Para kandidat, mengikuti banyak pelatihan dan tanding bertarung. Seminggu telah berlalu, kandidat Brian yang memiliki nilai unggul dan selalu mendapat pujian dari para pengawas. Hal itu membuat para kandidat lain merasa cemburu dengannya, Jack yang awalnya sangat menghormati Brian perlahan menjauh dan tidak menyapanya lagi. Brian terkucilkan, tapi Gavin menemaninya setiap saat hingga mereka berdua menjadi sahabat. "Kamu menuduhku? Bukankah kita sahabat?!" seru Brian sedih.Kemalangan menimpa Brian, mengharuskannya menerima peradilan dari para pengawas pemilihan, yang mengancam posisinya sebagai kandidat dengan nilai tertinggi. Insiden itu terjadi beberapa waktu lalu adalah, Brian dituduh melecehkan kandidat perempuan dan seluruh pemimpin kandidat mengatakan hal tersebut benar. Brian menyatakan bahwa itu hanyalah salah paham karena, Brian hendak membantu perempuan itu untuk berdiri saat jatuh ke tanah saat berpapasan menuju perpustakaan. "Tuan, aku sama sekali tidak melakukan hal itu
Semua orang yang hadir di aula segera duduk, Freya dan bayi kecil duduk berdampingan dengan putri dari keluarga Ferzion. Rapat peradilan, untuk menyelesaikan kasus pelecehan yang di lakukan oleh kandidat Brian akan berlangsung. Kehadiran dari Tuan Ferzion dan putrinya membuat suasana sedikit suram, bagaimana tidak jika Tuan Ferzion menolak hasil rapat maka terjadilah kekacauan di aula.Billy berdiri di belakang Freya, atas perintah Ryder. Rapat di mulai, pihak korban lebih dulu mengutarakan kejadiannya. Lalu, di lanjutkan oleh Brian sebagai tersangka. Kedua cerita dari masing-masing pihak sangat bertolak belakang, membuat orang bingung siapa yang sebenarnya salah.Putri keluarga Ferzion sekali lagi menatap Freya tajam, membuat Freya sedikit khawatir. "Layla, bisakah kau pergi ke kamar Ryder dan menjaga Bayi kecil disana. Aku tidak ingin bayiku kelelahan," bisik Freya."Baiklah, aku akan kembali saat makan siang tiba nanti," jawab Layla berbisik kecil.Ryder berdiri dari duduknya, mem
Seminggu telah berlalu, pemilihan kandidat menjadi pemimpin wilayah resmi di batalkan tanpa adanya konflik sedikit pun. Itu membuat Ryder sedikit terkejut, karena para tetua percaya padanya. Ryder yang telah merencanakan kan untuk pergi dan mencari kehidupan damai, malah menerima gelar sang penguasa selatan yang melegenda. Ketika mengingat kejadian itu, Ryder sangat malu. Kegemberiaan dari para penduduknya begitu hangat, terpatri di hati Ryder. "Tuan Penguasa melegenda, apakah anda ingin pergi berjalan-jalan bersamaku?" ledek Freya."Arggh Freya, aku tidak ingin mengungkit kejadian memalukan itu lagi?" keluh Ryder."Hahahaha kenapa kamu memasang wajah malas itu?! Ayoo cepat bangun dan pergi bekerja!!" teriak Freya semangat."Aku sedang libur, bisakah kamu tenang dan menemaniku disini," rayu Ryder."Aku harus pergi ke pasar untuk membeli perlengkapan bayi kecil," ucap Freya."Apakah bayi kecil belum memiliki nama sampai saat ini?!" sery Ryder kaget."Iya, karena nama seseorang itu ad
Sudah tiga hari sejak Ryder menjanjikan pada Freya untuk menyiapkan pernikahan dalam kurun waktu 2 minggu saja. Wajah kurus dan mata hitam, Ryder berjalan sempoyongan sambil menahan ngantuk karena harus menyelesaikan laporan wilayah, untuk bisa fokus selama seminggu mempersiapkan pernikahan."Tuan Ryder, anda salah masuk ruangan. Biar saya yang menuntun anda, sepertinya malam ini akan menjadi malam terakhir anda berjuang dengan laporan ini sementara waktu," ucap Billy."Diamlah, aku tidak ingin mendengar ucapanmu," kesal Ryder."Ryder!! Apa kamu sudah makan malam?" teriak Freya yang baru saja muncul.Mata Ryder langsung berbinar, dan memeluk Freya dengan erat. Wangi dari sabun menyeruak ke dalam pikiran Ryder, hingga suara dengkurannya yang terlelap membuat Freya dan Billy bingung."No-nona, sepertinya tuan sangat merindukanmu hehe," lirih Billy canggung.Freya tersenyum, lalu memapah tubuh Ryder bersama Billy untuk menidurkannya di sofa."Nona, bisakah aku bertanya. Ini tentang perni
Ryder melepas tangan Freya pelan, lalu berjalan ke arah pria tersebut. Meskipun perasaannya sangat kesal mendengar ucapan pria itu, Ryder harus tetap bijaksana dalam mengurus semua hal berkaitan penduduknya.“Permisi tuan, Aku sebagai Pemimpin wilayah ini merasa keberatan dengan ucapan anda. Melihat, anda sepertinya bukanlah orang yang menyaksikan perang yang terjadi di wilayah perbatasan. Anda tidak berhak mengatakan hal sekeji itu kepada calon istriku,” tekan Ryder.“Tu-tuan penguasa, saya merasa kasihan pada anda yang tertipu oleh perempuan itu. Tapi-”“Billy, beri tuan ini sedikit pelajaran tentang apa yang terjadi pada saat perang di perbatasan. Dan, untuk penduduk sekalian, Freya adalah perempuan yang menjadi seorang prajurit demi wilayahnya, sebagai seorang pemimpin dan perempuan dia telah menanggung banyak tanggung jawab. Jadi, perhatikan mulut kalian saat ingin berkata kepadanya,” tegas Ryder.Billy menerima perintah tuannya, dia segera pergi menyeret pria itu menjauh bersama
Daren menepuk pundak Ryder, menyadarkannya untuk tidak terhanyut dalam emosi dan berpikir lebih tenang. Freya yang terus menangis, tertidur di dalam pelukan Layla. Saat Layla dan Lilian membawa Freya ke kamarnya, Ryder keluar dari rumah dan mencari apakah ada seseorang yang sedang memata-matai mereka."Tuan, saya akan membawa beberapa pengawal untuk berjaga di sekitar rumah ini," ujar Billy."Tidak, aku yang akan mencari langsung perempuan itu dan menghabisinya," tekan Ryder."Hey tenanglah kawan, Freya tidak menginginkanmu melakukan hal segila itu," sela Daren.Ryder melacak sekitarnya, mencari sisa aura yang ada tapi nihil. "Lebih baik kita berpencar, aku akan pergi lebih dulu," ucap Ryder berlari secepat kilat."Huh, tidak ada petunjuk sama sekali-"Daren berhenti, dia mendengar suara rumput yang terinjak di bagian pohon belakang rumah. Dengan tersenyum kecil, Daren menarik lengan Billy menjauh dari rumah. Billy yang kesal, melepaskan pegangan Daren
"Ryder selamat yah, kamu telah resmi menjadi suami Freya,"Ryder terbangun dari tidurnya, dia tertawa kecil dan memijit pelipisnya karena bermimpi menikah dengan Freya. "Haaa, sepertinya aku menjadi gugup karena waktunya sudah dekat," lirih Ryder sambil menghela nafas panjang.Ryder bangkit dari tempat tidurnya, menghirup udara pagi yang segar. Kejadian yang terjadi kemarin cukup membuat Ryder terguncang, tapi dia harus lebih berusaha lagi agar bisa sepenuhnya menjaga Freya dan Bayi kecil. Billy membawa secangkir teh, di ikuti oleh Freya dan Bayi kecil mendekat ke arah Ryder."Freya, apa kamu sudah merasa baikan?" tanya Ryder sembari mengambil Bayi kecil dari gendongan Freya."Aku baik-baik saja Ryder, kamu tampak pucat. Apa perlu aku buatkan obat herbal untukmu?" jawab Freya."Tidak perlu, aku hanya kurang istirahat saja. Besok adalah hari bahagia kita. Aku ingin membuatnya segera terjadi, ini adalah bukti dari rasa cintaku padamu," bisik Ryder.Freya tertawa kecil, lalu pergi membe
Keringat dingin mengalir begitu banyak di dahi Ryder, kegugupan luar biasa itu membuatnya ingin terus buang air kecil. Daren dan Billy sudah kelelahan memperbaiki baju dan dandanan Ryder yang selalu berantakan. Di tempat lain, Freya sudah siap dengan gaun panjang yang indah berwarna biru muda seperti langit. Bayi kecil tertidur dalam gendongan Lilian, sementara Layla mengajak Freya mengobrol untuk menghilangkan kegugupannya. "Nona, sebentar lagi anda harus berjalan menuju altar. Silahkan bersiap," ucap seorang pengawal."Tuan, silahkan menuju altar, karena sumpah pernikahan akan segera berlangsung," kata seorang pengawal.Ryder mengambil kedua pedangnya, memantapkan hatinya dan berjalan menuju altar diikuti oleh dua orang pengawal. Setelah beberapa menit, semua orang berdiri menyambut mempelai perempuan. Ryder berbalik ke arah pintu, melihat gaun biru yang menyejukkan mata. Nafasnya tercekat, senyum indah di wajah Freya membuat Ryder terpaku, tak bisa berpaling sedikitpun. Perempuan