jadi... kau juga tidak bersama mereka?" "Tentu saja tidak, aku akan pergi ke suatu tempat, tapi maaf, aku tidak bisa memberi tahu kemana aku akan pergi." Laila menghindar dari tatapan mata Jono yang menyelidik. Ia yakin pria itu masih sangat penasaran kemana dirinya akan pergi. "Baiklah. Aku bisa mengerti. Tapi... bolehkah aku memberimu hadiah kecil? Aku akan sangat senang kalau kau mau menerimanya." Laila tertegun, ia merasa sedikit sentimentil karena Jono hendak memberinya hadiah. I

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-08
  • Sang Pewaris Buta    Lima Puluh Tiga

    Lima puluh persen adalah kesimpulan dokter Wiliam secara pribadi. Itu berbeda dengan pendapat para dokter yang lain. "Kalau begitu... aku akan berusaha menjadikannya tujuh puluh persen, Dok. Apakah ada cara untuk bisa mewujudkannya?" Dokter Wiliam terharu dengan jawaban Laila. "Tentu, tapi... apakah suamimu masih belum tau soal penyakitmu?" "Dokter... sebenarnya... kami sudah bercerai. Aku... aku tidak ingin memberitahu soal penyakitku ini. Aku tidak bisa terlihat sangat menderita, Dokter." Lagi-lagi dokter muda itu termangu. Ia tak pernah mendapatkan seorang pasien yang sangat berani menghadapi hidupnya bahkan disaat harus menghadapi kematian. "Kau bercerai karena tidak ingin suamimu tau soal penyakitmu ini?" Laila mengangguk, ia memang tidak akan pernah memberitahu siapapun soal ini. "Lalu apa hubungannya dengan prosentase keberhasilan dengan masalah pribadiku, Dokter?" tanya Laila kemudian. "Itu... bukan apa-apa... Akan tetapi biasanya orang terdekat lah yang memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-09
  • Sang Pewaris Buta    Lima Puluh Empat

    "Ayah, aku sungguh ingin Laila kembali. Maukah kau membantuku sekali ini saja?" Jono memegang tangan ayahnya erat, memohon agar ayahnya mengabulkan permintaannya. "Apa maksudmu kamu ingin dia kembali setelah kau ceraikan dia dan kau sakiti hatinya?" Ayahnya malah heran dengan permintaan putranya. Ia tau Laila menyukai Jono tapi pria ini malah membuatnya kecewa. "Bagaimana kalau Hanah saja yang menjagamu, bukankah semua ini terjadi dia juga harus bertanggung jawab?" "Tidak Ayah! Jangan pernah membuat Hanah berada di dekatku, sebenarnya dia sungguh berbohong soal kehamilannya, ayah harus percaya padaku!" Jono memohon dengan sangat agar ayahnya percaya ucapannya. "Baiklah, maka tidak ada jalan lain kecuali aku akan menemui ibumu dan memintanya untuk datang melihatmu. Aku ingin dia tahu betapa dia sangat dibutuhkan di sini." Jovan berkata pelan, tapi Jono sangat jelas mendengar perkataan ayahnya itu. "Ibu? Kenapa ayah meminta bantuannya padahal selama ini ayah tidak perduli dengann

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-09
  • Sang Pewaris Buta    Lima Puluh Lima

    Bukan apa-apa, sepertinya Winda masih penasaran bagaimana menerima hukuman yang setimpal atas pengkhianatan nya dulu. Seharusnya wanita ini menjauh saja, supaya ia tidak terlalu kejam membalas pengkhianatan yang tidak termaafkan dulu. Bagaimana bisa, wanita ini datang demi menutupi niat busuknya? Mungkin dia membutuhkan keyakinan bahwa kebenciannya sudah melebihi puncaknya. "Apa kau serius dengan ucapanmu?" "Tentu saja, anggap saja aku bukan Winda yang dulu, sebagai mana kamu bukan Jono yang dulu kukenal. Ah ya, apakah aku harus memanggilmu dengan Jonathan?" ujarnya sambil maju satu langkah lebih dekat. "Kalau begitu... aku yakin kamu sudah tau apa akibatnya jika berada di dekat orang sepertiku. Kau tau aku bukan seorang yang pemaaf," jawab pria itu santai. "Tentu, aku harus berusaha demi menebus kesalahanku." Mendengar itu, Jono menyembunyikan senyum jahatnya, ia tak tahu permainan apa yang akan ia lakukan nanti. Akan tetapi ia akan memastikan Winda pergi tanpa ia minta

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-09

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Buta    TAMAT

    "Jonathan, bangunlah nak, sebaiknya kalian tidur di kamar kalian dan bukan di sini," bisik ibunya pelan sementara Jonathan masih belum penuh kesadarannya. "Ibu? Oh, tidak, aku ketiduran tadi." "Mana Mirna pengasuh kalian? Kenapa tidak ada di sini untuk menjaga mereka?" "Anu Bu, Ayah Mirna sakit keras sehingga ia harus ke rumah sakit." "Oh, begitu rupanya. Kalau begitu, bangunkan istrimu dan aku yang akan menjaga anak-anak malam ini." Jonathan sedikit malu, tapi tentu saja itu yang diharapkan. "Baik, Bu, aku akan membangunkan Meena terlebih dahulu." "Baik, bangunkan dia dan aku akan menyiapkan botol susu untuk anak-anak." Setelah ibunya pergi, Jonathan mendekati Meena yang terlelap sementara Juan masih menyusu di tubuhnya. Perlahan iapun mengusap puncak kepala Meena dengan lembut lalu menyentuh pipinya. "Sayang, kamu mau bangun apa enggak?" panggil Jonathan dengan terus membelai pipinya. "Hah? Eh, Jonathan?" "Iya, ini aku, suamimu." "Ya Tuhan, aku lupa. Aku hampir terkejut

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Empat Puluh

    Winda berjalan mendekati dengan jantung berdetak hebat. Rasa malu bercampur marah seorang membayang di wajahnya. Akan tetapi ini adalah akhir dari perjalanan yang harus ia lakukan. Setelah semua ini, ia akan pergi menjauh dari pria pujaannya ini. Meena melihat wajah Winda yang tertunduk dalam membuatnya kasihan. "Winda..." "Selamat atas pernikahan kalian, Meena. Semoga kalian bahagia." Jonathan hanya diam melihatnya sementara Hanah melihatnya dengan wajah kesal. "Kamu tau sekarang, seorang lelaki itu tidak akan memaafkan perempuan yang berselingkuh, apa kamu mengerti sekarang?" Hanah berbicara blak-blakan, membuat Winda semakin sedih. "Maafkan aku atas semuanya. Aku sungguh minta maaf," wajah Winda kemerahan menahan air mata. Jonathan berharap penyesalan itu memang benar-benar ada pada wanita ini.Setelah mengatakannya Winda kemudian membalikkan tubuhnya untuk pergi dari sana.Meena sedikit merasa bersalah atas kejadian itu. Iapun tak mengira akan seperti ini akhirnya."Aku mer

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Sembilan

    Indriana menerimanya, akan tetapi telapak tangannya sudah penuh keringat dingin. Ia merasa inilah yang ia butuhkan selama ini. Sebuah bukti nyata yang bisa mengembalikan ingatannya pada masa itu. Jonathan membiarkan Indriana dalam pikirannya sendiri. Ia terus mencoba banyak hal untuk membantu Indriana pulih. Wanita itu terus membuka album dan melihat apa yang ada di sana. Entah mengapa dadanya bergemuruh hebat saat melihat wajahnya berada di setiap lembar foto di sana. "Aku tak menyangka memiliki kenangan yang begitu indah seperti ini." Indriana melihat sendiri betapa indah senyum yang ia miliki dahulu. Senyum seorang wanita yang penuh kebahagiaan. Pada foto pernikahan itu iapun bisa menyaksikan tatapan matanya yang mencintai Jovan. "Ini adalah pernikahan kita?" tanya Indriana takjub. Jovan hampir menitikkan air matanya karena sangat sedih saat ini. Semua kebahagiaan yang pernah mereka miliki bersama menghilang begitu cepat. Karena tiga bulan setelah itu Indriana meng

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Delapan

    Meena terpaksa mencobanya karena permintaan Indriana dan cincin itu sangat pas di jarinya. "Itu sangat pas sama kamu, Meena." Meena mengedikkan bahunya, ia masih tak mengerti. "Kalau begitu, aku akan menikahimu saja, apakah kamu bersedia?" Meena melotot tajam, jadi benar Jonathan sedang bermain-main? "Jonathan, apa maksudmu?" "Ayah, ibu... sebenarnya wanita itu adalah Meena. Wanita yang kusukai adalah Meena, dan sekarang aku ingin mendengar jawaban dari Meena." Indriana lebih terkejut lagi, ia tak menyangka Meena adalah gadis yang dimaksud Jonathan. "Kamu Serius?" "Tentu saja aku serius, Bu. Aku tau Meena adalah yang terbaik untukku dan juga untuk Juan. Apakah menurut ibu tidak seperti itu?" Indriana menatap Meena tak bisa menahan untuk tersenyum. Tentu saja itulah yang ia harapkan selama ini. "Aku sudah pernah menjodohkan kalian dahulu, tapi kalian tidak menuruti keinginan ibu, hah?" Ya, Jonathan juga ingat waktu itu dirinya menolak mentah-mentah tawaran ibuny

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Tujuh

    Jovan mendengarkan dengan serius, dia tidak mengerti siapa wanita itu kali ini. "Kalau begitu, perkenalkan dia pada ayahmu ini, ayah senang mendengarnya, Juan membutuhkan seorang ibu, seharusnya kalian cepat menikah saja." Jonathan tersenyum, tidak sulit mendapatkan persetujuan semacam ini bukan? "Lalu bagaimana dengan ibu? Apakah ibu setuju kalau aku cepat menikah?" Indriana terdiam, ia tidak terlihat antusias. "Aku tidak yakin wanita seperti apa lagi yang kau pilih sebagai pendamping hidupmu. Tapi aku sudah kehabisan kata-kata untuk membuatmu sadar." Jawaban ibunya membuat Jonathan tidak puas samasekali. "Ibu tidak setuju aku menikah lagi?" "Bukan begitu, Jonathan. Ibu hanya ingin mengenal wanita seperti apakah dia itu. Ibu tentu saja merasa kuatir dengan kisahmu dalam menjalani rumah tangga. Ibu takut kamu terluka lagi." "Ibu, aku tidak seperti ayahku,.dia hanya setia dengan satu wanita saja, bukankah begitu, Ayah?" Jovan dan Indriana tertawa kecil dan sedikit t

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Enam

    Tentu saja itu sangat penting, apakah kamu tidak berniat memberi tau? batin Meena, ia tetap diam tidak mengatakan apapun. "Terserah, kalau menurutmu penting, suatu saat kau pasti akan memberi tau padaku. Tapi sebenarnya... ini cukup berlebihan, aku bahkan tidak berharap kau bertindak sejauh ini. Bagiku, sudah cukup jika kamu mencintaiku." "Kenapa aku merasa wanita tidak seperti itu, Meena? Winda dulu juga begitu, tapi ternyata..." "Lihatlah, kamu masih juga membawa-bawa masa lalu. Aku berharap menjadi wanita yang cukup pintar sehingga tidak terlalu menunggu dan menuntut pemberian seorang laki-laki. Akan tetapi sebenarnya banyak juga kejadian wanita jadi besar kepala kalau sudah menghasilkan uang sendiri. Apakah kamu tidak takut aku menjadi seperti itu?" Jonathan hanya tersenyum tipis dan melangkah pergi, "Lakukan dan tunjukkan sifat aslimu secepat mungkin, Meena. Mungkin suatu hari nanti aku akan mengerti dan memutuskan apakah aku bisa bertahan atau tidak, seperti yang sudah lewat

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Lima

    Ruangan itu sungguh diluar ekspektasinya. Bisa dibilang ruangan yang ditata begitu estetik dengan berbagai macam peralatan mewah. Ada satu meja besar dengan berbagai macam peralatan dan juga manekin dalam berbagai pose. Ada dua buah perangkat laptop dan juga monitor dinding yang besar. Meena bahkan tidak tau kapan ruangan ini di desain dan diubah menjadi seperti ini. "Apakah ini sungguh ruangan milikku?" Meena berbicara sendiri. "Tentu saja, ini adalah hadiah dariku. Kamu suka?" "Tapi... kenapa kau memberikan hadiah semahal ini? Aku...." "Apa yang harus ku berikan untuk wanita yang begitu spesial di hatiku? Aku juga tidak tau apakah ini cukup spesial. Selain itu... kau mungkin sangat kesal kepadaku akhir-akhir ini." "Jadi maksudmu?' "Kamu tidak akan melihatku dari sini, kau bisa fokus bekerja. Haruskah aku membuat area bermain untuk anak kita?" Meena tentu saja sangat terperangah, "Jangan keterlaluan, apa yang akan mereka katakan nantinya?" "Jangan perdulikan merek

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Empat

    Meena menghempaskan dirinya di pembaringan. Ia teringat dengan bagaimana Jonathan bersikeras untuk menikahinya. Egonya setinggi ini untuk menolak tawaran yang dulu begitu ia inginkan. "Aku merasa sangat marah, aku juga bingung harus bagaimana," lirihnya mematut dirinya di cermin. Wajahnya... ia teringat dengan Laila yang begitu dicintai Jonathan. Ia sedikit terganggu karena bisa jadi Jonathan hanya ingin mengabadikan wajahnya demi Laila di sisinya. "Kenapa semua ini membuatku semakin bodoh dan takut?" gumamnya lagi. Adapun Jonathan melakukan hal yang sama di kamarnya. Ia melihat dirinya di cermin dan berkata, "Aku ingin tau dan penasaran, apakah kamu hanya mengoleksi banyak sekali fotoku tanpa tujuan? Seharusnya kau menerimaku karena aku yakin kau membutuhkanku," ujarnya pelan. "Tapi baiklah, kita lihat nanti apa yang akan kau lakukan," ujarnya kemudian. Keesokan harinya Jonathan berangkat bekerja tanpa menjemput Meena. Pria itu bahkan tidak menjenguk Juan pagi ini. "J

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Tiga

    "Kau masih tak mengerti? Aku bilang aku akan menjalani hidup ini bersamamu sampai akhir, kenapa kau masih berkeras menolakku?" "Tapi Jonathan..." "Kau menyukaiku, aku ingat sekarang bahwa Wiliam pernah mengatakan padaku bahwa kau menyukaiku. Sayangnya aku tidak pernah memikirkannya." Meena sedikit terkejut. Ia tak menyangka Wiliam mengatakan hal bodoh semacam itu pada Jonathan. "Maafkan aku karena keadaan tidak memungkinkan bagiku pada waktu itu. Kau tau aku menyimpan rasa bersalah karena Laila juga tidak pernah mendapatkan cinta dariku saat dia menjadi istriku. Aku hanya seorang lelaki dingin dan bodoh." "Aku membuatnya menderita dan pergi dari rumahku, sehingga dia sangat terpuruk sendirian." "Jadi kau menikah karena penyesalan?" tanya Meena penasaran. "Begitulah, dia sebenarnya menyukaiku sebelum ingatannya hilang," ujarnya. "Tapi pada akhirnya saat dia menemukan cinta itu, semuanya sudah terlambat." Meena terdiam memikirkannya, akan tetapi hatinya masih dipenuhi ke

DMCA.com Protection Status