“Kalian dengar apa yang dibilang anakku?”, sombong Nataly pada teman temannya.
“Isi Atm yang dibawa oleh anakku lebih dari 10juta dolar!!”, tambah Nataly dengan tertawa bangga.
“Wah, itu uangmu?” tanya salah satu teman Tania dengan tertawa menghina.
Kini seolah jadi bahan hinaan Regad tak terima.
“Tentu saja!” bentak Regad yang sudah dipenuhi dengan amarah karena merasa terhina.
“Jika bukan punyaku mau punya siapa? Anakmu?!”, kini seolah sopan santun sudah hilang di dirinya Regad dengan tertawa kini melampiaskan dengan perkataan yang tak sepantasnya di ucapkan pada Wanita Tua.
“Besar juga gajimu”, pancing Radhis.
“Tentu saja!”, bentak Regad, kemudian dia melanjutkan lagi ucapannya, “Nona Ester sangat baik padaku dia sering memberikan bonus padaku, bahkan mungkin dia menyukaiku, makanya lebih baik kau melepaskan Istrimu siapa tau aku bisa me
“Tuan karena urusan saya disini sudah selesai saya ijin mau kembali ke kantor Tuan”, ucap Ester ingin berpamitan pada Radhis.“Oh, tunggu kau sudah jauh jauh datang kesini, kenapa tidak sekalian ikut makan bersama kami?”, ucap Radhis pada Ester, kemudian Radhis menghadap pada ibunya mertuanya, “Boleh kan Bu?” .“Oh tentu saja, silahkan bergabung bersama kami Nona Ester”. Ucap Tania dengan senang.“Tolong Ester saja Nyonya, karena saya sudah sangat dekat dengan Rachel”,“Kalau begitu kau bisa memanggil aku Tante”,Sebelum menjawab Ester melirik sedikit kearah Radhis untuk memastikan di ijinkan tidaknya dia memanggil Tania Tante.Bagaimanapun juga Tania adalah Mertua Radhis, atasannya meskipun tak ada orang yang tahu, dengan begitu Ester wajib menimbang nimbang setiap hal yang dia kerjakan jika itu berkaitan dengan keluarga Radhis.Melihat ekspresi Radhhis dat
“Oh Nona Junny”, awab Radhis pada Junny dengan tersenyum.“Iya Tuan” jawab Junny dengan membungkuk lagi pada Radhis.“Apa kabar nona?” tanya Radhis pada Junny.“Wah ternyata kau juga kenal menantu teman baiku ini?”, tanya Bella pada Junny.“Iya ibu, tuan Radhis adalah kenalan dari orang yang sudah membantu Junny”.“Benarkah itu?”, sontak Bella terkaget, setelah itu Bella lanjut berkata lagi “Tolong sampaikan pada Teman kamu nak Radhis aku berterimakasih karena sudah membantu Junny mendapatkan lisensi nya sebagai dokter”, ucap Bella sambil berdiri dan membungkuk pada Radhis.“Sudah Bibi tenang saja, nanti akan saya sampaikan pada teman saya itu”, ucap Radhis.“Baik kalau begitu apa kita akan pulang sekarang Bu?” tanya Junny pada Bella.“Tunggu dulu, kamu baru datang kenapa tak menikmati sedikit hidangan dulu se
Kini mereka suda sampai dirumah, bersamaan dengan itu Rachel yang baru pulang dari kantornya juga sudah ada diruamah.“Isriku sudah pulang?” tanya Radhis ramah kepada Istrinya.“Iya, hari ini aku lumayan sedikit yang dikerjakan”, Jawab Rachel kepada suaminya.“Iya sudah kamu mandi terus istirahat”, ucap Radhis perhatian pada Rachel.“Iya sudah ayo”. Jawab Rachel.“Ayo?” tanya Radhis yang bingung saat mendengar perkataan Istrinya.“Emm maksutku ayo kita istirahat!” ucap Rachel dengan wajah memerah.Dengan secepat kilat Radhis menghampiri Istriny segera digendongnya Rachel di depan bagaikan seorang putri.Di bawa nya Rachel ke kamar oleh Radhis.Setelah meletakkan Rachel di tempat Tidur Radhis segera mengunci pintu kamar mereka dari dalam.Setelah selesai Radhis menghampiri Istrinya yang sedang berbaring pasrah di atas tempat tidur itu.&
“Iya!!” Jawab Regad menyadari perkataannya begitu keras dia memelankan suaranya “Apa yang kau lakukan disini?” tambah nya.“Memang kenapa jika aku disini?” tanya Radhis sengaja berbelit pada Regad.“Ini adalah Ruangan Direktur, sedeat apapun statusmu dengan Tuan Ed tapi ini rana yyang berbeda”, kini Regad memang terkesan berbisik tapi dengan penuh tekanan di setiap katanya, seolah dia memarahi Radhis dengan berbisik.“Kemana perginya Ester?” tanya Radhis mengabaikan peringatan Regad.“Dia sedang pergi kekamar kecil”, jawab Regad dan kemudian Regad lanjut berkata,“Apa yang Kau lakukan!!?” dengan segera Regad membentak Radhis karena Radhis kini tengah duduk di kursi Direktur di ruangan itu.“Sudah Kau duduk saja di sana”, jawab Radhis dengan Cuek pada Regad.“Lihat saja Kau!” ucap Regad dan dia kini duduk di sofa yang berad
“Kamu benar Marot, Jika Sea sudah menikah dengan Jhon hidup kita akan kembali seperti sebeumnya”, terang nenek Xion pada Marot.“Kalian sudah mau berangkat?” celetuk Sea yang tiba-tiba ikut nimbrung perbincangan mereka.“Sea kamu sudah bangun sayang?” ucap Nori melihat anaknya yang sudah berdanda cukup cantik.“Iya Ibu, Ibu sudah menyiapkan sarapan?” tanya Sea pada Ibunya.“Sudah, itu suda Ibu siapkan”, ucap Nori sambil berdiri dan menuju meja makan bersama anak kesayangannya.“Ibu tadi sudah menyiapkan”,“wuiikkkk”,Tiba-tiba saat Nori berbicara pada Sea, Nori terkaget karena Sea seolah ingin muntah waktu baru menyantap sarapannya satu suapan.“Sea? Kamu sakit?” tanya Nori yang kawatir.“Ada apa?” karena dia mendengar suara Nori yang bertanya pada Sea tadi, Marot yang baru saja berdiri untuk berangkat ke kantor be
“Mana pasiennya sus?”, tanya seorang Dokter wanita yang barusaja datang disana, kepada suster yang datang bersamanya.“Ini Dok”, terang suster itu sambil mengarah kepada Sea.“Maaf, yang lain bisa menunggu di luar dulu?”, ucap dokter wanita itu pada nenek Xion dan keluarga yang lain.“Baik dokter”, ucap nenek Xion dan dia meninggalkan ruangan itu bersama Marot dan Nori.Melihat Nori begitu cemas Marot menenangkan istrinya, “Sudah tenang saja, kini Sea sedang di tangani oleh dokter, kamu tidak perlu seceas itu”.“Iya”, ucap Nori masih dengan tampang yang tetap tampak begitu cemas.Beberapa saat kemudian Suster meminta mereka masuk kembali, dan begitu mereka didalam sang dokter segera menjelaskan hasil diaknosisnya kepada mereka termasuk kepada Sea.“Jadi begini, sepertinya nona Sea perlu di rawat beberapa hari karena memang dia sedang drop”, si dokter b
“Tapi jika nanti Jhon bertanya kepada Kita bagaimana”, ucap Marot dengan polosnya, dan kemudian dia lanjut bertanya lagi, “Dan kalau dia tidak percaya bahkan dia menyangkal anak ini bagaimana Bu?”, pungkas Marot.“Itu adalah Tugas Sea untuk meyakinkan Jhon, dan aku yakin Sea bukanlah anak kecil jadi dia bisa meyaknkan Jhon!”, terang nenek Xion yang kemudian menghadap kepada Sea, dan lanjut berkata kepada cucu kesayangannya itu.“Bagaimana Sea?” tanya nene Xion seolah memberikan tantangan untuk Sea.“Baik nek Aku akan sebaik mungkin untuk meyakinkan Jhon”,“Jangan sebaik mungkin!,tapi harus yakin dan benar benar bisa meyakinkan Jhon!”, ucap nenek Xion dengan tegas.“Iya nek, aku yakin aku aka bisa meyakinkan Jhon”.“Bagus, kalau begitu kau hubungi Jhon sekarang agar dia datang kesini segera”, perintah nenek Xion pada Sea.“Baik n
Semantara itu di Geneve Alin dan Mey yang ditunggu oleh Radhis kini sduah datang,“Permisi pak?”, ucap Ester membawakan tamu untuk Radhis.“Masuk”.“Iya pak ini ada Nona Alin dan Nyonya Mey”, ucap Ester yang memasuki ruangan Radhis dengan ditemani dua orang wanita dibelakangnya.“Oh silahkan, Aku sduah menunggu kalian sedari tadi”, ucap Radhis dengan ebrdiri dari tempat duduk nya dan dengan ramah mempersilahkan mereka bedua.“Sialahkan Alin dan Bibi Mey duduk”, ucap Radhis lagi dan kemdian menghadap pada Ester, “Kamu boleh pergi”.“Baik Pak, kalau bapak butuh bisa menghubungi saya nanti”, ucap Esterdengan membungkuk dan segera pergi dari ruangan Radhis menyisahkan Radhis, Alin dan Mey disana.“Jadi bagaimana?”, radhis membuaka perbincangan dengan mereka berdua.“Begini Pak”, “tolong Radhis saja Bibi&rdqu
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia