Berita pernikahan Levon dan Rose tersebar dengan cepat. Media-media ternama mulai menyorot berita pernikahan ini karena mereka berdua adalah karyawan perusahaan Leo Group. Media mapun televisi di seluruh dunia berlomba-lomba meliput dan menayangkan berita apa saja yang berkaitan dengan perusahaan ternama itu.
Berita pernikahan ini juga terdengar oleh Fletcher yang mendekam di dalam penjara. Perasaan kesal, benci, marah, dan dendam menjadi satu. Ia sangat terpukul mendengar pernikahan Levon dengan Rose.
“Ini tidak mungkin! Tidak mungkin!” raung Fletcher sambil memukul jeruji besi, lalu tangannya mengacak dan meanarik rambutnya dengan penuh amarah. Kehidupannya saat ini jauh dari apa yang dibayangkan. Dulu ia adalah direktur keuangan di perusahaan ternama, tapi kini ia hanya sampah masyarakat yang akan menghabiskan 15 tahun berikutnya di dalam penjara.
“Mengapa hidupku jadi seperti ini?” tanya Fletcher pada dirinya sendiri. Raut wajahnya me
Levon dan Rose hanya bekerja setengah hari. Mereka pulang dengan senyuman indah menatap pernikahan esok hari. Levon juga memberitahu pada Rose bahwa keluarganya sudah datang dan berada di rumah sewanya.Rose mempercepat laju mobilnya, tidak sabar ingin bertemu dengan calon mertua dan adik iparnya. Setiba di rumah sewa Levon, Rose semakin melebarkan senyuman ketika melihat dua orang gadis cantik yang bersenda gurau di depan rumah.“Itu pasti adikmu?” tebak Rose.“Tebakanmu benar, Rose,” jawab Levon dengan tatapan bangga pada kedua adik angkatnya.“Mereka sangat cantik,” puji Rose pada Olivia dan Arlina yang mendekat ke mobil.“Mereka juga pendiam. Jadi kau harus bisa menjadi sahabatnya,” ungkap Levon pada Rose yang mulai membuka pintu mobil. Rose mengangguk, ia tahu harus berbuat apa agar calon adik ipar cepat akrab dengannya.“Hei! Pasti kalian adiknya kak Levon ya?” tanya Ros
Levon tersenyum miring, “Jika kalian melapor, Rose pasti mengincar nyawa kalian. Dan mau tidak mau aku harus melindungi kalian, tapi dampaknya mungkin akan buruk. Rose pasti curiga kalau kalian bukan orang sembarangan. Tidak mungkin orang tua dari anak supervisor cleaning service mempunyai pelindung. Rose pasti curiga ada Tuan Leo dibalik semua ini dan ada sesuatu yang harus dia selidiki. Bukan suatu kebetulan jika Tuan Leo selalu menolong Levon dan orang tuanya dari ancaman orang lain.” Levon menjelaskan dengan tatapan serius dan tetap mempertahankan volume suara agar tidak terdengar oleh Rose yang sedang memasak di dapur. Jarak antara ruang tamu dan dapur di rumah sewa ini tidak terlalu jauh. Jika mengeraskan suara, pasti akan terdengar. “Jadi apa rencana kita, Tuan?” tanya Emma. “Fletcher sangat mencintai Rose. Dia tidak rela Rose menjadi milikku. Dia akan tetap berusaha memisahkan kami, karena aku sangat yakin Fletcher tidak tahu kalau orang yang membebaskan diri
Setelah makan siang bersama yang diselimuti oleh sebuah canda tawa dan kehangatan sebuah keluarga, Rose izin pulang terlebih dahulu. Ia akan datang lagi nanti malam untuk menjemput Levon dan keluarganya.Ketika Rose benar- benar pergi, Levon langsung memasang wajah serius dan memberikan titah pada Azmir dan Emma untuk menghubungi sebagian orang-orang kepercayaannya agar berkumpul di mansion secepatnya.***Di mansion, lebih dari 100 orang kepercayaan Levon berkumpul di ruangan khusus kedap suara dengan duduk rapi di lantai. Sementara itu, Levon, Amelia, Pulisic, dan keluarga setingannya duduk di sofa menghadap ke arah mereka.“Terima kasih kalian sudah datang dengan cepat di pertemuan mendadak ini. Aku meminta kalian datang kesini agar aku bisa meminta tolong secara langsung pada kalian,” kata Levon memulai pembicaraan dengan sangat santai dan tersenyum sambil mengedarkan pandangan ke semua orang kepercayaannya yang.“Siap! Kami sia
Sebuah mobil pengantin berwarna hitam yang diiringi mobil rombongan lainnya sedang menuju gedung mewah yang terletak di tengah-tengah Kota New York. Di gedung itu sudah penuh dengan karangan bunga ucapan selamat untuk kedua mempelai pengantin.Selamat menikah Azmir Levon dan Elza Rose. Semoga anda mendapatkan cinta dan kebahagiaan seumur hidup.Banyak dari berbagai pihak yang mengirimkan karangan bunga ucapan selamat untuk Levon dan Rose. Banyak orang-orang penting di Negara ini yang hadir ke pernikahan mereka. Media-media ternama juga meliput pernikahan ini, apalagi mengetahui fakta bahwa Elza Rose adalah anak dari pemilik perusahaan insudtri kimia milik Frankie Robert.Dengan balutan gaun pernikahan yang selaras berwarna putih, Levon terlihat gagah menggandenng Rose yang tampak begitu cantik dan anggun. Mereka menyusuri jalan menuju pelaminan dengan melemparkan senyuman kepada para tamu yang datang.“Pernikahan ini seharusnya tidak pernah terjadi,
Amelia dan Pulisic bergerak dengan cepat setelah menerima pesan dari Levon. Mereka menyuruh orang kepercayaan Levon lebih memperketat dan mengawasi pabrik yang ada di New York. Mereka juga datang untuk memantau secara langsung pabrik itu. Saat tiba di pabrik, karyawan yang bekerja shift malam terkejut. Bahkan di antaranya terlihat gelisah. “Bukankah dia kerjanya sift pagi?” tanya Amelia pada Pulisic dengan memberi kode lewat matanya menunjuk salah satu karyawan yang terlihat jelas gerak-geriknya tidak tenang. “Nona benar. Dia pasti anak buahnya Rose,” jawab Pulisic dengan tatapan geram ke arah karyawan itu. Rose mendekati karyawan itu dengan berusaha tetap bersikap santai, Pulisic pun mengikuti dari belakang. “Hei siapa namamu?” sapa Amelia pada karyawan itu. Karyawan itu sedikit gugup, “Brandon ... Nama saya Brandon, Nona.” “Bukankah kau bekerja di pagi hari?” tanya Amelia penuh selidik. “Itu ...S-saya gantian de
“Apakah kau ingin mengatakan sesuatu, Hubert?” Yang tadinya Amelia menatap tajam pada Hubert, kini ia menatapnya dengan tatapan biasa. Amelia berharap Hubert mengakui semua kejahatan Rose. “Saya kecewa ...” Hubert menghentikan ucapannya, ia bagai masih berpikir kalimat selanjutnya yang harus diutarakan. Amelia tersenyum tipis, ia yakin Hubert akan mengungkapkan kejatahan Rose. Pulisic juga memasang telinga lebar-lebar, meski ia masih sibuk menghahajar karyawan itu. “Saya kecewa padanya karena dia sudah berniat ingin memotong salah satu pipa kondensat. Di harus dihukum!” Hubert berteriak menunjuk karyawan itu. Amelia kecewa dengan jawaban yang diberikan oleh Hubert. Amelia melihat mata Hubert penuh kebohongan. “Bukankah itu tugasmu mengawasi karyawan yang ada di pabrik?” tanya Amelia dengan tatapan tajam pada Hubert. Amelia benar-benar kecewa karena Hubert tidak berterus terang. Hubert menoleh dan detik berikutnya menunduk dengan
Levon tersenyum licik saat melihat meja yang ditempati mereka masih tersisa satu kursi kosong. Levon menoleh pada Jack yang ada di sampingnya.“Jack! Bawakan segelas whisky nomor satu untukku. Di meja itu masih ada satu kursi yang kosong. Aku akan berpura-pura mabuk dan duduk di tempat itu. Kau juga harus berakting agar mereka percaya,” kata Levon dengan suara lirih.“Tuan tenang saja, itu keahlianku,” respon Jack. Lalu, ia berjalan memesan segelas whisky dengan dosis alkohol yang paling tinggi.Tak butuh waktu lama, Jack datang membawa segelas whisky dan menyodorkan pada Levon, “Ini, Tuan.”“Terima kasih, Jack.” Levon tidak meminum segelas whisky itu, melainkan hanya berkumur-kumur dan membuangnya kembali ke gelas.Jack mengembalikan gelas itu, lalu mengikuti Sang Tuan dari belakang. Levon mulai berakting dengan berjalan gontai ke arah meja dimana Rose berada.“Halo Tuan dan Nona,&
Rose yang tepat berada di samping Levon, mundur ke sisi meja lainnya karena ketakutan. Ketiga anak buahnya tanpa disuruh mendekat dan siap menghajar pria bertopeng. Rose dan Frankie tidak sadar bahwa pria bertopeng itu adalah Levon. Meskipun terlihat marah, Levon tetap menyamarkan suaranya dengan suara besar sedikit serak. Melihat ketiga orang suruhan Rose mendekat, tatapan mata Levon semakin menyala dengan menggertakkan giginya pada mereka. Namun, itu tak bertahan lama. Di detik berikutmya ia langsung menangis dan meracau kembali. “Aku akan bunuh anjingku karena mereka mengejekku.” Levon meracau dengan menangis sejadi-jadinya, membuat semua orang yang tadinya ketakutan, kini menertawakan Levon. Ketiga orang suruhan Rose pun juga menghentikan langkahnya dan tertawa lepas. Levon langsung duduk kembali dengan kepala ambruk di atas meja. “Dasar, pria gila,” kata Rose dengan senyuman sinis sambil duduk kembali di samping pria bertopeng. Le
Air mata Angelina mengalir deras, menumpahkan semua kesedihannya. Kalimatnya barusan diucapkan secara sadar. Ia siap mati, Jika dengan nyawanya bisa membuat Amelia kembali ke jalan yang Sementara itu, Amelia sangat terkejut. Tanpa dugaannya sama sekali, Angelina mengetahui identaitasnya. “Nona Amelia? Aku Ketty ... Namaku Ketty, bukan Nona Amelia,” ucap Amelia masih belum mengaku. “Sudahlah, Nona. Buka topengmu. Jika kau ingin membunuhku, silahkan saja. Aku tidak akan melawannnya,” kata Angelina pasrah. Amelia mulai cemas. Ia mulai curiga bahwa Angelina datang bersama dengan Levon dan orang-orang kepercayaannya. “Aku bukan Nona Amelia!” teriak Amelia. “Aku Ketty ... Aku memanggilmu kesini untuk menyelesaikan masalahku. Tapi kau justru berpihak pada wanita itu.” Amelia masih mempertahankan penyamarannya. Lalu ia berjalan cepat ke arah sudut pintu. Ia melihat layar pengintai aktifitas di luar, depan dan sekitar kamarnya. Tidak ada siapa-siapa, batinnya. Lalu ia kembali memutar ba
“Sayang sekali, padahal kue ini sangat enak,” ucap Amelia sambil meletakkan kue itu ke wadahnya“Em kalau begitu, makanlah,” kata Angelina setengah mengetes.“Ah aku sudah kenyang ... aku sudah banyak menghabiskan kue ini,” kilah Amelia tersenyum paksa, menutupi rasa kesalnya.“Ow ya, Ketty. Rumahmu dimana?” tanya Angelina.“Hemmm dekat dengan mansion Tuan Leo,” jawab Amelia.“Apa Tuan Leo mengenalmu?” tanya Angelina memancing.“Emmm tidak ... Tuan Leo tidak mengenalku,” kilah Amelia. “ow ya lanjutkan pembahasan yang tadi ... Jadi bagaimana menurutmu? Apa aku harus mengalah?”“Terkadang kita harus mengalah demi kebahagiaan orang yang kita cintai,” jawab Angelina bijak. “Tapi aku tidak sudi wanita iblis itu merebut orang yang aku cintai ... Hanya aku yang pantas mendampinginya, bukan wanita iblis itu,” respon Amelia sedikit emosi. Tatapan tajamnya mulai diperlihatkan pada Angelina. “tunggu ... Apa itu artinya kau mendukung wanita itu merebut pujaan hatiku?” tanyanya.Angelina menghela
“Ya, Tuan.” Angelina mengangguk dengan tatapan serius “aku siap kehilangan nyawa asal Nona Amelia kembali menjadi orang baik. Karena aku memang salah.”Mendengar itu, Levon terharu. Ia menatap Angelina dengan tatapan bangga. Jack dan teman-temannya pun merasakan hal yang sama.“Aku tidak salah memilih calon istri ...” ucap Levon dengan tatapan lembut. Lalu ia mengambil ponsel Angelina. “Aku tidak akan membiarkan calon istriku celaka.”Angelina meneteskan air mata, lalu ia spontan memeluk Levon.“Tuan, aku stress. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku ingin sekali menjadi istri Tuan, tapi disisi lain ... aku kasihan pada Nona Amelia. Aku tidak mau merebut Tuan darinya,” kata Angelina menangis dalam pelukan Levon. Lalu ia melepas pelukannya dan mendongak menatap penuh arti pada calon suaminya itu. “Menikahlah saja dengan Nona Amelia, Tuan.”“Aku menyayangi Amelia. Dia adikku, dan selamanya statusnya tidak berubah ... Sementara kau, Angel. Kau adalah calon istriku,” respon Levon tersenyu
Dengan pakaian khas pria bertopeng, Amelia menunggu di salah satu kamar apartemen British, kira-kira jarak tempuhnya sekitar satu jam dari apartemen Hoston. Amelia sudah menyelipkan sebuah pisau di sela-sela lubang sofa. Ia juga mencampurkan racun di makanan ringan berupa kue keju yang ada di atas meja. “Leo sudah berbohong padaku, Angelina tidak pulang ke Washington.” Angelina sangat marah, ia sudah tidak sabar ingin bertemu gadis itu dan segera membunuhnya. “Aku pastikan hari adalah hari terakhirnya bisa bernapas!” Sementara itu, Jack bergerak cepat setelah menerima pesan dari Levon. Ia melacak nomor ponsel yang diberikan Sang Tuan. “kamar nomor 987,” ucap temannya pada Jack setelah berhasil melacak keberadaan pemilik nomor itu. Jack dan teman-temannya menyusuri setiap lorong, menaiki lift untuk sampai ke kamar teratas yang ada di apartemen British. Salah satu di antara mereka menyamar sebagai cleaning service, namanya Sancho. TOK! TOK! Sancho mengetok pintu kamar Amelia, se
Levon tampak duduk di kursi ruangan makan yang ada di apartemen Hoston. Ia sudah janjian dengan Angelina untuk makan bersama.“Hem dia sangat cantik,” gerutu Levon ketika melihat Angelina datang. Ia memandangi penampilan gadis itu dari atas sampai bawah. Kecantikannya sangat natural.“Tuan sudah menunggu lama?” tanya Angelina sambil menarik kursi makan yang menghadap Levon.“Hemm dua menit yang lalu,” jawab Levon. lalu ia memanggil waitress“Mau makan apa, Angel?” tanya Levon, Angelina pun mengamati daftar menu makanan dan minuman yang ada di hadapannya.“Tuna sandwich, terus minumannya emmm ...lemon tea.”“Dua tuna sandwich, dua lemon tea,” ulang Levon pada waitress yang berdiri di samping meja makan mereka.“Baik, mohon ditunggu.”Angelina terkekeh pelan, “Kenapa Tuan memesan menu yang sama?”“Karena sebent
Amelia turun dari atas dan bepura-pura tidak mengetahui apa-apa. Dengan mengenakan pakaian olaharaga, ia menghampiri mereka.“Hai,” sapa Amelia ramah. “Selamat pagi semuanya.”“Pagi,” jawab mereka bersamaan.“Mau kemana, nak?” tanya Emma perhatian. Sebenarnya ia merasa kasihan dan tidak tidak tega mendengar keputusan Levon mengirim sepupunya itu kembali ke Turki.“Mau olahraga, Anne,” jawab Amelia. “Ya udah dulu, lanjutkan obrolan kalian.”Amelia berjalan ke luar mansion. Ia ingin melarikan diri tanpa naik mobil karena orang-orang kepercayaan Levon ada dimana-mana.Pandangannya mengawasi sekitar jalan. Dirasa aman, ia meyetop taksi yang kebetulan lewat.“Nona Amelia?” tanya supir taksi itu setelah tahu siapa penumpangnya.“Hem antarkan aku ke toko pakaian terdekat,” titah Amelia. “cepat, aku terburu-buru.”“B
“Arg! Sial!” teriak Amelia menghempaskan tubuhnya ke kasur sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Lalu ia berdiri lagi dan mulai merusak barang-barang miliknya di kamar itu.“Leo!” teriaknya lagi penuh emosi. Kali ini ia mengacak-acak sprei kasur. “Apa kau menginginkan aku mati? Kenapa kau tak mencegahku, Leo? Kenapa kau malah mengantar wanita iblis itu pulang?”Angelina sangat marah karena setelah mengirim video itu, Levon justru tidak panik dan berusaha datang menemuinya.“Leo!” teriakannya lebih kencang hingga suaranya serak. “gara-gara wanita iblis itu, kau jauh dariku!”Sementara itu Levon sudah sampai di mansion. Kedatangannya ditemui Emma.“Leo kenapa pulang? Dimana Angel? Bukannya kau mengantarkan Angel ke Washington?” tanya Emma cemas.“Tidak, Anne. Leo mengantarnya ke apartemen Hoston. Sementara waktu dia lebih baik tinggal di sana sampai keadaan di mans
Amelia mengirimkan sebuah video yang memperlihatkan dirinya sedang melakukan aksi percobaan bunuh diri dengan cara memakan serbuk sabun cuci.“Ada apa, Leo?” tanya Emma sekilas melihat perubahan ekspresi wajah Levon.“Hem tidak ada apa-apa, Anne,” kilah Levon. Beruntung ia barusan menekan mute suara di ponselnya.“Hem Anne kira ada sesuatu.”Levon menggelengkan kepala. Lalu pandangannya bergeser ke arah Angelina. “Ow ya, Angel. Aku akan mengantarmu pulang.”“Tidak perlu, Tuan. Aku minta bantuan pada Fred saja,” respon Angelina menolak. Ia berusaha menghindar dari Levon.“Biarlah Levon yang mengantarmu pulang, Angel,” kata Emma.“Tidak perlu ....” Angelina berhenti berbicara ketika Emma menatapnya dengan isyarat dirinya tidak boleh menolak dihantar Levon. “Baik, Anne.”Malam ini aja aku menuruti permintaan Anne. Setelah ini aku akan m
“Nona, jangan lakukan itu.” Yang tadinya Angelina diam seribu bahasa, akhirnya bersuara. Tatapannya penuh rasa bersalah. “Aku tidak akan menerima perjodohan ini. Maafkan aku ... aku gadis yang tidak tahu diri. Seharusnya dari dulu aku tidak hadir dalam keluarga Tuan Leo.” “Jika kau menyadari semua kesalahanmu, pergilah sekarang juga!” bentak Amelia pada Angelina dengan sorot mata tajam. “Jika kau tidak ingin melihatku mati, pergilah sejauh mungkin dan jangan perlihatkan wajahmu lagi! Kalau perlu pindah Negara!” Angelina meneteskan air mata, “Baik, Nona. Aku akan pergi dari kehidupan Tuan Leo. Aku akan menjauh dari Tuan Leo ... Maafkan semua kesalahanku. Sejujurnya aku tidak pernah punya niat merebut Tuan Leo dari Nona.” Angelina pun berlari ke kamarnya dengan tangisan, sedangkan sedari tadi tatapan tajam Levon tetap menyorot pada Amelia. “Menikahlah denganku, Leo. Aku janji akan menjadi istri yang baik untukmu,” ucap Amelia dengan buliran tangisan, me