Kenny Daglish tertawa jahat memandangi dirinya sendiri melalui kaca besar yang ada di ruangan. Operasi wajahnya berjalan lancar. Sempurna, sesuai dengan keinginan.
“Dengan wajah ini ... Tuan Leo, bahkan seluruh dunia tidak akan ada yang mengenalku. Dengan wajah ini, aku akan berbuat sesuka hatiku. Aku pasti mudah memberikan teror pada Tuan Leo!” ucap Kenny menyeringai sambil memegang wajahnya sendiri.
“Tuan Leo! kalau kau memang cerdas, temukan aku. Suruh anak buahmu untuk mencariku. Kerahkan semua pasukanmu untuk membunuhku. Tapi sayang sekali, bukan aku yang akan terbunuh, tapi kau sendiri yang akan lenyap di tanganku!” seru Kenny dengan wajah begitu semringah, lalu ia merentangkan kedua tangan dan tertawa keras hingga menggema di ruangan ini. “Kematianmu sudah semakin dekat, Tuan Leo!”
Di titik ini ketiga orang temannya masuk ke dalam dengan senyuman puas.
“Kami sudah melakukan pekerjaan dengan sangat cepat. Bahkan sekarang kami tidak mengenalimu,
Jam tujuh malam, Jack menemui Levon di taman belakang mansion. “Tuan, saya sudah menemukan informasi mengenai orang yang bernama Kenny Daglish. Dia sekaligus pewaris utama kekayaan Rose dan Frankie,” ungkap Jack sambil menyodorkan sebuah tablet yang merangkum data lengkap tentang Kenny Daglish. Levon mengambil tablet itu, bola matanya bergerak mengamati setiap kata disertai foto yang terpampang di layar tablet. “Kenny Daglish sepupu Rose. Kedua Orang tuanya meninggal karena kecelakaan saat Kenny berumur 15 tahun. Lalu Frankie merawatnya seperti anaknya sendiri.” Jack tetap menjelaskan temuannya meskipun Sang Tuan membaca informasi itu. Levon mengangguk-ngangguk. Perlahan-lahan bibirnya terangkat saat mengetahui fakta bahwa Kenny Daglish adalah seorang dokter bedah, “Dia seorang dokter yang berprestasi. Sangat menarik.” “Ya, Tuan. Dia seorang dokter spesialis bedah,” sahut Jack. “ Dan kami sudah melacaknya. Rekaman suaranya sama per
Senyum Amelia mengembang saat melihat Levon menghampiri dirinya si sofa ruang tengah. “Jadi kita berangkat sekarang?” tanya Amelia sambil berdiri. Levon pun membalas dengan anggukan. “Tuan, Nona. Saya izin pulang dulu,” kata Jack berdiri setengah membungkuk di samping Levon. Levon mengangguk pelan, “Terima kasih, Jack. Hati-hati di jalan.” “Ya, Tuan,” kata Jack mengangguk, lalu memutar badan dan pergi. “Bagimana penampilanku malam ini, Leo? Apakah aku sangat cantik?” tanya Amelia tersenyum manis sambil melirik tubuhnya sendiri. “Hem adikku dari dulu sangat cantik,” balas Levon sambil menggerakkan bola matanya ke atas ke bawah memperhatikan penampilan Amelia. Sangat cantik! “Sungguh?” tanya Amelia dengan wajah merona sambil mendekati Levon. Sangat aneh sekali, batin Levon berkata sambil menunjukkan senyuman dan mengangguk pada Amelia. Sepupunya itu memang benar-benar cantik dan malam ini terlihat sangat berbeda dari hari
Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan. Sebagai pengacara, Angelina biasanya vokal dalam bicara. Namun, saat ini dirinya sangat kaku, gugup, dan selalu gagal ketika ingin memulai pembicaraan. Levon yang sedari tadi memperhatikan lalu lalang kendaraan, ia menoleh ke arah Angelina. Levon tersenyum melihat gadis itu berkeringat di dalam mobil yang dingin, “Apa ac mobil ini kurang dingin?” tanya Levon. “Heuh?” Angelina terkejut. Ucapan Levon itu benar, wajahnya dipenuhi keringat di dalam mobil ber ac. “Tidak, Tuan. Ac nya sudah dingin,” kata Angelina menoleh ke arah lain sambil mengusap keringat di wajahnya. “Memalukan,” lirih Angelina merutuki dirinya sendiri, tetapi suaranya terdengar oleh Levon. “Memalukan?” tanya Levon mengerutkan kening. “Heuh?” Angelina terperanjat dan menoleh ke arah Levon. “Tadi aku mendengarnya. Memalukan? Apa aku memalukan? Apa aku berbuat kesalahan?” tanya Levon penasaran. “Eh tidak. Itu
Angelina kagum dengan kehebatan Levon ketika beberapa pria mengelilingi mobil bugatti, menyambut kedatangan Sang Tuan. “Angel, turunlah terlebih dahulu. Aku mau mengganti pakaianku,” pinta Levon sambil menggerakkan tangannya ke arah pintu. “Mengganti pakaian?” tanya Angelina penasaran sambil menilai pakaian yang dipakai Levon. Pakaian Sang Tuan sudah rapi, mewah dan terlihat pas di tubuhnya. “Aku tidak mungkin masuk ke dalam restoran dengan wajah ini,” jawab Levon sambil mengarahkan telunjuknya ke wajah sendiri. “aku harus mengenakan pakaian bertopeng.” Sebelum Levon berangkat ke restoran RDO, ia menghubungi anak buahnya untuk menyediakan pakaian bertopeng untuknya. “Oh ... tapi mengapa Tuan masih menyamar? Mengapa Tuan tidak memberitahu identitas Tuan pada dunia? Pengkhianat di perusahaan Tuan 'kan sudah tertangkap.”Angelina sangat penasaran, hingga saat ini Levon masih menutupi identitasnya. “Karena tujuanku belum tercapai.”&nb
Di dalam ruangan bawah tanah, semua pengunjung memberi hormat dan menyapa Levon. Mereka juga meminta berfoto dengannya. “Mohon maaf ya, Tuan Leo tidak mungkin berfoto dengan kalian. Sebenarnya Tuan Leo saat ini sedang menenangkan pikiran. Jadi saya mohon pengertiannya. Tapi kalian tidak perlu khawatir, nanti saya akan menyuruh karyawan untuk mengunggah foto kegiatan Tuan Leo saat menikmati pemandangan dunia fantasi di media sosial milik restoran ini. Jadi kalian nanti bisa mendownloadnya.” Tutur bahasa Emma sangat lembut dan ramah pada semua pengnjung. Ia terpaksa berbohong agar rencananya menyatukan Levon dengan Angelina tidak terganggu. Semua pengunjung mengangguk paham, sedangkan Levon, Angelina, dan Azmir berusaha menahan tawanya. Berbeda dengan mereka, wajah Angelina terlihat sangat kesal. Ia tahu Emma berbohong pada semua pengunjung agar rencananya menyatukan Levon dan Angelina berjalan lancar, “Kali ini aku biarkan gadis murahan itu menang. Tapi dia ha
Sekitar jam 12, Levon dan keluarganya pulang ke mansion. Mereka sangat senang, tapi tidak dengan Amelia. Ia pulang dengan membawa benci dan dendam. “Jika pertama kalinya aku membunuh seseorang dalam hidupku, maka orang itu adalah Angel!” Angelina hanya bisa meluapkan amarah dalam hatinya. Ia semakin diselimuti aura negatif untuk berbuat jahat. Di tempat berbeda, Brandon tengah tertawa di kamarnya. “Dugaanku benar. Tuan Leo tidak mengenaliku. Itu keuntungan bagiku,” ucap Brandon sambil melepas rambut, kumis, dan jenggot palsunya. “Pekerjaanku pasti lebih mudah kerena Tuan Leo tidak curiga kalau aku pernah berurusan dengan Rose. Cepat atau lambat peluruku pasti bersatu dengan tubuhnya. Aku hanya perlu momen yang tepat untuk menghabisinya.” “Malam ini aku kecewa, ternyata Tuan Leo masih mengenakan pakaian bertopeng. Tapi itu tidak berarti, dia pasti akan mati juga ditanganku,” kata Brandon mengulas senyuman jahat. “Dan percobaanku dimulai besok!”
Setelah mengetahui tempat tinggal anak itu, Levon menyuruh Fred untuk mempercepat laju mobil. Di sana banyak wartawan yang mengkerubungi rumah duka. Tentu berita ini viral karena di samping mayat anak itu ada tulisan yang ditujukan pada Tuan Leo. Levon yang sudah sampai di rumah duka, mobilnya langsung dikelilingi orang-orang kepecayaannya. Keluarganya turun terlebih dahulu, sedangkan Levon masih mengganti pakaian khas pria bertopeng. “Tuan Leo bolehkah kami mewawancarai Tuan?” “Kira-kira siapa yang membunuh anak itu?” “Mengapa orang itu tega membunuh anak kecil? Apa ini ada hubungannya dengan Tuan?” Pertanyaan-pertanyan langsung menyapa Levon saat dirinya turun dari mobil. “Mohon maaf, saya belum tahu siapa yang membunuh anak itu. Saya juga tidak tahu apa motif pembunuhan ini.” Levon menjawab dengan seramah mungkin meski hatinya saat ini tengah marah kepada Kenny Daglish. Lalu ia menggerakkan kepalanya, memberi isyarat pada or
Levon hanya diam, menahan air matanya. Ucapan Brielle itu benar. Penyebab kematian anak Brielle karena dirinya. “Tidak, Nyonya. Bukan Tuan Leo yang membunuh anak Nyonya,” sahut Angelina sambil mengelus punggung Brielle. Emma dan Amelia pun berusaha menenangkan Brielle. “Nyonya tenang saja, pembunuh itu pasti tertangkap. Tuan Leo pasti menghukumnya,” ucap Amelia, meyakinkan Brielle. “Tenangkan dirimu, nak,” imbuh Emma sambil mengusap air mata Brielle. “Tapi secara tidak langsung, Tuan Leo penyebab kematian anak saya. Tuan Leo memiliki musuh. Dan musuhnya membunuh anak saya untuk melawannya.” Brielle masih emosi. Ia menangis histeris. Tubuhnya lemas, bergetar lalu ambruk ke lantai. Angelina dengan cekatan memapah tubuh Brielle dan membawanya duduk ke kursi. Ia tahu perasaan seorang ibu yang baru saja ditinggal anaknya yang mati dibunuh sangat kejam oleh orang biadap, “Tenangkan dirimu, Nyonya.” Levon hanya mematung di tempat mena
Air mata Angelina mengalir deras, menumpahkan semua kesedihannya. Kalimatnya barusan diucapkan secara sadar. Ia siap mati, Jika dengan nyawanya bisa membuat Amelia kembali ke jalan yang Sementara itu, Amelia sangat terkejut. Tanpa dugaannya sama sekali, Angelina mengetahui identaitasnya. “Nona Amelia? Aku Ketty ... Namaku Ketty, bukan Nona Amelia,” ucap Amelia masih belum mengaku. “Sudahlah, Nona. Buka topengmu. Jika kau ingin membunuhku, silahkan saja. Aku tidak akan melawannnya,” kata Angelina pasrah. Amelia mulai cemas. Ia mulai curiga bahwa Angelina datang bersama dengan Levon dan orang-orang kepercayaannya. “Aku bukan Nona Amelia!” teriak Amelia. “Aku Ketty ... Aku memanggilmu kesini untuk menyelesaikan masalahku. Tapi kau justru berpihak pada wanita itu.” Amelia masih mempertahankan penyamarannya. Lalu ia berjalan cepat ke arah sudut pintu. Ia melihat layar pengintai aktifitas di luar, depan dan sekitar kamarnya. Tidak ada siapa-siapa, batinnya. Lalu ia kembali memutar ba
“Sayang sekali, padahal kue ini sangat enak,” ucap Amelia sambil meletakkan kue itu ke wadahnya“Em kalau begitu, makanlah,” kata Angelina setengah mengetes.“Ah aku sudah kenyang ... aku sudah banyak menghabiskan kue ini,” kilah Amelia tersenyum paksa, menutupi rasa kesalnya.“Ow ya, Ketty. Rumahmu dimana?” tanya Angelina.“Hemmm dekat dengan mansion Tuan Leo,” jawab Amelia.“Apa Tuan Leo mengenalmu?” tanya Angelina memancing.“Emmm tidak ... Tuan Leo tidak mengenalku,” kilah Amelia. “ow ya lanjutkan pembahasan yang tadi ... Jadi bagaimana menurutmu? Apa aku harus mengalah?”“Terkadang kita harus mengalah demi kebahagiaan orang yang kita cintai,” jawab Angelina bijak. “Tapi aku tidak sudi wanita iblis itu merebut orang yang aku cintai ... Hanya aku yang pantas mendampinginya, bukan wanita iblis itu,” respon Amelia sedikit emosi. Tatapan tajamnya mulai diperlihatkan pada Angelina. “tunggu ... Apa itu artinya kau mendukung wanita itu merebut pujaan hatiku?” tanyanya.Angelina menghela
“Ya, Tuan.” Angelina mengangguk dengan tatapan serius “aku siap kehilangan nyawa asal Nona Amelia kembali menjadi orang baik. Karena aku memang salah.”Mendengar itu, Levon terharu. Ia menatap Angelina dengan tatapan bangga. Jack dan teman-temannya pun merasakan hal yang sama.“Aku tidak salah memilih calon istri ...” ucap Levon dengan tatapan lembut. Lalu ia mengambil ponsel Angelina. “Aku tidak akan membiarkan calon istriku celaka.”Angelina meneteskan air mata, lalu ia spontan memeluk Levon.“Tuan, aku stress. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku ingin sekali menjadi istri Tuan, tapi disisi lain ... aku kasihan pada Nona Amelia. Aku tidak mau merebut Tuan darinya,” kata Angelina menangis dalam pelukan Levon. Lalu ia melepas pelukannya dan mendongak menatap penuh arti pada calon suaminya itu. “Menikahlah saja dengan Nona Amelia, Tuan.”“Aku menyayangi Amelia. Dia adikku, dan selamanya statusnya tidak berubah ... Sementara kau, Angel. Kau adalah calon istriku,” respon Levon tersenyu
Dengan pakaian khas pria bertopeng, Amelia menunggu di salah satu kamar apartemen British, kira-kira jarak tempuhnya sekitar satu jam dari apartemen Hoston. Amelia sudah menyelipkan sebuah pisau di sela-sela lubang sofa. Ia juga mencampurkan racun di makanan ringan berupa kue keju yang ada di atas meja. “Leo sudah berbohong padaku, Angelina tidak pulang ke Washington.” Angelina sangat marah, ia sudah tidak sabar ingin bertemu gadis itu dan segera membunuhnya. “Aku pastikan hari adalah hari terakhirnya bisa bernapas!” Sementara itu, Jack bergerak cepat setelah menerima pesan dari Levon. Ia melacak nomor ponsel yang diberikan Sang Tuan. “kamar nomor 987,” ucap temannya pada Jack setelah berhasil melacak keberadaan pemilik nomor itu. Jack dan teman-temannya menyusuri setiap lorong, menaiki lift untuk sampai ke kamar teratas yang ada di apartemen British. Salah satu di antara mereka menyamar sebagai cleaning service, namanya Sancho. TOK! TOK! Sancho mengetok pintu kamar Amelia, se
Levon tampak duduk di kursi ruangan makan yang ada di apartemen Hoston. Ia sudah janjian dengan Angelina untuk makan bersama.“Hem dia sangat cantik,” gerutu Levon ketika melihat Angelina datang. Ia memandangi penampilan gadis itu dari atas sampai bawah. Kecantikannya sangat natural.“Tuan sudah menunggu lama?” tanya Angelina sambil menarik kursi makan yang menghadap Levon.“Hemm dua menit yang lalu,” jawab Levon. lalu ia memanggil waitress“Mau makan apa, Angel?” tanya Levon, Angelina pun mengamati daftar menu makanan dan minuman yang ada di hadapannya.“Tuna sandwich, terus minumannya emmm ...lemon tea.”“Dua tuna sandwich, dua lemon tea,” ulang Levon pada waitress yang berdiri di samping meja makan mereka.“Baik, mohon ditunggu.”Angelina terkekeh pelan, “Kenapa Tuan memesan menu yang sama?”“Karena sebent
Amelia turun dari atas dan bepura-pura tidak mengetahui apa-apa. Dengan mengenakan pakaian olaharaga, ia menghampiri mereka.“Hai,” sapa Amelia ramah. “Selamat pagi semuanya.”“Pagi,” jawab mereka bersamaan.“Mau kemana, nak?” tanya Emma perhatian. Sebenarnya ia merasa kasihan dan tidak tidak tega mendengar keputusan Levon mengirim sepupunya itu kembali ke Turki.“Mau olahraga, Anne,” jawab Amelia. “Ya udah dulu, lanjutkan obrolan kalian.”Amelia berjalan ke luar mansion. Ia ingin melarikan diri tanpa naik mobil karena orang-orang kepercayaan Levon ada dimana-mana.Pandangannya mengawasi sekitar jalan. Dirasa aman, ia meyetop taksi yang kebetulan lewat.“Nona Amelia?” tanya supir taksi itu setelah tahu siapa penumpangnya.“Hem antarkan aku ke toko pakaian terdekat,” titah Amelia. “cepat, aku terburu-buru.”“B
“Arg! Sial!” teriak Amelia menghempaskan tubuhnya ke kasur sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Lalu ia berdiri lagi dan mulai merusak barang-barang miliknya di kamar itu.“Leo!” teriaknya lagi penuh emosi. Kali ini ia mengacak-acak sprei kasur. “Apa kau menginginkan aku mati? Kenapa kau tak mencegahku, Leo? Kenapa kau malah mengantar wanita iblis itu pulang?”Angelina sangat marah karena setelah mengirim video itu, Levon justru tidak panik dan berusaha datang menemuinya.“Leo!” teriakannya lebih kencang hingga suaranya serak. “gara-gara wanita iblis itu, kau jauh dariku!”Sementara itu Levon sudah sampai di mansion. Kedatangannya ditemui Emma.“Leo kenapa pulang? Dimana Angel? Bukannya kau mengantarkan Angel ke Washington?” tanya Emma cemas.“Tidak, Anne. Leo mengantarnya ke apartemen Hoston. Sementara waktu dia lebih baik tinggal di sana sampai keadaan di mans
Amelia mengirimkan sebuah video yang memperlihatkan dirinya sedang melakukan aksi percobaan bunuh diri dengan cara memakan serbuk sabun cuci.“Ada apa, Leo?” tanya Emma sekilas melihat perubahan ekspresi wajah Levon.“Hem tidak ada apa-apa, Anne,” kilah Levon. Beruntung ia barusan menekan mute suara di ponselnya.“Hem Anne kira ada sesuatu.”Levon menggelengkan kepala. Lalu pandangannya bergeser ke arah Angelina. “Ow ya, Angel. Aku akan mengantarmu pulang.”“Tidak perlu, Tuan. Aku minta bantuan pada Fred saja,” respon Angelina menolak. Ia berusaha menghindar dari Levon.“Biarlah Levon yang mengantarmu pulang, Angel,” kata Emma.“Tidak perlu ....” Angelina berhenti berbicara ketika Emma menatapnya dengan isyarat dirinya tidak boleh menolak dihantar Levon. “Baik, Anne.”Malam ini aja aku menuruti permintaan Anne. Setelah ini aku akan m
“Nona, jangan lakukan itu.” Yang tadinya Angelina diam seribu bahasa, akhirnya bersuara. Tatapannya penuh rasa bersalah. “Aku tidak akan menerima perjodohan ini. Maafkan aku ... aku gadis yang tidak tahu diri. Seharusnya dari dulu aku tidak hadir dalam keluarga Tuan Leo.” “Jika kau menyadari semua kesalahanmu, pergilah sekarang juga!” bentak Amelia pada Angelina dengan sorot mata tajam. “Jika kau tidak ingin melihatku mati, pergilah sejauh mungkin dan jangan perlihatkan wajahmu lagi! Kalau perlu pindah Negara!” Angelina meneteskan air mata, “Baik, Nona. Aku akan pergi dari kehidupan Tuan Leo. Aku akan menjauh dari Tuan Leo ... Maafkan semua kesalahanku. Sejujurnya aku tidak pernah punya niat merebut Tuan Leo dari Nona.” Angelina pun berlari ke kamarnya dengan tangisan, sedangkan sedari tadi tatapan tajam Levon tetap menyorot pada Amelia. “Menikahlah denganku, Leo. Aku janji akan menjadi istri yang baik untukmu,” ucap Amelia dengan buliran tangisan, me