Freya segera memapah Edward, lalu menembakkan bom asap ke langit agar lokasi mereka terlihat dari pos para penjaga. Tak selang beberapa menit, Pak Zack segera memindahkan tubuh Edward yang pingsan. Freya yang hanya diam saja, membuat Pak Zack kebingungan.
"Freya, apa kamu masih ingin berada disini?" ucap Pak Zack."Tidak pak, aku akan ikut membantu mencari Evan dan Edwin," tutur Freya.Mereka berdua segera berpindah tempat, ke lokasi Evan berada. Tidak sama seperti biasanya, mereka tampak diam dan tidak banyak bicara. Mereka larut dalam pikirannya masing-masing, kekalahan mereka membuat luka tersendiri. Edward dan Daren terluka parah hingga harus menjalani operasi organ dalam yang lama. Sedangkan Evan dan Edwin hanya perlu beberapa jahitan di sekitar tubuh mereka.Freya mengetuk-ngetuk meja pelan, memantau setiap pergerakan yang mendekat di layar pendeteksi sihir. Hari yang semakin gelap, Freya beristirahat dan berkunjung ke ruangan medis tempat Daren dan ESudah seminggu lamanya Ryder tidak sadarkan diri, kondisi tubuhnya baik-baik saja tapi pria itu masih belum bangun dari tidur panjangnya. Zane, Ridius dan Natalia telah mencoba berbagai ramuan dan penyihir kuat untuk menyembuh Ryder, namun tidak ada perubahan sama sekali. Mereka semua tidak tahu, bahwa saat ini tubuh Ryder menyatu dengan kekuatan kegelapan. Tubuh Ryder yang kebal dengan racun dan sihir, menjadi lumpuh seketika karena harus menerima kekuatan yang sangat besar."Aku punya saran yang bagus, bagaimana jika kita mencari tetua Jura yang sakti itu," sahut Ridius."Tetua Jura? Pria tua itu bahkan telah menghilang sejak lima tahun lalu," ucap Zane putus asa."Itu satu-satunya cara, hanya dia yang mengenal penyakit langka di wilayah ini," terang Ridius."Zane…" cicit Natalia takut."Apa? Kalau kau ingin bicara, jangan setengah-setengah bodoh!!" bentak Zane."Aku setuju dengan saran Ridius, meskipun peluang berhasilnya masih belum diketahui. Tapi,
Laila mengkoordinir dengan baik para penduduk yang terinfeksi, meskipun terkadang mereka mengamuk dan menyerang satu sama lain, para tenaga medis dengan sigap menenangkan mereka. Melihat kondisi para penduduk yang terinfeksi semakin memburuk, Freya mengepalkan tangannya, dia bersumpah pada dirinya sendiri untuk melakukan apapun demi menyelamat semua orang termasuk ayahnya."Nona Freya, sudah waktunya menghadiri rapat dewan. Aku berharap kau bisa menangani masalah penyakit ini dengan baik," ucap Norman."Norman, apakah Ryder pernah berpesan sesuatu padamu?" tanya Freya tiba-tiba."Aku tidak begitu yakin, tapi tolong mengertilah bahwa Ryder saat ini sedang dalam pengaruh orang lain. Hingga bocah nakal itu berpaling dan mendukung kejahatan mereka," jawab Norman."Kamu memang benar, tapi apa kita harus lemah seperti ini di hadapan musuh kita?" tutur Freya sambil menatap Norman serius."Tidak nona, aku berjanji akan membuatnya sadar dan jika aku tidak bisa, maka aku m
Natalia segera bergegas menuju kamar Ryder, namun langkahnya terhenti melihat banyak penjaga yang berdiri di luar kamar itu. Mata Natalia menangkap sosok pria yang sangat dikenalnya, Tetua Yudistira sedang berkunjung setelah sekian lama bepergian ke wilayah perbatasan bersama penjaga wilayah. Natalia berjalan dengan gugup, waktu kedatangan Tetua Yudistira ke kantor wilayah sangat tiba-tiba. Disaat Zane sedang tidak ada, Natalia terus memikirkan bagaimana cara agar tetua Yudistira tidak bertemu Ryder. "Natalia, lama tidak berjumpa," seru Tetua Yudistira."Salam tetua, Lama tidak berjumpa, aku harap tetua selalu sehat," ucap Natalia sambil membungkuk."Hahaha, kamu memang perempuan yang baik hati. Apakah kau sedang sibuk?" tanya Tetua."Tidak tetua, saya hanya sedang mencari sebuah buku di aula lama dan ingin kembali ke kamarku," jawab Natalia sambil memegang erat-erat celananya."Sepertinya ada sesuatu yang ingin kau sampaikan?" bisik Tetua."Tidak ada tetua,
Freya dan Edwin berbalik, lalu melihat sosok Zane bersama Ridius berdiri dengan beberapa orang di belakangnya. Zane melambaikan tangannya, tidak disangka bahwa akan bertemu dengan Freya di desa Siqi. "Apa yang kau lakukan disini?" tanya Freya tegas."Itu bukan urusan anda nona, tapi sebaiknya anda tidak perlu tahu dengan alasan kedatangan saya kemari," jawab Zane dengan nada rendah."Freya, lebih baik kita pergi dari sini. Kita tidak punya waktu untuk meladeni orang bodoh seperti mereka," celetuk Edwin.Zane berdecak kesal, sambil menatap Edwin yang tengah berdiri di depannya. Zane bisa saja menyerang Edwin dan menghabisinya dalam sekejap, tapi mengingat dia sedang berada di desa orang lain, itu bisa membuat Zane dan Ridius dalam masalah besar."Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu," pamit Zane lalu pergi menjauh.Ridius menghela nafas lega, namun disaat yang bersamaan seorang pria tua dengan beberapa tas besar di punggungnya lewat dan menyerang
Freya dan Edwin pergi ke sebuah penginapan desa, mereka berdua tidak berbicara sama sekali sepanjang perjalanan. Freya merasa bersalah karena telah bimbang dalam mengambil keputusannya, seharusnya sebagai calon penguasa dia mampu mendahulukan kepentingan penduduknya dibanding perasaannya sendiri. Sesampainya mereka di kamar masing-masing, Edwin menahan lengan Freya dengan erat."Kau terlalu mementingkan perasaanmu yang bodoh itu, pikirkanlah baik-baik apa yang akan terjadi jika Tetua Jura lebih memilih menyelamatkan Ryder dari pada Ayahmu," ucap Edwin lalu pergi meninggalkan Freya di lorong penginapan.Freya melangkah masuk ke dalam kamarnya, ucapan Edwin dan Tetua Jura membuatnya sangat terluka. Ucapan Tetua Jura yang mengatakan bahwa Freya hanya akan membawa kesengsaraan bagi penduduknya jika terus memiliki perasaan bodoh yang begitu naif. Freya menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur dan tidak ingin melakukan apapun perempuan itu tidak sabar mendengar jawaban dari Tet
Tetua Jura masuk ke dalam kamar Ryder, bersama dengan Zane. Satu jam sebelum kedatangan Zane, Ryder tiba-tiba mengeluarkan keringat yang begitu banyak. Anehnya, keringat itu seperti cairan yang sangat panas. Natalia yang sejak tadi menangis melihat Ryder, hanya bisa membantu dengan menyembuhkan luka bakar di kulitnya yang mulai menyebar. Tetua Jura dan Zane terdiam, mereka berdua tidak percaya dengan apa yang dilihat oleh kedua mata mereka."Kalian semua mundurlah, aku akan memberikan pertolongan untuknya!!" sahut Tetua Jura.Tetua Jura mengambil sebuah benang dan mengikatnya di setiap ujung jari Ryder, lalu menutupi luka bakar akibat cairan panas yang keluar dari tubuhnya dengan ramuan obat hijau. Tetua Jura menyentuh dada Ryder, sungguh pemandangan yang menyakitkan ketika melihat seorang yang bernasib buruk di awal hidupnya, dan sekarang harus menerima konsekuensi karena hasutan jahat dari orang lain.Tetua Jura, merapalkan mantra sihir untuk mencari kemana j
"Apa yang telah kalian lakukan?!" teriak Freya marah."Tenanglah Freya, ini hanya kemungkinan terburuk saja," sahut Daren."Kalian harusnya bisa berpikiran positif, jangan sampai kita membuat luka yang lebih dalam pada seluruh penduduk di pusat kota ini. Lalu apa yang kalian dapatkan?" tutur Freya mulai meredam emosinya."Kami menduga bahwa peperangan wilayah akan terjadi dalam waktu dekat," ucap Evan serius."Kenapa kita harus berperang? Bukankah lebih baiknya kita melakukan negosiasi terlebih dulu dengan mereka," kata Freya bingung."Kita memang akan melakukan itu, tapi melihat kondisi Ryder dan Zane yang mulai mempersiapkan segalanya di wilayah mereka, sepertinya negosiasi itu akan sia-sia," lirih Daren."Dengar baik-baik, kita sudah menemukan solusi untuk satu masalah kita, sekarang kita hanya harus memikirkan agar perang antar wilayah tidak terjadi," tegas Freya."Freya, kami mendapatkan informasi yang akurat dari seorang peneliti yang datang dari wi
Freya menjadi diam, dirinya sangat terkejut melihat kondisi semua orang yang terinfeksi. Bukannya membaik, mereka bahkan tak sadatkan diri dan lemas kehilangan banyak darah. Seorang anggota dewan yang berada disana, dengan cepat berjalan ke arah Freya."Apa yang telah kau lakukan sialan? Mengapa kondisi istri dan anakku menjadi lebih buruk dari sebelumnya?!" seru pria itu."A-aku sama sekali tidak tau hal ini," lirih Freya sambil menaham tangisnya."Tuan Fredrin, tenanglah!! Ini bukanlah waktunya kita saling menyalahkan. Sekarang cepat laporkan ke anggota dewan lainnya untuk segera datang kemari!!" pekik Daren kesal."Bagaimana aku bisa tenang melihat keluargaku dalam kondisi kritis seperti itu?!" teriak Tuan Fredrin."Tuan, mohon tenanglah. Kami juga sedang mengusahakan yang terbaik, jadi mohon beri kami waktu untuk berpikir," ucap Laila sambil menarik kerah baju Tuan Fredrin. Laila dan tim medis segera mengambil sampel darah agar bisa melihat apa yang