“Cuwan?” Tanya Jhon.
Terang saja Jhon bingung, karena memang sedari awal Jolly sama sekali tidak pernah membahas tentang siapa itu Cuwan kepada Jhon.
"Iya, kenapa?" Tanya Gienis.
“Tidak paman, Aku hanya merasa selama ini Jolly tidak pernah membahas tentang sepupunya yang berada di Moland ini.” Jelas Jhon dengan sedikit tergagap.
“Memang benar. Sejujurnya aku selalu meminta untuk Jolly tidak membahas tentang Cuwan kepada siapapun. Karena memang, aku adalah orang yang tidak ingin menyombongkan hal seperti ini.”
Gienis berkata sesuatu yang sama sekali tidak mencerminkan dirinya, bahkan semua orang tahu, termasuk Jhon. Bahwa, Gienis adalah salah satu orang paling arogan yang pernah
Satu suara “Ehem!” mengagetkan semua orang yang ada disana.Semua orang saling menatap satu sama lain, mereka melakukan itu karena mereka memang tidak pernah diberitahu tentang ini, dan tentu saja mereka bingung.Tidak ubahnya juga Gineis dan Cuwan. Kini kedua orang itu seolah saling berbicara satu sama lain melalui tatapan mata mereka.Meskipun di antara mereka berdua sepertinya memiliki beberapa perbedaan pemahaman, perbedaan itu adalah dimana Gienis menganggap itu adalah benar-benar Direktur Geneve. Sedangkan Cuwan merasa sedikit bingung, karena menurut informasi yang didapat olehnya adalah Direktur dari GEneve sendiri adalah Radhis, yang kini sedang berada di hadapannya.“Bagaimana mungkin bisa seperti ini?” tanya Cuwan dengan menggigit kuku j
"Selamat malam para hadirin sekalian!" ucap B- dengan begitu keras.Semua orang menatap padanya yang kini baru saja memasuki aula gedung Geneve, tempat seluruh orang berkumpul."Siapa? Dia siapa? Siapa orang ini?"Semua orang mulai bertanya-tanya satu sama lain. Dan, tentu saja mereka semua hanya kebingungan melihat orang yang datang tersebut."Siapa anda?" Tanya Jhon yang tidak ingin tampak cupu di hadapan semua orang."Tidak perlu tahu siapa saya." Ucap B- yang selanjutnya masih dia lanjutkan."Menyingkir dari jalanku," tambah B- dengan mendorong Jhon untuk minggir.B- kini berada tepat di hadapan Radhis
Selain itu masih ada orang lain yang menambahkan kalimatnya seolah-olah mereka merasa bahwa kini semua hal yang terjadi hanyalah sebuah sandiwara dan settingan belaka,“Pria ini dibilang keturunan dari keluarga Zond?” Ucap salah seorang yang ikut menambahkan dan tak lupa dia juga lanjut tertawa.“Iya kau benar, mungkin orang itu buta, dilihat dari penampilannya saja sangat menunjukkan jika tidak mungkin orang ini adalah keluarga Zond yang tekenal itu, Belum lagi tadi kita sama-sama mendengar suara dari pemimpin perusahaan Geneve, Pewaris keluarga Zond yang asli.”“Dorrr!!” Sebuah peluru kini bersarang di bahu laki-laki yang baru saja berbicara itu.“Ahh!!” Teriakan terdengar dari suara laki-laki yang baru saja d
“Radhis!” Rachel sangat takut saat dirinya melihat suaminya dalam bahaya.Seperti yang sudah-sudah, Ester masih saja mencoba untuk menahan Rachel agar tidak ikut campur masalah ini.“Ester tolong biarkan aku untuk membantu suamiku,” bisik Rachel kepada Ester.Rachel berbisik bukan karena dia takut kepada orang-orang yang berada disana.Namun, dia hanya tidak ingin membuat Ester kepadanya.Hal itu dapat terjadi karena dia menghargai Ester.Mengingat ini adalah tempat Ester berkuasa, yaitu sebagai wakil direktur dari Geneve.Mengingat itu Rachel menjadi mencoba untuk meminta izin kepada Ester ter
“Apa yang harus aku akui?”Ed Bertanya kepada B-, Seolah-olah benar bahwa dia sedang merasa bingung dengan apa yang telah dilakukan oleh B- itu.Ed disini bersandiwara, Dia menampakan ekspresi yang seolah-olah bahwa dirinya sama sekali tidak mengenal Radhis.Terang saja itu membuat B- merasa seperti orang bodoh.“Kau tidak perlu bersandiwara! Aku sudah tahu jika laki-laki ini,”B- Menghentikan ucapannya sejenak sekedar untuk mengambil ancang-ancang.Selanjutnya B- menekankan Moncong pistolnya ke arah Radhis.Radhis pun Sedikit terhuyung ke belakang karena hal itu, dan membuat dirinya meng
Hal ini membuat semua orang bingung, dan hampir tidak percaya.Rachel pun juga merasa demikian, dimana dia berpikir, memang benar bahwa nama suaminya adalah Radhis Zond. Tapi, bukankah Zond mereka itu adalah berbeda?“Apa benar yang dikatakan pria itu?” pikir Rachel.“Kenapa kalian semua terdiam? apa perlu aku memaksa untuk laki-laki ini mengeluarkan kartu identitasnya?” B- berkata dengan begitu sombong.“Tuan Ed, Tuan Muda Zond sudah pergi dan sepertinya kini sudah aman.”seorang laki-laki teriak dari arah pintu keluar.Tentu saja hal itu membuat semua orang menatap ke arahnya.
***Tidak terasa tiga hari sudah berlalu, Radhis kini seolah baru terbangun dari tidurnya, ternyata kini dia sedang berada di rumah sakit, dengan jarum infus menancap di tangan kirinya.Radhis membuka matanya, dia menatap ke arah langit-langit kamar rumah sakit itu, seperti orang yang baru saja terbangun kebanyakan, pandangannya semula sedikit kabur, sampai akhirnya beberapa saat kemudian Radhis benar-benar mencapai seratus persen kesadarannya dan pandangannya menjadi terang.Banyak yang sudah berlalu dalam waktu tiga hari itu. Dan tentu saja, itu semua tidak diketahui oleh Radhis. Termasuk ketidakhadiran istrinya di ruang perawatannya itu.Benar saja,
Tetap saja Radhis Menjadi sedikit bingung dan sedih, Seorang wanita yang sangat dia cintai yang sangat diharapkan untuk hadir hari ini tidak berada di sana.Namun disisi Ester yang melihat hal itu hanya mencoba untuk diam dan tidak menjelaskan semuanya terlebih dahulu, Bukan berarti tidak mau menjelaskan namun ini belum saatnya untuk Ester berkata Sejujurnya.“Buka mulutmu,” ucap Ester saat dirinya mencoba untuk menyuapi Radhis dengan buah apel yang sudah dikupas dan dipotong kecil-kecil olehnya.Seperti seorang anak kecil, Radhis menurut dengan membuka mulutnya dan melahap potongan apel yang ada di tangan Ester.Disela-sela Radhis mengunyah apel di mulutnya, masih saja Radhis mencoba bertanya kepada Ester.