Ryder tiba di kamarnya, sebuah kotak kecil berwarna ungu tergeletak di depan pintu Ryder. Dengan cepat Ryder mengambilnya dan masuk ke kamar, badan Ryder begitu lengket sehingga dia memutuskan mandi terlebih dulu untuk bisa datang ke kantin tepat waktu.
Selesai membereskan kamar, Ryder berjalan keluar asrama dan menuju kantin. Dari jauh Daren dan Natalia juga berjalan ke arah yang sama dengan Ryder. Saat masuk ke area kantin, makan malam yang sangat Ryder tunggu-tunggu. Ryder makan bersama Natalia dan Daren."Sejak kapan kalian begitu dekat?" tanya Ryder."Aku tidak dekat dengannya," ketus Daren."Ryder, makanlah yang banyak, tidak usah pikirkan dia," sahut Natalia.Ryder terkekeh kecil dan melanjutkan makannya.Freya dan laila masuk ke dalam area kantin, mereka berdua mengambil makanan dengan cepat. Saat Freya ingin berjalan menuju tempat duduk, kaki Freya di tahan oleh sihir manipulasi milik Natalia hingga makanan Freya tumpah di baju Edward. EdSesampainya Ryder di kamar, dengan cepat dia menyambar tasnya lalu mengeluarkan liontin bunga yang mirip dengan bross bunga bukti pembunuhan orang tuanya. Ryder melihat sebuah huruf kecil bertuliskan 'N' di belakang bandul liontinnya, Ryder meraih pena untuk menuliskan petunjuk yang telah didapat."Ada sebuah bross dan juga liontin, mungkinkah ini satu set berlian yang mahal," gumam Ryder.Seketika pikiran tentang inisial itu membuat Ryder teringat dengan Natalia, tapi hal itu tidak mungkin terjadi bagi Ryder karena Natalia adalah orang baik pada Ryder selama ini. Pikirannya semakin kusut dan tidak mampu mengendalikan dirinya akan semua prasangka yang ada dalam benak Ryder, hingga akhirnya Ryder tertidur pulas karena kelelahan.Pagi yang sangat dingin, musim dingin di bulan akhir tahun, membuat tanah kering berubah menjadi butiran salju yang putih. Dari jauh, Ryder berlari mengelilingi lapangan sebanyak 20 kali, di tengah cuaca yang begitu dingin. Daren ya
Badan Freya begitu kaku, matanya mengeluarkan air mata terus menerus. Ibu Alice yang melihat keadaan Freya langsung megucapkan mantra penyembuh, hingga beberapa luka akibat ledakan itu menghilang. Damian segera menggendong Freya menuju ruang kesehatan, sedangkan Zack masih linglung dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan. Bel darurat telah dibunyikan, Seluruh penjaga akademi telah mengamankan para murid dan membersihkan area lapangan serta mencari bongkahan bom yang meledak sebagai bukti.Ryder yang sejak tadi tampak gelisah, membuat Daren pusing. Bagaimana tidak, satu jam setelah penetralan area lapangan, Ryder memaksa Daren untuk ikut di ruang kesehatan melihat Freya. Permintaan Ryder seperti sebuah ancaman saja bagi Daren sehingga tidak ada pilihan lain selain menerimanya."Bisakah kau duduk dan jangan membuatku pusing," ketus Daren."Aku bingung mengapa pemeriksaanya begitu lama, apakah dia baik-baik saja?" tanya Ryder."Aku tidak tahu dengan hal itu, tanyakan yang la
Ryder berencana tidak perlu memberitahukan pada Daren dan Natalia tentang kegiatan mandiri yang dilakukannya. Setelah menunggu selama seminggu, Ryder berjalan ke arah gunung dekat akademi, berkat izin dari pak Jafar kepala akademi, Ryder bisa mengambil pelatihan secara mandiri untuk menyempurnakan tenaga dalamnya.Damian telah menunggu Ryder di jalan menuju gunung akademi, beberapa jenis pedang telah dipersiapkan dengan baik di suatu tempat. Tak lama kemudian, Ryder bertemu dengan Pak Damian. Mereka berdua berjalan sambil membawa sebuah tas besar untuk persediaan selama sebulan tinggal di alam bebas.1 jam kemudian, Ryder dan Pak Damian berdiri didepan sebuah Gua dengan papan kecil berbentuk lambang akademi diatasnya, menandakan Gua itu telah menjadi milik akademi. Ryder masuk ke dalam, tiba-tiba sebuah api menyala di sekitar dinding gua membuat Ryder terlonjak kaget."Simpan barang-barangmu, lalu kita berjalan masuk menyusuri gua ini," ucap Pak Damian."Baik pak," s
Ryder berjalan menyusuri asrama, sesekali dia merutuki dirinya yang masih saja memiliki perasaan terhadap perempuan itu. Ryder sama sekali tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun, karena dia ingin mencapai tujuannya dan menjadi seorang terkuat. Ryder juga tidak ingin menyakiti orang terdekatnya, saat dia memiliki musuh ataupun lawan yang lebih kuat. Pak Zack dan Damian yang menuju ruang kepala akademi, Ibu Alice telah ada di ruang itu lebih dulu. Rapat dewan akademi diadakan begitu cepat, sebuah inspeksi lapangan akan diadakan selama 6 bulan di desa kenanga bagian selatan wilayah utara. Desa yang menjadi pusat batu sihir naga yang dijaga oleh para monster di perbatasan wilayah selatanZack dan Damian ditugaskan untuk mengawal para murid, namun mereka berdua terus menolak hingga pada akhirnya mereka setuju dengan Ibu Alice yang ikut sebagai ketua dari inspeksi lapangan."Aku sangat frustasi jika harus membawa mereka semua di desa yang sangat berbahaya," k
Sebuah bayangan raksasa yang begitu besar berjalan di balik kabut asap. Pak Zack dengan cepat membuat pelindung sihir, menggunakan sisa kekuatannya. Ternyata bayangan itu semakin menjauh, membuat para murid bisa bernafas lega begitupun Pak Zack yang telah pingsan dibopong oleh Daren dan Ryder.Pak Damian segera masuk ke gerbang desa, meminta para penjaga untuk izin bertemu dengan sang kepala desa. Freya duduk di tanah karena kelelahan, sejak tadi dia terus memikirkan liontinnya yang telah hilang. Laila juga tidak melihat keberadaan liontin itu sejak dalam perjalanan. Freya hanya bisa pasrah, karena tidak mungkin dia harus meminta izin pergi ke gunung demi liontinnya.Setelah beberapa menit, seorang pria dengan tubuh kecil berjalan ke arah rombongan murid akademi, terlihat beberapa orang penjaga yang mengikutinya. Dengan langkah cepat Pak damian dan Ibu Alice memberi hormat.Jalal adalah seorang mantan panglima perang, sekarang dia menjadi kepala desa kenan
Ryder yang merupakan ketua tim harus bisa bertindak bijak, agar anggota timnya tetap kompak dan saling menjaga. Meskipun Ryder bukanlah seorang ahli sihir, tapi dia sangat pandai dalam menetralkan energi sihir dan racun yang mengenai tubuhnya. Teknik berpedang menggunakan pedang ganda juga telah Ryder kuasai, meskipun belum sangat sempurna.Suasana hutan yang begitu sepi, udaranya begitu lembab. Edwin sesekali merengek karena merasa jijik dengan tanah yang berlumpur. Sang kakak Edward segera membantunya untuk tenang, agar tidak menimbulkan masalah bagi tim. Setelah berjalan begitu jauh, Natalia membuka peta yang diberikan oleh Pak Zack."Sekarang kita sudah berjalan satu jam, tapi kita belum melihat satupun bukit atau gua di sekitar sini," ucap Natalia bingung."Coba berikan padaku," sahut Ryder.Melihat gambar peta yang diberikan, Ryder menatap sekelilingnya bingung."Kita tersesat, aku sudah menandai tempat ini dengan goresan di pohon itu, lalu lihat gores
Ryder mengalihkan pandangannya ke arah Edwin. Monster raksasa itu tampak marah, dan memandangi mayat Futun yang tergeletak di tanah. Monster batu itu membuka mulutnya, lalu asap yang berwarna ungu keluar dan mengepung mereka.Mata Edward membulat, dia dengan cepat mengeluarkan sapu tangan untuk menutup mulut dan hidungnya. Edwin mulai merasakan sesak, terduduk di dekat Edward, nafasnya memburu membuatnya merasa kesakitan saat menghirup udara.Ryder yang kelabakan, mulai membantu Natalia menjauh dari asap itu. Edward juga tak bisa menahan racun yang terus dikeluarkan oleh monster itu melalui asap, sehingga Edwin dan Edward pingsan. "Apa yang kau lakukan bajingan," teriak Ryder.Ryder berlari ke arah lekukan tubuh monster itu dan menyerangnya. Serangannya masih saja kurang, membuat Ryder Frustasi. "Apa yang harus aku lakukan, bagaimana ini," resah Ryder.Seketika Ryder teringat ucapan Pak Demian, bahwa aura bisa digunakan untuk membelah be
Daren pergi ke dekat gua, sambil menekan gelangnya dan menyebut nama Ryder. Namun, tidak ada jawaban dari Ryder sama sekali. Hari yang semakin gelap, membuat tim penyihir harus berjalan menyusuri hutan sekali lagi, Laila menatap sekelilingnya, Lalu melihat sebuah monster batu yang terikat di sebuah pohon besar. Dari jauh Evan melihat Edwin dan Edward yang pingsan, dengan cepat dia menarik laila lalu menyembuhkan mereka semua.Natalia yang lebih dulu sadar hanya bisa menatap takjub pada Ryder, yang telah mengalahkan monster batu. Daren menendang lengan Ryder, membuat pria itu terbangun dari tidurnya."Kalian semua ada disini, maaf aku ketiduran," ucap Ryder."Ryder, kau mengalahkan monster itu sendiri?" tanya Natalia."Yah, begitulah," jawab Ryder.Ryder berdiri dan membersihkan celananya yang kotor, lalu menatap Freya yang sejak tadi menatapnya tajam. Edwin dan Edward juga telah sadar, tim petarung dan tim penyihir telah berkumpul. Ryder menekan gelang
"Nino, bukankah itu sangat lucu?" ucap Ryder."Tidak sayang, nama itu terlalu kuno untuk bayi kita. Pilihlah nama yang keren dan jarang ditemukan dimanapun," terang Freya.Ryder memelas tak bersemangat, sudah seribu kali mereka menyebutkan nama dan tidak ada satupun diantara nama itu yang pas. Billy membawakan secangkir teh, sambil membawa beberapa berkas pada Ryder."Tuan, sebentar lagi wakil dari wilayah utara akan datang untuk membawa kontrak penyediaan batu sihir," ucap Ryder.Ryder hanya diam, tak bergeming sama sekali. "Tuan, jadwal anda besok menjenguk nona-""Benar, aku harus pergi bertemu Layla dan Lilian agar mereka mau membujuk Freya," seru Ryder tiba-tiba."Tuan, kumohon fokuslah pada pekerjaan dulu," keluh Billy.Ryder mengangguk dan menyusun laporan, tanpa peduli pada Billy sedikitpun. "Kalau begitu, saya permisi tuan," pamit Billy.Ryder keluar dari ruangannya tergesa-gesa, tapi menabrak Daren yang ternyata datang sebagai perw
Daren menarik Billy dengan paksa, menyeretnya agar berani menjelaskan apa yang terjadi padanya saat mendengar ucapan Freya kemarin. Ryder dan Freya yang sedang sarapan, melihat Billy yang tiba-tiba muncul membuat Freya terkejut, sedangkan Ryder hanya menatap pria itu dingin."Bicaralah kawan, katakan maksud dan tujuanmu datang kemari," ucap Daren."Daren, sepertinya dia merasa tidak enak badan. Wajahnya begitu pucat," tutur Freya khawatir."Dia terlalu takut, sampai tidak bisa tidur semalaman hahahaha. Tunjukkan. Keberanianmu kawan," sela Daren.Ryder yang menggendong bayi kecil, tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Billy maju ke depan Freya, walaupun pria itu tidak bisa mengucapkan isi kepalanya pada semua orang tapi Billy sangat ingin berbaikan dengan Freya dan Ryder."Billy, tenanglah dan jangan takut. Aku sama sekali tidak marah dengan apa yang terjadi kemarin," tutur Freya mencoba menenangkan Billy yang sedang gemetar."Freya. Jangan terlalu baik pada seoran
"Apa nona tidak tahu? Selama ini Tuan Ryder menjaga kekuatannya untuk membantu siapapun, bahkan dia sangat senang dengan kekuatannya. Lantas kenapa anda tidak membantunya untuk memilih cara lain!!" teriak Billy."Itu tidak seperti yang kamu dengar Billy, aku juga ti-""Bukankah nona ingin Tuan Ryder bahagia?!" seru Billy.Daren yang baru masuk menahan Billy mundur bersama Ryder, karena Billy tampak begitu kesal pada Freya. Layla yang melihat Freya menahan air matanya, melenggang masuk dan menampar Billy dengan keras."Jangan pernah melukai perasaan Freya, ingat itu bajingan!!" teriak Layla kesal."Daren bawa Billy keluar, aku akan menjaga Freya," ucap Ryder.Daren menarik lengan Billy paksa, menyeretnya keluar dari ruang tersebut. Ryder memeluk Freya pelan, tangis perempuan itu pecah dan membuat semua orang ikut khawatir. Bayi kecil yang mendengar teriakan itu, menangis begitu keras hingga Lilian segera membawanya ke ruangan lain untuk menenangkannya."Lepaskan aku, dasar brengsek jan
"Freya, bukankah hari ini kita akan pergi ke wilayah utara menghadiri upacara pembukaan aula akademi baru," ujar Layla sambil merengek."Aku akan mendiskusikan ini dengan Ryder, jangan memasang wajah lugu itu," cibir Freya."Baiklah, kalau begitu ayo kita ke tempat Ryder sekarang!!" seru Layla semangat."Ryder sedang rapat bersama para tetua, itu akan memakan banyak waktu. Lebih baik kita menunggunya selesai," sela Freya."Huuuhh... Ryder menyebalkan sekali, aku akan mengatakannya pada Billy," ucap Layla spontan.Freya menghela nafas panjang, kegigihan Layla untuk membawanya berjalan-jalan di wilayah utara sangat sulit di bantah."Pergilah mandi dan bersiap bersama bayi kecil, aku akan segera kembali dengan izin Ryder!!" teriak Layla lalu pergi dari rumah menuju kantor wilayah tempat Ryder."Baiklah, aku akan menunggumu," ucap Freya.Ryder menumpuk beberapa kertas, sambil menuliskan setiap kekurangan dari laporan tersebut. Dia mengambil banyak pekerjaan sebelum akhir pekan, karena ing
"Ayo segera kesana, maaf Freya aku harus pergi memeriksa desa. Aku akan kembali setelah memeriksa keamanan disana," tutur Ryder tergesa-gesa pergi ke luar.Freya yang ingin ikut pergi bersama Ryder, di tahan oleh Edward. Terpaksa dia harus berada di rumah saja menunggu Ryder menyelesaikan pekerjaannya.Ryder tiba di depan gerbang desa, memeriksa rumah sakit yang menampung para korban keracunan. Sekitar 100 orang lebih terbaring lemah dengan wajah pucat pasi. Ryder segera meminta bantuan Billy untuk memeriksa sumber masalah. "Kami makan dengan teratur, saat anak-anak membawa sebotol air dari sungai yang ada di ujung desa, kami mulai muntah dan pusing karena mengkonsumsi cukup banyak," terang seorang pria."Gildan, memberi tahu kami bahwa sungai itu sepertinya tercemar oleh sesuatu dari hutan perbatasan. Tuan, tolong kami untuk menyelesaikan masalah ini," sosor seorang wanita tua."Gildan? Siapa yang anda maksud?" tanya Ryder."Dia seorang peramal muda dengan badan besar seperti anda t
Keringat dingin mengalir begitu banyak di dahi Ryder, kegugupan luar biasa itu membuatnya ingin terus buang air kecil. Daren dan Billy sudah kelelahan memperbaiki baju dan dandanan Ryder yang selalu berantakan. Di tempat lain, Freya sudah siap dengan gaun panjang yang indah berwarna biru muda seperti langit. Bayi kecil tertidur dalam gendongan Lilian, sementara Layla mengajak Freya mengobrol untuk menghilangkan kegugupannya. "Nona, sebentar lagi anda harus berjalan menuju altar. Silahkan bersiap," ucap seorang pengawal."Tuan, silahkan menuju altar, karena sumpah pernikahan akan segera berlangsung," kata seorang pengawal.Ryder mengambil kedua pedangnya, memantapkan hatinya dan berjalan menuju altar diikuti oleh dua orang pengawal. Setelah beberapa menit, semua orang berdiri menyambut mempelai perempuan. Ryder berbalik ke arah pintu, melihat gaun biru yang menyejukkan mata. Nafasnya tercekat, senyum indah di wajah Freya membuat Ryder terpaku, tak bisa berpaling sedikitpun. Perempuan
"Ryder selamat yah, kamu telah resmi menjadi suami Freya,"Ryder terbangun dari tidurnya, dia tertawa kecil dan memijit pelipisnya karena bermimpi menikah dengan Freya. "Haaa, sepertinya aku menjadi gugup karena waktunya sudah dekat," lirih Ryder sambil menghela nafas panjang.Ryder bangkit dari tempat tidurnya, menghirup udara pagi yang segar. Kejadian yang terjadi kemarin cukup membuat Ryder terguncang, tapi dia harus lebih berusaha lagi agar bisa sepenuhnya menjaga Freya dan Bayi kecil. Billy membawa secangkir teh, di ikuti oleh Freya dan Bayi kecil mendekat ke arah Ryder."Freya, apa kamu sudah merasa baikan?" tanya Ryder sembari mengambil Bayi kecil dari gendongan Freya."Aku baik-baik saja Ryder, kamu tampak pucat. Apa perlu aku buatkan obat herbal untukmu?" jawab Freya."Tidak perlu, aku hanya kurang istirahat saja. Besok adalah hari bahagia kita. Aku ingin membuatnya segera terjadi, ini adalah bukti dari rasa cintaku padamu," bisik Ryder.Freya tertawa kecil, lalu pergi membe
Daren menepuk pundak Ryder, menyadarkannya untuk tidak terhanyut dalam emosi dan berpikir lebih tenang. Freya yang terus menangis, tertidur di dalam pelukan Layla. Saat Layla dan Lilian membawa Freya ke kamarnya, Ryder keluar dari rumah dan mencari apakah ada seseorang yang sedang memata-matai mereka."Tuan, saya akan membawa beberapa pengawal untuk berjaga di sekitar rumah ini," ujar Billy."Tidak, aku yang akan mencari langsung perempuan itu dan menghabisinya," tekan Ryder."Hey tenanglah kawan, Freya tidak menginginkanmu melakukan hal segila itu," sela Daren.Ryder melacak sekitarnya, mencari sisa aura yang ada tapi nihil. "Lebih baik kita berpencar, aku akan pergi lebih dulu," ucap Ryder berlari secepat kilat."Huh, tidak ada petunjuk sama sekali-"Daren berhenti, dia mendengar suara rumput yang terinjak di bagian pohon belakang rumah. Dengan tersenyum kecil, Daren menarik lengan Billy menjauh dari rumah. Billy yang kesal, melepaskan pegangan Daren
Ryder melepas tangan Freya pelan, lalu berjalan ke arah pria tersebut. Meskipun perasaannya sangat kesal mendengar ucapan pria itu, Ryder harus tetap bijaksana dalam mengurus semua hal berkaitan penduduknya.“Permisi tuan, Aku sebagai Pemimpin wilayah ini merasa keberatan dengan ucapan anda. Melihat, anda sepertinya bukanlah orang yang menyaksikan perang yang terjadi di wilayah perbatasan. Anda tidak berhak mengatakan hal sekeji itu kepada calon istriku,” tekan Ryder.“Tu-tuan penguasa, saya merasa kasihan pada anda yang tertipu oleh perempuan itu. Tapi-”“Billy, beri tuan ini sedikit pelajaran tentang apa yang terjadi pada saat perang di perbatasan. Dan, untuk penduduk sekalian, Freya adalah perempuan yang menjadi seorang prajurit demi wilayahnya, sebagai seorang pemimpin dan perempuan dia telah menanggung banyak tanggung jawab. Jadi, perhatikan mulut kalian saat ingin berkata kepadanya,” tegas Ryder.Billy menerima perintah tuannya, dia segera pergi menyeret pria itu menjauh bersama