Stelah makan siang itu Rachel dan Radhis segera pulang, namun belum sampai mereka dirumah Ed menelepon Radhis.
“Tuan, apa saya mengganggu?”, tanya Ed dar seberang telepon.
“Oh,. Tuan Ed, ada yang bisa saya bantu?”, tanya Radhis kepadanya.
Seolah mengerti Ed langsung menjawab, “Saya ada sebuah kepentingan yang harus saya bicarakan, kapan sekiranya tuan ada waktu?”.
Radhis tak langsung menjawab pertanyaan itu, justru Radhis sekarang menghadap Istrinya yang sedang duduk di sampingnya, “Istriku, sepertinya Tuan Ed ingin bertemu dengan ku, apa sebaiknya kita kesana sekarang, sekalian kita jalan-jalan”.
“Oh, baiklah kalau begitu, mumpung aku ambil libur juga”, ucap Rachel yang selah senang karena bisa keluar dengan Radhis keberbagai tempat, meskipun itu sebenarnya bukan tempat untuk berlibur.
“Iya kalau memang begitu, sebentar”, jawab Radhis kepada Istrinya yang kemudian dia k
“Ngomong-ngomong, apa yang nona Rachel lakukan disini?”, tanya Alin yang sedarri tadi belum menanyakan tentang keberadaan Rachel disana.“Oh ini, saya sedang mengantarkan suami saya”, ucap Rachel.“Tuan Radhis?”, tanya Alin yang terlihat begitu bersemangat, sampai kemudian dia sadar jika didepannya kini sedang berdiri Rachel, Istri Radhis.“Maaf nona, saya serig mendengar tentang Tuan Radhis dari Tuan Ed makanya saya sedikit bersemangat”, elak Alin yang takut Rachel curiga.“Benarkah begitu?”, tanya Rachel yang juga sangat penasaran tentang suaminya.“Iya nona, kata Tuan Ed suami nona adalah seorang laki-laki yang sangat perduli terahadap pasangannya, sampai-sampai Tuan Radhis meminta Tuan Ed untuk mengambil alih Wish Corp untuk nona’, terang Alin agar Rachel tak curiga.“Iya nona, itu memang benar, dan sekarang saya sangat bersukur bisa mempunyai seorang Sua
“Kamu memang tak pernah mengecewakan saya Ed, saya bangga kepadamu”, ucap Radhis lagi kepada Ed.“Terimakasih atas pujiannya, terus apa yang harus saya lakukan tuan”,“Minta mereka menyiapkan proyektor dan screen yang begitu besar, dan nanti kamu yang urus selanjutnya, tapi tunggu petunjuk dariku”, jelas Radhis.“Siap Tuan, saya mengerti”, ucap Ed dengan begitu hormat kepada tuannya.“Sepertinya ini cukup, aku akan kembali kepada Istriku untuk pulang”, ucap Radhis dengan berdiri.“Tuan tak perlu buru-buru, sekarang nona Rachel berada di ruangan Deluxe Diamond, dan itu adalah ruangn kusus untuk tuan”, ucap Ed.“Untuk ku?” tanya Radhis.“Benar Tuan, bukannya kami berniat tidak sopan, tapi itu adalah sebuah kamar kelas atas kusus untuk untuk tuan, saya menjamin tak ada yang akan menggunakan kamar itu selain tuan, jadi jika Tuan ingin berkunjung atau
“Baiklah kalau begitu, biar nanti aku bilang kepada Ibumu”, ucap Dere kepada anak kesayangannya.“Iya ayah”, yang kemudian Rachel menutup teleponnya.Setelahnya Rachel menghadap kepada Radhis, seolah paham Radhis mendekatkan dirinya kepada Rachel dan memeluk erat Istrinya, “Sekarnag kita tak perlu menahan sayang” ucap Radhis yang menjadikan mereka terbakar gairah yang membara dan kini mereka berdua langsung bergumul dengan begitu panas.Sementara itu Sea dan Jhon yang sampai di Rumah kini sedang duduk di kursi ruang tamu bersama keluarga Sea yang lain.“Bagaimana dengan fitting gaunnya?”, tanya nenek Xion kepada Sea.“Semua berjalan lancar Nek meskipun ada sedikit hal yang membuat au jengkel”, ucap Sea.“Kenapa?, apa mereka tidak sopan kepadmu?” tanya nenek Xion lag kepada cucunya.“Bukan itu”, jawab Sea dengan muka asam.“Lantas kenapa?&r
“Haachhiiii!!!”, Racel terbersin.Rachel berada disebelah Radhis, mereka berpelukan begitu erat dengan tanpa ada sehelai benang yang menempel di tubuh mereka, dengan keringat yang begitu melimpah seolah baru selesai lari maraton.“Sepertinya ada yang sedang membicarakanku”, ucap Rachel dengan menggosok-gosok hidungnya.“Mungkin Ayah atau Ibu sedang membicarakanmu”, ucap Radhis yang masih saja mendekap tubuh istrinya dan merasakan hangatnya tubuh istrinya.“Iya mungkin”, jawab Rachel, yang semakin erat memeluk Suaminya.“Apa kita harus pulang?”, tanya Radhis kepada Rachel, dan disini seketika Rachel memandang ke arah mata Radhis tanpa berucap, cuman memandang dengan tatapan sayu seolah tidak ingin waktu itu berlalu.Seakan mengerti Radhis kemudian mencium bibir Rachel, cukup lama Radhis melakuka itu dengan tangannya yang mulai bergerak untuk menyusuri lekukan tubuh indah istrinya,
Kini beberapa hari berlalu, dan sudah tibah waktu dimana pernikahan Sea digelar.Acara itu akan di gelar nanti jam tujuh malam dan kini saat pagi harinya Rachel masih masuk ke kantornya, sementara keluarga nenek Xion sibuk mempersiapkan semuanya.Iring-iringan mobil yang akan mengantarkan Sea dan Jhon ke hotel juga sudah dipersiapkan,barisan mobil berjajar di depan kediaman Wish, entah itu mobil sewaan atau dari Jhon juga tidak ada yang tahu.Sementara itu di dalam Rumah dengan bersantai menunggu waktu acara resepsi, Sea berbicara dengan calon suaminya untuk menanyakan informasi dari W.O yang mengurus pernikahan mereka.“Sayang apa kamu sudah mencoba menghubungi orang W.O?”,“Semuanya sudah berjalan dengan baik sayang, kamu tidak usah merasa kawatir”, ucap Jhon kepada calon istrinya.“Iya sayang..” ucap Sea kepada Jhon, kemudian dengan bersandar di bahu Jhon Sea kembali berkata, “Sebentar l
“Tapi Bu”, ucap marot yang sebenarnya malas jika di ajak kesana waktu itu, seolah ada yang sedang dia kerjakan.“Kenapa?!”, tanya nenek Xion dengan membentak.“Aku sedikit sibuk Bu, ada yang aku kerjakan dengan Nori”, ucap Marot perlahan karena merasa takut jika nenek Xion akan marah.Benar saja, mendengar perkataan Marot nenek Xion langung membentaknya seketika,“Aku disini tidak bertanya!, aku di sini memerintahmu agar mengantarkanku kesana!”.“Iya Bu, aku minta maaf, aku akan mengantarkanmu kesana”, ucap Marot yang langsung berdiri dan masuk kedalam.“Mau kemana kamu?!”, tanya nenek Xion dengan keras karena dia sudah terlanjur merasa jengkel kepada Marot.“Aku akan mengganti pakaian ku dulu Bu”, ucap Marot yang berhenti di tengah jalannya menuju kamar sembari menoleh kepada nenek Xion.“Baik kalau begitu, aku juga mengganti pakaian”
“Iya Bu,aku mengaku salah”, ucap Marot dengan pasrah saat dia dimarahi oleh ibunya.“Mari nona, kita sama-sama mengecek apakah semua benar-benar siap atau belum”, ucap nenek Xion yang menghadap kepada Lisa, kemudian nenek Xion masih melanjtkan perkataanya dengan melirik kepada Marot, “Abaikan saja ayahnya Sea yang tak berguna ini” ucap nenek Xion kepada Lisa tanpa bisa menyaring ucapannya.“Tolong Nyonya jangan berkata seperti itu, bagaimanapun juga Tuan Marot adalah Ayah dari Sea, dan akan menjadi besan saya”, ucap Lisa dengan melirik genit ke arah Marot.“Sudah, mari nona dan Nyonya biar saja lanjutkan menjelaskan”, ucap si enyelenggara yang sedari tadi sebenarnya sudah menjelaskan kepada nenek Xion dan Marot, tapi harus mengulangi semua penjelasanya karena sekarang ada Lisa disana.Sudah cukup lama mereka berkeliling dan kini sudah dapat dipastikan bahwa semua sudah benar benar siap dan dipast
Siang ini, diwaktu yang sama saat Marot, nenek Xion dan Lisa menuju kediaman wish , Rachel sedang membereskan sisa-sisa pekerjaannya.Berkas-berkas kini berserakan di meja kerjanya mulai dia rapikan satu-persatu,“Huhhh... disaat semua sibuk dengan mempersiapkan kebahagiaan, aku harus mengurusi lembaran-lembaran kertas ini”, omel Rachel yang kemudian berucap kembali, “Aku kan juga ingin berduaan dengan suamiku”.“Hahhhh.. apa sih yang aku pikirkan”, celetuk Rachel mengerutu dirinya sendiri.“Aku yang memilih berkarir, dan bahkan suamiku mengupayakan perusahaan ini untukku, belum lagi bahkan suamiku rela mengalah tidak meminta keturunan terlebih dahulu agar aku bisa menggapai karirku”, ucap Rachel yang berhenti beraktifitas sejenak.“Aku harus berjuang demi semuanya yang sudah kami upayakan”, ucap Rachel yang berhasil mengupayakan semangatnya sendiri lagi.Kini saat dia kembali melan