Kakek zond masih duduk di sofa miliknya dari saat Ester masuk ke dalam kamar dengan beberapa Maid perempuan tadi, sampai kini disaat hari sudah mulai gelap. Kakek Zond tidak beranjak dari sofa dia duduk, dan juga sesekali melihat jam tangannya yang terbalut kilauan emas murni. seolah sedang menunggu seseorang datang. Sementara itu, di waktu yang sama, kini di Auckland, Radhis sedang membereskan beberapa pakaian miliknya. Dengan dibantu oleh Rachel.Radhis memasukkan pakaian-pakaian miliknya kedalam koper. Saat seperti itu, masih sempat Rachel bertanya, “Haruskah kamu pergi?” Radhis mengerti apa yang mengganggu pikiran Rachel.Baru saja mereka bertemu, kurang dari dua hari.Tapi kini suaminya itu sudah harus pergi lagi sampai waktu yang sepertinya tidak dia ketahui. Radhis memang berkata jika dirinya hanya akan pergi sebentar, tapi Rachel merasa jika semuanya tidak semudah itu. Rachel merasa jika kepergian sang suami kali ini akan cukup lama, seperti kepergian Radhis yang sebelumn
“Dimana dirimu?” Teriak Nori. “Anakmu selalu menangis! Sepertinya dia mencarimu!” Tambahnya dengan masih diiringi oleh suara tangisan yang jelas terdengar oleh Sea. Sea masih sama dengan sebelumnya, kini masih dibalut selimut berwarna putih dengan tubuh tanpa busana, menjawab dengan santainya, “Sepertinya aku tidak akan kembali malam ini, jadi tolong jaga dia.” Setelah itu dengan masih menempelkan ponsel di telinga, Sea menoleh kepada seseorang yang sedang tertidur di sampingnya.Jelas sekali, orang itu adalah Adams yang sedang tertidur dan sepertinya dia sedang kelelahan. “Apa yang kau bicarakan?” tanya Nori dengan berteriak. “Bagaimana kau bisa menelantarkan anakmu seperti ini?” Tambahnya. Nori berkata seperti itu bukanlah karena dirinya memikirkan nasib sang cucu.Itu lebih karena dirinya merasa capek harus mengurus balita. Dia benar-benar merasa ingin bebas dari setan kecil yang selalu menangis itu. Sea terdiam untuk beberapa saat sampai akhirnya dia berkata dengan keras kep
Disaat yang sama dengan waktu pergumulan Sea dan Adams, ibunya kini tidak tahu harus mencari Sea dimana.Akhirnya Nori berbicara kepada mertuanya, nenek Xion. Dari itu, nenek Xion akhirnya memanggil Rachel.Bagaimanapun juga mereka tahu jika Rachel dan Sea keluar di waktu yang bersamaan.Tidak menutup kemungkinan jika, mereka berdua memanglah pergi bersama. Malam itu, dengan dibantu oleh Tania, tentunya. Nenek Xion berhasil membuat Rachel keluar dari dalam kamarnya bersama dengan sang suami, Radhis. Setelah adanya mereka berdua di ruang tamu, nenek Xion bertanya kepada Rachel terkait dimana keberadaan Sea saat ini. “Kenapa dia sampai berkata jika dirinya tidak akan pulang malam ini?” Tambah nenek Xion dengan ekspresi wajah yang penuh amarah. Tapi amarah itu terlihat jelas ditujukan kepada Sea, bukan untuk Rachel.Selain memang yang membuatnya kesal kali ini adalah cerita dari Nori perihal Sea yang “menyalahkan” dirinya tentang anak yang dilahirkan oleh Sea. Nenek Xion juga tidak
“Apa kamu sedang bersama dengan Adams sekarang?” Tanya nenek Xion yang ternyata Sea sendiri tidak tahu jika ternyata yang menghubunginya adalah neneknya.Memang yang dipakai oleh nenek Xion adalah ponsel Nori.Tapi setelah Nori berkata jika telepon nya di jawab oleh Sea, nenek Xion dengan cepat meminta ponsel itu dan berbicara kepada Sea.“Ouh! sebentar.” Ucap Sea yang terdengar oleh nenek Xion.Setelah itu selama beberapa saat nenek Xion hanya bisa mendengar desahan desahan dari Sea.“Kenapa Nek?” Tanya Sea yang kini ternyata sudah berganti posisi dengan Adams.Dengan posisi bertumpu dengan lutut dan satu tangannya, Sea menjawab pertanyaan dari neneknya.“Aku ingin bisa bertemu dengannya karena ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengannya.”“Nenek ingin berbicara denganmu.” ucap Sea saat mengulurkan tangannya ke arah belakang.Tidak lupa suara Sea terdengar sedikit berupa desahan dan erangan manja.“Halo, ini saya Adams.” Ucap Adams saat meraih ponsel di tangan Sea.Dengan Pinggul
Radhis kini sudah pergi menuju ke Motherland.Sebelum dia berangkat, masih sempat Radhis menemui Ed Ackerley.Disana juga sudah ada Rocky dan Brogie yang kini sedang menunggunya.Mereka semua menunggu bukan tanpa sebab. Itu karena sebelumnya Radhis sudah mengirimkan pesan kepada Ed jika dirinya ingin agar semua orang nya berkumpul di VIP Diamond Emperor-Lux, hotel milik Ed Ackerley.Semua yang hadir disana segera membungkuk saat kedatangan Radhis.“Aku tidak akan lama.” Ucap Radhis saat Ed memerintahkan para pelayan hotelnya untuk mempersiapkan porsi sarapan mewah untuk tuan muda nya.“Apa yang Tuan Muda butuhkan?” tanya Ed kepada Radhis.Radhis terdiam sejenak sebelum akhirnya dia berbicara kepada Ed dan juga yang lainnya.Dia berbicara kepada yang ada disana jika dirinya akan pergi ke Motherland untuk sementara.Karena itu, Radhis ingin agar mereka memperhatikan istrinya, Rachel.“Terutama kalian, Rocky, Brogie.”“Siap Tuan! Mohon Perintah!”“Aku ingin agar kalian benar-benar mengaw
Kini Adams sedang mencoba untuk memahami arti dari pertemuan dirinya dengan anggota keluarga Sea.Adams mulai melihat pada anak kecil yang sedang digendong oleh Nori.Tapi mengingat Sea yang tidak membahasnya, Adams tidak bermaksud untuk menanyakan perihal balita itu.“Seperti yang kamu belum tahu. Sekarang aku sudah kembali memimpin Wish Corp.”“Wish Corp? Nenek-nenek …” Ucap Adams dalam hatinya, seolah dia sedang mengingat sesuatu terkait perihal kepemimpinan Wish Corp yang dia ketahui.“Jadi anda adalah Xion Wish?” Jawab Adams yang sekaligus menanyakan identitas nenek Xion.“Benar, aku adalah Pemilik sebelumnya, dan pemilik asli dari Wish Corp.” Ucap nenek Xion.“Jadi …” Adams melihat ke arah Sea.“Benar, sebenarnya Sea adalah calon penerus dari Wish Corp, andai saja waktu itu …” Nenek Xion menghentikan ucapannya.Adams merasa bingung dan tidak mengerti akan maksud dan perkataan dari nenek Xion.“Kenapa?” tanya Adams.Nenek Xion memasang wajah sedih, yang sebenarnya untuk sebagian
Ditempat lain di waktu yang sama, kini Radhis sudah hampir sampai di Motherland.Diperkirakan sekitar satu jam lagi akan sampai di Motherland.Radhis menaiki sebuah jet pribadi yang disewa sendiri karena Radhis memiliki rencana tersendiri.Entah apa yang direncanakan oleh Radhis, yang jelas saat ini Radhis sudah hampir mendarat di Motherland.Ester sudah mengirimkan pesan kepada Radhis, “kapan kamu sampai?”Beberapa menit pesan terkirim Ester masih juga belum mendapatkan notifikasi, apakah pesan itu diterima oleh Radhis atau belum.Ester sendiripun tidak tahu jika sebenarnya Radhis sudah berangkat sedari tadi.“Bagaimana? Apa dia sudah memberimu kabar?” Tanya kakek Zond kepada Ester yang saat ini sedang berada di balkon kediamannya.“Belum kek…” Ucap Ester dengan masih memegang ponselnya.Ester seperti itu seolah dirinya benar-benar khawatir kepada Radhis.Ester memang belum mendapatkan kabar dari Radhis perihal keberangkatan Radhis.Tapi, Ester sudah mendapatkan informasi dari Ed, ta
Laki-laki itu kini memberikan beberapa berkas yang diinginkan oleh Radhis.Sepertinya dari beberapa hari sebelum Radhis berangkat, dia sudah mengirimkan perintah kepada laki-laki ini.Dia adalah Briant.Seorang laki-laki yang dulu pernah sangat merendahkan Radhis.Lebih tepatnya di saat dirinya sedang mengadakan acara reuni di Auckland.Itu karena Briant sendiri adalah teman sekolah Rachel.Briant Masih teringat saat dirinya merendahkan Radhis dan justru membuat dirinya sendiri menyesal. Menyesal karena merasa sangat malu, Briant ingin agar mempermalukan Radhis di hadapan semua orang. Ternyata justru dirinya yang harus menanggung malu.“Bagaimana?” tanya Radhis tentang perkembangan Briant yang diminta oleh Radhis untuk merebut posisi atasan nya.“Saya masih takut, Tuan.” Jawab Briant.“Takut?” tanya Radhis.“Apa yang kamu takutkan?” Tanya Radhis.“Saya takut akan mengecewakan Tuan Muda.” jawab Briant dengan berdiri menunduk di hadapan Radhis.Radhis bukannya belum tahu perihal masalah
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia