Waktu semakin berjalan, kini keluarga Mereka sedang asyik sarapan.
Dibilang asik sarapan, namun yang menikmati sarapan pagi itu hanyalah Tania saja, sedangkan Rachel putrinya, tampak begitu sedih.
Bahkan matanya tampak berkaca-kaca.
Tania, tidaklah tidak mengerti tentang hal di depan matanya itu.
Namun, dia memilih seolah tidak peduli dengan perasaan yang dirasakan oleh anaknya.
Dere sebagai seorang ayah ingin rasanya membantu sang putri. Namun, dirinya sendiri tidak berani untuk langsung menuju ke pokok inti masalah di rumah mereka kali ini.
Sebuah urusan dimana istrinya memaksakan kehendak kepada sang putri.
Untuk sebuah
Ester menuliskan pesan kepada Rachel seolah-olah Dirinya belum sempat pergi untuk menjenguk dan melihat kondisi Radhis saat ini.Padahal sebenarnya gini Ester sudah berada di samping Radis yang masih belum sadarkan diri.Ester yang memanglah memiliki rasa sayang terhadap Radhis.Semula dirinya merasa takut kalau sampai tiba-tiba Rachel membuka pintu dan melihat dirinya disana. Namun, setelah membaca Apa pesan yang dikirimkan oleh Rachel di akhirnya mengerti jika kemungkinan besar untuk beberapa saat, atau bahkan beberapa hari kedepan Rachel tidak akan datang ke tempat ini.“Radhis, aku akan berada disini untuk menjaga dirimu,” ucap Ester dengan menggenggam tangan Radhis yang belum sadarkan diri.
Di koridor rumah sakit.Ed yang sedang duduk sendiri di datangi oleh Boas.Disana Boas meminta saran kepada Ed, mengingat pagi itu dirinya sudah tidak diperkenankan untuk menjemput ataupun menjaga Rachel.“Saya merasa bingung tuan.”Ed paham apa yang dimaksudkan oleh Boas, terus terang disini Ed sendiri pun bingung, tentang keputusan apa yang harus diambil olehnya."Jika memang Tuan tahu, tolong bantu saya mencarikan jalan keluar untuk semua masalah ini."“Aku sendiri juga tidak tahu Boas, kita hanya bisa menunggu Tuan muda tersadar.”Yang dibicarakan oleh Ed dan
“Tidak nak Deon, tante sama sekali tidak merasa direpotkan.” Ucap Tania dengan senyum manis, berbeda saat dirinya berbicara dengan menantunya sendiri.“Ibu apa-apaan ibu ini!” ucap Rachel yang semakin merasa kesal kepada ibunya.“Ada apa?” tanya Tania yang bersikap seperti orang bodoh.“Sudahlah, aku mau tidur saja,” ucap Rachel yang mencoba untuk berdiri saat itu juga.“Mau kemana kamu?” tanya tania.“Aku mau masuk kedalam! mau istirahat!” ucap Rachel dengan tegas.Namun disaat itu juga disaat Rachel hendak berjalan tangannya seketika di genggam oleh ibunya.
“Iya, aku mengerti. Aku juga yakin kamu hanya menganggap Rachel sebatas teman, benarkan?” Dere berkata kepada Deon seolah Deon benar-benar akan menuruti apa yang dikatakan olehnya.“Iya benar, Paman.” ucap Deon.“Benar, lagi pula kalian sudah berteman dari kecil kan, jadi tolong kamu juga harus bisa menghargai Rachel yang sudah mempunyai seorang suami,” ucap Dere yang merasa jika Deon seolah memiliki niat tersembunyi untuk mendekati Rachel.“Apa yang kamu katakan?” Tamiya tiba-tiba saja menyambar ucapan Dere.“Kenapa?” Dere Yang merasa bingung akhirnya bertanya kepada istrinya.
“Aku mengerti tentang apa yang kamu rasakan,” Dere berkata dengan lembut kepada anaknya dengan tetap mengelus kepala sang anak.“Kenapa ibu seperti ini kepadaku Ayah?” tanya Rachel dengan masih tetap menangis.“Ayah juga tidak tahu Rachel, tapi Ayah akan mencoba untuk membantumu sebisa ayah,” Dere mencoba untuk sedikit menenangkan perasaan anaknya yang sedang sedih itu.Berbeda dengan Dere yang sedang menenangkan hati putrinya, tania kini justru sedang berbincang-bincang dengan Deon di ruang tamu,“Jadi kamu sampai sekarang belum menikah?” tanya Tania.Ini adalah perjumpaan antara Tania dan Deon yang kedua, sebelumnya perjumpaan mereka cukup singkat karena kemarin ma
“Iya, aku mengerti, setelah ini aku akan makan,” Ucap Ester.“Maafkan saya jika Nona menganggap saya lancang, namun saya seperti ini karena memang saya lihat Nona sudah mengabaikan kesehatan Nona sendiri, dan jika sampai terjadi apa-apa dengan nona maka saya akan semakin susah.” Jelas Ed dengan sopan.“Iya Ed, aku paham, terimakasih kamu sudah mengingatkan aku,” jawab Ester yang tak kala sopan meskipun di saat seperti ini Ester bersetatus lebih tinggi Ed.Setelah mendengar jawaban dari Ester. Ed merasa cukup tenang, karena dia tahu tidak mungkin dirinya untuk terlalu memaksa kepada Ester.Setelah dirasa Ester sudah mau disuruh untuk makan, Ed kembali Berbicara kepadanya terkait masalah Radhis dan keluarganya.
***Pukul 17:15 di hari yang sama, hari minggu, satu hari setelah tragedi penembakan terhadap Radhis, di Motherland atau yang biasa disebut Moland.Kini Ester sudah dalam posisi tengah terduduk sendiri di sebuah ruangan VVIP dan Boas berdiri di luar pintu ruangan itu, mereka sudah berada di Ackerley Hotel, Hotel milik keluarga Ackerley, atau keluarga dari Ed yang juga menjadi bawahan keluarga Zond.Ester berada disana untuk menunggu kedatangan seseorang.Benar, yang ditunggu oleh Ester adalah kakek Zond, atau kakek dari Radhis.Ester menunggu disana karena jika dia berkunjung ke kediaman Zond maka, Ester akan diharuskan bertemu dengan keluarga Zond yang lain, Ester tidak ingin hal itu.
“Iya teman,” Ester hanya bisa tertunduk menahan rasa sedih di dalam dirinya.Jika diijinkan untuk jujur Tentu saja dia ingin memiliki Radhis seutuhnya, Namun dia sadar jika Radhis sangat menyayangi istrinya, yaitu Rachel.“Maafkan Kakek, jika saja dulu Radhis tetap dalam pengawasan Kakek dari dulu, mungkin kamu tidak akan makan hati seperti ini,” ucap Kakek Zond.“Tapi, aku berharap kamu masih mau menyayangi Radhis meskipun dia sudah mempunyai istri.” Tambah kakek Zond.Kakek Zond masih dengan pendapatnya, bahwa tidak masalah untuk orang besar seperti mereka memiliki pasangan lebih dari satu, asumsi itu mengacu kepada, raja yang mempunyai Selir meskipun sudah mempunyai seorang Ratu.&
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia