Briant yang tadi sempat berjanji kepada Ed jika besok akan pergi ke Geneve kini sudah berkendara pulang menuju ke hotel tempatnya menginap.Meskipun dia adalah pegawai di sebuah perusahaan besar milik keluarga Zond di Moland, tapi kualitasnya tidak cukup tinggi untuk bisa menginap di Emperor-Lux milik Ed selama satu minggu.Karena itu, Briant lebih memilih untuk tinggal di hotel yang sesuai dengan kemampuannya, mengingat dia akan tetap berada di Auckland untuk satu atau dua minggu.“Aku tidak akan melewatkan kesempatan ini…” Ucap Briant dengan mengendarai mobil miliknya.“Aku saat ini hanya karyawan biasa, tapi dengan aku mengenal Direktur Geneve, maka aku akan menjadi orang yang hebat, dan…” Briant memicingkan matanya, “Aku akan membuat Rachel mengagumiku dan Radhis akan berlutut di hadapanku,” Ucapnya disertai tertawa saat dia masih menyetir mobilnya malam itu.Sementara itu, Belle yang sedang duduk di bangku belakang mobil milik agency nya, hanya terdiam menatap ke arah luar jende
“Ibu… Jangan bercanda…” Ucap Rachel yang sudah mulai menolak ucapan ibunya dengan tertawa.Rachel seperti itu karena Dia sendiri tidak percaya jika ibunya akan mempunyai uang sebanyak itu. Apalagi, sampai menghilangkannya.Uang adalah sesuatu yang sangat diinginkan oleh Tania.Bahkan Tania akan melakukan apapun untuk dapat memiliki uang yang banyak. Terbukti, beberapa kali Tania berusaha untuk menjodohkan Rachel dengan laki-laki yang menurutnya kaya, meskipun Rachel sudah mempunyai Radhis sebagai suaminya.“Bagaimana aku bercanda dengan nominal uang begitu banyaknya?!” Tania berteriak dengan begitu yakin.“Jadi– itu benar?!” Teriak Rachel dan Dere.“Be–Benar…” Jawab Tania dengan menunduk.Rachel seolah-olah menjadi sedikit emosi mengingat uang yang begitu banyak.“Kenapa bisa hilang?” Tanya Rachel.Tania menjelaskan kepada Rachel dan Dere.Mereka bertiga kini duduk di ruang tamu saat Tania mulia menjelaskan jika uangnya hilang karena ternyata dia tertipu oleh perusahaan investasi, ya
Radhis yang mendengar apa yang diucapkan oleh Radhi hanya bisa tersenyum.“Sudah-sudah… ikuti saja aku…” Ucap Radhis tetap mengabaikan Briant dengan menggigit roti yang ada di tangannya.“Hey! Mau kemana kau?!” Tanya Brianta yang berusaha untuk menahan Radhis dengan kata-katanya.Disini Radhis hanya tetap berjalan menuju ke Lift untuk menuju ke lantai dimana ruangannya berada. Briant, Berusaha untuk memanggilnya tapi Radhi mengabaikan dan terus berjalan.Menyerah dengan Radhis, Briant memilih untuk mengikutinya.“Kau mengikutiku?” Tanya Radhis dengan ekspresi wajahnya yang sama sekali tidak ada keseriusan.“Bukankah kau sendiri yang menyuruhku untuk mengikutimu?!” Bentak Briant saat keduanya berada di dalam Lift.Alih-alih merasa kesal, Radhis hanya tersenyum dan kemudian tertawa ringan.“Kau akan membawaku kemana?” Tanya Briant yang tidak tahu.“Bukankah kau ingin bertemu dengan Direktur Geneve? Maka dari itu, ikuti saja aku…” Jawab Radhis.Dengan santainya Briant menarik kesimpulan
"Ingat untuk tetap merahasiakan tentang diriku dari orang lain, masalah dirimu di moland, aku akan memerintahkan Ed untuk mengirim beberapa orang untuk membantumu." Ucapan Radhis seolah bertujuan untuk membantunya, tapi bagi Briant dan beberapa orang yang mengerti perkataan Radhis adalah bertujuan untuk mengawasi dirinya."Saya mengerti Tuan!" Jawab Briant yang berdiri tempat duduknya untuk kesekian kalinya dan membungkukkan badan sebelum akhirnya dia pergi dari ruangan Radhis.Sepeninggalan Briant dari sana. Ester mulai buka suara."Apa kamu yakin, Briant tidak akan mengkhianati kepercayaan yang sudah kamu berikan kepadanya?" Tanya Ester yang duduk di hadapannya.“Tenang saja, aku sudah merencanakan semuanya…” Jawab Radhis dengan begitu yakin.Sementara itu, mereka lanjut membicarakan agenda pertemuan yang akan mereka lakukan 2 hari lagi di perusahaan milik keluarga Gienis.Diwaktu yang sama. Rachel sedang berada di kantornya. Duduk di kursi direktur yang saat ini menjadi miliknya.
“Tidak! Jangan!” Jawab Tania dengan teriak melalui panggilan telepon itu.Rachel merasa aneh dengan ibunya, itu karena Tania tanpa khawatir dengan uang nya tapi tetap tidak ingin dibantu oleh menantunya.Meskipun Rachel mencoba utnnuk emyakinkan jika Radhis mungkin bisa membantinya.Akan tetapi tania tetap tidak mau menerima bantuan dari menantunya itu.“Jika memang ibu tidak mau di bantu oleh RAdhis, beri aku alasan kenapa aku tidak boleh meminta bantuan darinya…” Rachel mencoba untuk mulai menekan ibunya.“Sekali ibu bilang tidak ya, tidak!” Bentak Tania.“Sudahlah. Aku mau kerja dulu, nanti kita bicarakan lagi saat aku pulang!” Ucap Rachel.“Tunggu–”“Tuut!” Suara panggilan telepon itu diakhiri oleh Rachel sebelum Tania selesai berbicara.Rachel lebih memilih untuk kembali fokus di pekerjaannya.Dia tidak ingin masalah ini mengganggu pekerjaannya, meskipun sebenarnya itu tanpa dia sadari akan berimbas pada dirinya.Karena, bagaimanapun juga sumber uang yang didapatkan oleh Tania ad
***Sebuah rahasia tidak mudah untuk ungkapkan.Setiap orang memiliki rahasianya sendiri, dan juga setiap orang memiliki alasan sendiri kenapa dia lebih memilih untuk merahasiakannya.Waktu sudah menunjukkan jam 2 Siang.Radhis saat ini hanya berdiri di tepian kantornya, menatap tajam ke arah luar dari kantor.Radhis nampak sedang memikirkan sesuatu.Benar. Saat ini Radhis sudah mulai luluh dan mempunyai pemikiran untuk mulai menjelaskan semuanya kepada sang istri.“Aku sudah pernah mencoba untuk menjelaskan semuanya, tapi semua itu harus berakhir karena aku sendiri belum benar-benar yakin.”Radhis berbicara sendiri di dalam pikirannya.Ester tiba-tiba saja datang, Disini Ester menjelaskan kepada tuannya jika dirinya mendapatkan informasi dari Nanny, Penjaga sekaligus sekretaris Rachel.“Apa yang dilaporkan olehnya?” tanya Radhis dengan sedikit khawatir.Ester menjelaskan jika sesuatu sedang terjadi. Lebih tepatnya, Ester berbicara tentang Tania yang kehilangan uang sebesar 90 juta do
Setelah telepon itu tertutup, laki-laki yang di telepon oleh orang misterius tadi ternyata adalah “B.”Prasangka Radhis selama ini ternyata benar.Tidak salah saat Radhis ingin agar Ed membiarkan B dan komplotanya.Akan tetapi, Radhis tetap memerintahkan kepada Ed untuk mengirim orang untuk mengawasi B dan komplotannya itu selama ini dalam waktu 24 jam setiap hari.B berteriak, “Kalian!”Benar, B kini berteriak kepada para bawahannya, yaitu orang-orang dengan kode nomor C1-C5. Para anak bawahannya menjawab dengan sigap, “Siap Bos!” B kemudian mengatur sebuah rencana dengan para anak buahnya.Rencana demi rencana diterangkan oleh B kepada anak buahnya.B yang yang sebenarnya tahu jika dirinya selama ini diawasi oleh seseorang, mencoba untuk bergerak sehalus mungkin agar tidak terbaca oleh orang yang mengawasinya.Benar saja, saat orang yang diperintahkan oleh Ed itu ditanya tentang B dan komplotannya, orang suruhan itu hanya menjawab jika B dan komplotannya masih saja bergerak sepert
“Kamu baru pulang?” tanya Rachel yang sudah berpakaian piyama tidur di dalam kamarnya dengan membawa sebuah buku di tangannya.“Emm, iya… ada beberapa pekerjaan yang diberikan oleh tuan Ed.” jawab Radhis yang sedang duduk di tepian tempat tidur dengan masih mengenakan celana dan sweater berpenutup kepala yang dia pakai sedari pagi tadi.Rachel tampak bingung dalam bertutur kata, seolah Rachel ingin bercerita sesuatu yang sulit sekali dia katakan. Radhis memahami gelagat istrinya.Tapi, Radhis tetap tidak mau memaksa atau bertanya lebih lanjut kepada Rachel.Radhis paham betul jika istrinya saat ini sedang merasa bingung dengan uang yang di dapat dan sekaligus di hilangkan oleh ibunya tapi, jika sampai Radhis bertanya tentang hal itu maka Rachel pasti akan merasa bingung, darimana Radhis mendapatkan informasi tentang hal itu.Alhasil, Radhis memilih untuk menyimpannya. Menunggu Rachel untuk bercerita sendiri kepadanya.“Kamu terlihat lelah… istirahatlah lebih dulu…” ucap Radhis yang be