Angelina sampai di mansion Tuan Leo. Di depan pintu gerbang ada dua penjaga yang sudah menyambut kedatangannya.
“Selamat siang, Nona Angelina” sapa dua pejaga itu dengan ramah.
“Siang. Kalian tahu namaku?” tanya Angelian tersenyum.
“Kami melihat Nona di televisi. Dan Tuan Leo menyuruh kami untuk menyambut kedatangan Nona,” jawab salah satu penjaga. “Mari, Nona. Saya antar ke dalam.”
Angelina tetap diam di tempat, “Apakah Tuan Leo sekarang ada di perusahaan?”
“Ya, Nona. Tuan Leo ada di perusahaan. Memangnya kenapa, Nona?” tanya salah satu penjaga.
“Saya ingin menemui Tuan Leo. Saya langsung ke sana saja ya, pak.”
“Tapi, Nona masih capek. Nona harus istirahat dulu.”
“Hem saya tidak capek sama sekali. Selama perjalanan saya tidur pulas,” kilah Angelina. Ia tidak sabar ingin bertemu dengan pujaan hatinya.
“Baiklah, jika itu yang Nona mau.. Tapi, Nona jangan bilang pada Tuan Leo kalau kami tidak menawarkan Nona untuk
“Hei satpam yang sombong! Jika Tuan Leo tahu anda mengatakan aku orang gila, pasti Tuan Leo memarahimu,” ucap Angelina menakut-nakuti si satpam, tetapi malah membuat si satpam dan Levon terkekeh pelan. “Hei Nona, sepertinya Nona harus periksa ke dokter. Mungkin Nona sedang sakit. Sudah kubilang Tuan Leo tidak ada, Nona masih saja mengkhayal.” Si satpam berhenti sejenak sebelum melanjutkan ucapannya lagi. “Ah saya baru ingat. Bukankah Nona adalah anak dari Nyonya Katerine? Jadi ini alasanya Nona mengkhayal.”Si satpam mengangguk-nganguk sambil terkekeh pelan dengan tatapan kasihan pada Angelina. “Apa maksudmu?” tanya Angelina mengerutkan kening. “Setelah Tuan Leo datang meresmikan perusahaan keluarga Nona ... Nona pasti mengkhayal bertemu setiap hari dengan Tuan Leo. Sampai-sampai membuat nomor palsu di ponsel Nona,” jawab si satpam terkekeh pelan, membuat Angelina mendengus kesal. “Percuma meladeni anda,” ucap Angelina menatap malas pada si satpa
Di mansion, Angelina mondar-mandir menunggu kedatangan Tuan Leo. Padahal ia belum beristirahat sama sekali. “Sungguh menyebalkan. Semua orang seolah-olah menyembunyikan Tuan Leo dariku,” gerutu Angelina kesal sambil menyusuri setiap ruangan mansion yang begitu luas. Bola matanya mengedarkan pandangan ke setiap dinding, lemari, dan benda lainnya. Berharap menemukan foto Tuan Leo. Ia sangat penasaran dengan wajah sang pujaan hati. “Apakah Tuan Leo tidak memajang fotonya sama sekali? Pasti dia hanya memajang di kamarnya saja.” Di titik ini, Azmir dan Emma ke luar dari kamar dan mendapati Angelina yang mondar-mandir dengan wajah kesal. “Angelina?” sapa Emma, seketika Angelina menoleh. “Oma.” Angelina spontan menerbitkan senyuman dan menghampiri Azmir dan Emma. “Semenjak kapan gadis cantik ini ada disini?” tanya Emma senang sambil memegang lembut pipi Angelina. Angelina tersipu malu mendapat pujian dari orang tua pujaan hatinya,
“Apa maksudmu, Leo? Jangan bercanda. Mana mungkin kau memutuskan sepihak. Kemarin kau sendiri yang menyuruh Angel menjadi sekretaris pribadimu, tetapi sekarang kau malah membatalkannya. Selama ini kau tidak pernah ingkar janji, jadi jangan membuat Angelina kecewa.” Emma mengomel panjang lebar sambil menjewer pelan telinga Levon. Angelina masih terdiam dan memilih menunggu jawaban dari sang pujaan hatinya. Sejujurnya ia shock karena tiba-tiba Levon membatalkan kesepakatan ini. Ia sangat senang bisa dekat dengan Sang Tuan, tetapi keputusan tadi membuatnya sedih. “Aduh, aduh, Anne. Ampun. Dengarkan dulu penjelasan Leo,” ucap Levon pura-pura sakit. Dalam hatinya ia terkekeh melihat sikap yang ditunjukkan Anne. Jika Anne sudah bersikap aneh, maka ada sesuatu yang diinginkannya. Emma berhenti menjewer telinga Levon. Tatapannya sangat serius, “Tidak mau tau apapun alasannya. Angelina harus tetap menjadi sekretaris pribadimu. Ini keputusan Anne.” Levon tersen
Kenny Daglish tertawa jahat memandangi dirinya sendiri melalui kaca besar yang ada di ruangan. Operasi wajahnya berjalan lancar. Sempurna, sesuai dengan keinginan. “Dengan wajah ini ... Tuan Leo, bahkan seluruh dunia tidak akan ada yang mengenalku. Dengan wajah ini, aku akan berbuat sesuka hatiku. Aku pasti mudah memberikan teror pada Tuan Leo!” ucap Kenny menyeringai sambil memegang wajahnya sendiri. “Tuan Leo! kalau kau memang cerdas, temukan aku. Suruh anak buahmu untuk mencariku. Kerahkan semua pasukanmu untuk membunuhku. Tapi sayang sekali, bukan aku yang akan terbunuh, tapi kau sendiri yang akan lenyap di tanganku!” seru Kenny dengan wajah begitu semringah, lalu ia merentangkan kedua tangan dan tertawa keras hingga menggema di ruangan ini. “Kematianmu sudah semakin dekat, Tuan Leo!” Di titik ini ketiga orang temannya masuk ke dalam dengan senyuman puas. “Kami sudah melakukan pekerjaan dengan sangat cepat. Bahkan sekarang kami tidak mengenalimu,
Jam tujuh malam, Jack menemui Levon di taman belakang mansion. “Tuan, saya sudah menemukan informasi mengenai orang yang bernama Kenny Daglish. Dia sekaligus pewaris utama kekayaan Rose dan Frankie,” ungkap Jack sambil menyodorkan sebuah tablet yang merangkum data lengkap tentang Kenny Daglish. Levon mengambil tablet itu, bola matanya bergerak mengamati setiap kata disertai foto yang terpampang di layar tablet. “Kenny Daglish sepupu Rose. Kedua Orang tuanya meninggal karena kecelakaan saat Kenny berumur 15 tahun. Lalu Frankie merawatnya seperti anaknya sendiri.” Jack tetap menjelaskan temuannya meskipun Sang Tuan membaca informasi itu. Levon mengangguk-ngangguk. Perlahan-lahan bibirnya terangkat saat mengetahui fakta bahwa Kenny Daglish adalah seorang dokter bedah, “Dia seorang dokter yang berprestasi. Sangat menarik.” “Ya, Tuan. Dia seorang dokter spesialis bedah,” sahut Jack. “ Dan kami sudah melacaknya. Rekaman suaranya sama per
Senyum Amelia mengembang saat melihat Levon menghampiri dirinya si sofa ruang tengah. “Jadi kita berangkat sekarang?” tanya Amelia sambil berdiri. Levon pun membalas dengan anggukan. “Tuan, Nona. Saya izin pulang dulu,” kata Jack berdiri setengah membungkuk di samping Levon. Levon mengangguk pelan, “Terima kasih, Jack. Hati-hati di jalan.” “Ya, Tuan,” kata Jack mengangguk, lalu memutar badan dan pergi. “Bagimana penampilanku malam ini, Leo? Apakah aku sangat cantik?” tanya Amelia tersenyum manis sambil melirik tubuhnya sendiri. “Hem adikku dari dulu sangat cantik,” balas Levon sambil menggerakkan bola matanya ke atas ke bawah memperhatikan penampilan Amelia. Sangat cantik! “Sungguh?” tanya Amelia dengan wajah merona sambil mendekati Levon. Sangat aneh sekali, batin Levon berkata sambil menunjukkan senyuman dan mengangguk pada Amelia. Sepupunya itu memang benar-benar cantik dan malam ini terlihat sangat berbeda dari hari
Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan. Sebagai pengacara, Angelina biasanya vokal dalam bicara. Namun, saat ini dirinya sangat kaku, gugup, dan selalu gagal ketika ingin memulai pembicaraan. Levon yang sedari tadi memperhatikan lalu lalang kendaraan, ia menoleh ke arah Angelina. Levon tersenyum melihat gadis itu berkeringat di dalam mobil yang dingin, “Apa ac mobil ini kurang dingin?” tanya Levon. “Heuh?” Angelina terkejut. Ucapan Levon itu benar, wajahnya dipenuhi keringat di dalam mobil ber ac. “Tidak, Tuan. Ac nya sudah dingin,” kata Angelina menoleh ke arah lain sambil mengusap keringat di wajahnya. “Memalukan,” lirih Angelina merutuki dirinya sendiri, tetapi suaranya terdengar oleh Levon. “Memalukan?” tanya Levon mengerutkan kening. “Heuh?” Angelina terperanjat dan menoleh ke arah Levon. “Tadi aku mendengarnya. Memalukan? Apa aku memalukan? Apa aku berbuat kesalahan?” tanya Levon penasaran. “Eh tidak. Itu
Angelina kagum dengan kehebatan Levon ketika beberapa pria mengelilingi mobil bugatti, menyambut kedatangan Sang Tuan. “Angel, turunlah terlebih dahulu. Aku mau mengganti pakaianku,” pinta Levon sambil menggerakkan tangannya ke arah pintu. “Mengganti pakaian?” tanya Angelina penasaran sambil menilai pakaian yang dipakai Levon. Pakaian Sang Tuan sudah rapi, mewah dan terlihat pas di tubuhnya. “Aku tidak mungkin masuk ke dalam restoran dengan wajah ini,” jawab Levon sambil mengarahkan telunjuknya ke wajah sendiri. “aku harus mengenakan pakaian bertopeng.” Sebelum Levon berangkat ke restoran RDO, ia menghubungi anak buahnya untuk menyediakan pakaian bertopeng untuknya. “Oh ... tapi mengapa Tuan masih menyamar? Mengapa Tuan tidak memberitahu identitas Tuan pada dunia? Pengkhianat di perusahaan Tuan 'kan sudah tertangkap.”Angelina sangat penasaran, hingga saat ini Levon masih menutupi identitasnya. “Karena tujuanku belum tercapai.”&nb