“Tolong Tuan Wilson, biarkan aku tetap berada disini,” ucap Misa dengan masih berpura-pura takut kepada Wilson.
Misa berpura-pura ketakutan hanya untuk mendapatkan simpati dari Cuwan, dia ingin agar Cuan bisa menempatkan rasa peduli kepadanya, dengan begitu dirinya akan bisa mendekati Cuwan, yang dia tahu adalah orang Moland, keponakan dari keluarga Gienis, tentu saja itu memungkinkan untuk Cuwan lebih segalanya dari Wilson.
“Tolong saya Tuan,” ucap Misa dengan mengerlingkan matanya kepada Cuwan, seolah-olah dia kini benar-benar butuh dibantu oleh Cuwan.
“Nona, saya ingin menolong Nona, namun saya tidak bisa melawan seorang laki-laki yang sudah menjadi pasangan Nona,” ucap Cuwan mencoba memancing Misa.
“Tuan, saya sudah jujur, ba
Wilson tampak bingung, Dia merasa jika genggaman tangannya di lengan Misa tidaklah begitu kencang, namun kenapa Misa merasa kesakitan. Setelah itu Wilson mengerti jika Misa sengaja bersikap seolah dia sedang disakiti oleh Wilson, agar dia mendapatkan sebuah pembelaan dan perhatian dari Cuwan.“Aku bilang lepaskan tanganmu,” ucap Cuwan, meskipun sebenarnya Cuwan tahu jika Misa hanya berpura-pura. Namun disini Terlihat jika Cuwan sengaja bersikap seolah percaya kepada Misa agar dirinya bisa bertindak dengan bebas, yaitu untuk.“Klak!” suara tangan Wilson kini kembali terdengar bersamaan dengan suara teriakannya,“Argh!! apa yang kau lakukan?” teriak Wilson dengan meratap kesakitan."Aku sudah bilang padamu untuk melepaskan tanganmu
“Ada apa tuan Ed?” Wilson yang merasa bingung bertanya kepada Ed.Wilson merasa dirinya tidak melakukan kesalahan, dan dia sama sekali tidak sadar jika perkataannya akan menyinggung Ed Ackerley.“Coba kau ulangi kata-katamu,” ucap Ed dengan Ekspresi yang sedikit dingin.“Kata-kataku?” ucap Wilson yang masih belum sadar dimana letak kesalahan yang telah dia perbuat.“Iya, coba kau ulangi lagi kata-katamu.”Ed masih mencoba untuk mencerna ucapan Wilson, selain itu Ed seolah berharap agar Wilson sadar dimana letak kesalahannya dan mengakuinya, agar Ed tidak perlu repot-repot untuk memaksanya untuk mengaku dan menyadari salahnya.
“Tentu saja tuan Cu, aku akan menuruti semuanya, mengingat kamu adalah orang yang sudah menolongku dari laki-laki tidak bertanggung jawab dan kasar itu,” ucap Misa dengan begitu lembut dan juga satu tangannya diletakkan di paha Cuwan.“Kenapa kau masih memanggilku Tuan?”tanya Cuwan kepada Misa.“Aku merasa akan lebih menghargaimu, jika aku bisa memanggilmu dengan panggilan tuan Cu,” jelas Misa, yang tak lupa sedikit menarik tangannya yang semula berada di paha Cuwan kini semakin naik sampai ke pangkal paha.Setelah puas berbincang, kini giliran Gienis yang mengajak Anthony yang tepat di hadapan mereka untuk berbincang, Dimulai dari pertanyaan-pertanyaan sederhana, tentang siapa dia, dan apa hubungannya dengan Wilson, karen kalau memang Anthony temannya kenapa sedari tadi terkesan
“Kalau begitu semoga malam kalian menyenangkan,” ucap Ed yang kemudian melangkahkan kakinya untuk meninggalkan tempat Gienis dan juga Cuwan.Dalam setiap langkahnya Ed selalu menyempatkan berbalas pesan dengan seseorang, entah siapa yang dikirimi pesan olehnya, yang jelas itu adalah orang penting.Sementara di tempat Radhis, kini sebagai seorang suami, dia sedang menikmati kecantikan istri nya yang berada di hadapannya, dengan berbalut gaunnya yang tampak begitu mewah, meskipun ini adalah gaun yang sama yang dia gunakan untuk menghadiri pernikahan Sea, yang tentu saja gagal karena semua kebusukan keluarga Sea dan nenek Xion terbongkar kala itu.Jhon Adney yang kala itu selaku mempelai pria membatalkan pernikahannya karena disaat itu mempelai wanita terbukti berselingkuh dengan teman dari mempelai p
“Bagus jika memang begitu, tinggal mencari wanita yang pas untuk dijadikan Istri.” Radhis berceletuk dan dan seolah tanpa ada rasa bersalah, seperti disaat Lisa bertanya perihal momongan kepada Rachel. Radhis terkesan membalas perkataan Lisa.“Kau?” ucap Jhon dengan sedikit mengerutkan giginya.“Sudah-sudah mari minum dulu sembari menunggu acara inti dimulai,” Ester berkata kepada beberapa orang yang ada disana agar mereka tidak terlalu membuat keributan, seperti yang diketahui bahwa fokus mereka kali ini bukan hanya kepada Jhon, namun juga kepada orang-orang yang dibawa oleh Gienis."Bukankah kamu harus ikut mempersiapkan acara ini?" Tanya Rachel.“Iya, tapi semua sudah dipersiapkan oleh orang-orang kami,” ucap Ester
“Apa yang kamu tahu?” tanya Ester khawatir.Rachel tersenyum sembari menghadap kepada Suaminya, sementara Ester semakin bingung dan ketakutan, Ester takut jika Rachel tahu jika Radhis adalah direkturnya, dan tentu saja Ester takut jika itu akan membuat Radhis marah, karena seperti yang diketahui olehnya bahwa Radhis sengaja menutupi jati dirinya dari semua orang.“Sudah tenang saja, aku tahu kamu hanya takut jika suamiku akan cemburu dan marah bukan?” tanya Rachel kepada Ester. Tentu saja itu membuat Ester menarik nafas panjang, Ester merasa lega , karena dia sebelumnya berpikir bahwa Rachel akan mengetahui siapa Radhis sebenarnya, ternyata semuanya salah, yang dikira oleh Rachel adalah Ester takut Radhis akan marah karena Rachel begitu ingin bertemu dengan Direktur Geneve.“oh,. emm. I
Rachel yang tampak ragu bertanya kepada Radhis, “Kenapa kita harus kesana?”“Aku sendiri tidak tahu, tapi setidaknya kita akan mengenal mereka saat kita kesana,” jawab Radhis tanpa ragu-ragu.“Kalau begitu kalian disini saja dulu, biar aku dan Jhon yang kesana,” ucap Radhis yang kemudian melemparkan pandangan kepada Jhon.“Bagaimana Jhon?” tanya Radhis kepada Jhon yang tampak ragu-ragu sambil menatap kepada Ester.“Baiklah, mari aku kenalkan kepada tuan Gienis.” Jhon menjawab dengan dengan bangga, seolah dia ingin memamerkan koneksinya kepada Ester.***Dengan melepaskan pandanga
Kini Cuwan dan empat orang temannya. Beserta satu perempuan, berdiri di samping mobil Van di depan Geneve melihat ke arah gedung.Kesemua dari orang-orang itu yang tentu saja terkecuali Misa, kini menyeringai dengan jahat, seolah mereka akan mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan.“Akhirnya!” ucap Cuwan dengan keras.Di dalam, Radhis dan John kini mulai sampai di meja Gienis. Radhis berdiri dengan berada John di depannya, menyapa Gienis, “Selamat malam paman Gienis,” ucap Jhon dengan sedikit membungkuk.“Jhon? Apa kabarmu?” tanya Gienis kepada Jhon yang dia tahu adalah teman anak semata wayangnya, Jolly Gienis.“Baik paman, bagaimana dengan Jolly? kenapa aku kini sudah tidak melihat