Arya melihat kepergian kelompok teratai merah, dan dia yakin jika Kelompok Teratai Merah pasti akan mencari permasalahan baru."Aku harus membantu perguruan ini, tidak mungkin aku berdiam diri!" gumam Arya.Arya juga meninggalkan perguruan itu, dan memilih mengawasi dari jauh. Tapi Arya cukup kaget karena anggota Kelompok Teratai Merah mengawasi juga dari jauh."Mereka sepertinya memang ingin kehancuran perguruan ini," ucap Arya.Arya yang tidak tahu apa akar masalah merasa bingung, dia sudah tahu dengan jelas jika Kelompok Teratai Merah yang akan memulai masalah, tapi dia tidak ingin sok pahlawan jika menyerang kelompok itu."Biarlah aku tunggu, apa yang terjadi selanjutnya!' kata Arya.***Satu hari berlalu, dan keadaan di Perguruan Merpati Putih semakin terasa menegangkan.Para guru sudah mencoba mengungsikan murid mereka, tapi semua yang mereka lakukan tertahan oleh keberadaan anak buah Ki Samba."Semuanya jalan keluar memang dijaga mereka, ketua!" kata salah satu guru pengajar ya
Nyai Dariah berhenti tepat di depan sebuah bukit yang tinggi, dan itu adalah bukit curam yang sangat jarang di datangi manusia."Dimana?" bentak Ki Samba.Nyai Dariah menunjuk sebuah lubang kecil, dan hanya satu tangan yang dapat masuk ke dalam lubang itu.Hahahaha! Kau memang sangat pandai dalam menyembunyikan sesuatu!" kata Ki samba.Huppppp!!Ki samba melesat ke arah tebing itu, dan berniat mengambil kitab itu.Whusssssssss!!Tapi satu pancaran tenaga dalam mengejarnya. Sehingga dia berada dalam ancaman serangan jarak jauh."Kurang ajar!"Hiatttttt!!Ki samba bersalto dengan indah, dan tujuannya untuk mengambil kitab itu gagal total."Kurang ajar kau nyai Dariah!" maki Ki samba.Ki samba dengan gerakan cepat menyerang nyai Dariah, dan menyerang dengan kecepatan yang tinggi.Pada pertarungan awal nyai Dariah masih mampu imbangi kecepatan gerakan Ki samba, tapi saat Ki samba tambah kecepatannya, nyai Dariah mulai kewalahan.Plakkkkkk!!Bammmmmmmmm!!Dua pukulan beruntun menghantam tu
Ki Samba menyerang dengan sekuat tenaganya, dia ingin jatuhkan Arya, dan mendapatkan dua keuntungan sekaligus.Jika dia kalahkan Arya maka dia akan dapatkan dua keuntungan. Kitab seribu satu pengobatan dan racun, serta tubuh petir yang dimiliki oleh Arya.Dengan sekuat tenaga Ki Samba terus berusaha mendesak Arya, tapi dia merasa bingung, karena Arya selalu jauh lebih cepat dari gerakannya.Saat dia merasa pukulannya akan menghantam tubuh Arya, maka saat itulah Arya bergerak dengan kecepatan yang tidak dapat dia ketahui."Sekuat apa anak muda ini?" gumam Ki Samba."Giliranku!" teriak Arya.Haaaaaaaaaaa!!Arya meningkatkan kekuatannya, dan itu mengagetkan Ki Samba."Ini sudah melewati kemampuan pendekar dewa!" desis Ki Samba menjadi pucat.Dengan jurus tapak petir, Arya menekan Ki Samba, tidak memberikan satu kesempatan pada ketua Kelompok Teratai Merah itu untuk berkembang dan mengembangkan serangannya.Plakkkkkk!!Dua tapak mereka beradu, dan Ki Samba terdorong ke belakang. Tapi dia
"Apa yang kalian inginkan?" ucap Arya saat belasan orang sudah masuk kedalam kamarnya dan menujukkan wajah garang pada dirinya."Berikan semua harta bawaan mu!" "Harta? Kalian inginkan hartaku? Apa kalian tidak tahu jika aku ini orang miskin!" kata Arya."Tidak usah berbohong, kami melihat jika kau memiliki banyak koin emas!" "Begitu ya!' kata Arya.Tanpa ada aba-aba, mereka mengurung Arya, tapi Arya tidak terlalu menanggapi kepungan mereka, Arya masih terlihat tenang."Kenapa dia masih bersikap tenang?" ucap salah satu dari mereka."Aku juga tidak tahu, tidak mungkin racun yang kita berikan tidak berpengaruh!" "Serang!'Salah satu bicara pelan, tapi itu sudah cukup untuk menyerang Arya. Mereka semua sama-sama ayunkan golok pada tubuh Arya.Sasaran mereka mengenai telak tubuh Arya, tapi saat mereka hentikan serangan, Arya sudah tidak ada di sana, anak muda itu sudah berada di dekat pintu dan bersandar di dinding."Apa yang akan kalian lakukan?" tanya Arya sambil melihat kedua tanga
"Tolong ... Tolong!!"Suara teriakan minta tolong bergema di tengah kota Ginsa, tapi meskipun teriakan itu sudah didengar setiap penduduk kota itu, tidak ada satu orangpun yang memberikan bantuan."Ada apa itu?" Arya mengintip dari jendela, dan melihat seorang lelaki berlari dengan luka yang penuh darah di tubuhnya."Kenapa tidak ada yang menolong dirinya?" gumam Arya.Arya turun dan melihat keadaan lelaki tua itu. Arya ingin dekati lelaki tua itu, tapi satu tangan menangkap tangannya."Jangan campuri urusan mereka, anak muda!'Seorang perempuan yang usianya sudah tua menangkap tangan Arya."Kenapa nek?" tanya Arya."Lelaki itu sudah ditandai!" kata perempuan tua itu."Ditandai? Apa maksudnya?""Apakah kau melihat cap bulan sabit di punggung lelaki tua itu?" tunjuk perempuan itu.Arya menoleh dan memang melihat simbol bulan sabit di punggung lelaki tua itu."Apa maksud simbol itu nek?" tanya Arya ingin tahu."Itu adalah simbol para pemuja iblis, mereka memiliki simbol bulan sabit!" k
"Bagaimana hasil penjualan?" "Semuanya puas ketua, bahkan semakin banyak permintaan dari negeri Teruma."Hahahahahahaha!""Bagus, itu memang yang aku inginkan, dengan itu bisnis ini akan berjalan dengan lancar! Sungguh negeri yang bodoh, percaya dengan kebohongan seperti itu!"Pembicaraan itu terjadi di sebuah ruangan yang ada tepat di sebuah gua yang jauh dari kota Ginsa. Gua itu berada di sebuah bukit yang dinamai orang bukit kutukan. Para penduduk tahu jika disana ada kelompok yang menamai mereka pemuja iblis, tapi penduduk tidak tahu yang dilakukan para pumuja iblis di gua itu.Pemuja iblis pulalah yang menyebarkan kabar kutukan jika tidak memiliki anak lelaki, dan kutukan itu mereka sebar hampir seluruh negeri Purawa.Dan kini, mereka menikmati semua kabar burung yang mereka hembuskan, belum lagi kematian yang mereka berikan pada keluarga yang tidak memiliki anak lelaki, itu membuat kabar itu semakin berhembus kencang.Banyak yang tidak suka dengan kabar itu, tapi tidak ada yan
"Kau ... kau siapa?"Junda maupun ganda begitu kaget dengan kehadiran sosok hitam yang berada di belakang mereka.Keduanya yang duduk di dalam kereta terbuka, melompat dari kereta kuda dan mendarat di tanah dengan ringannya."Kemana dia?" tanya Junda pada ganda karena tidak melihat siapapun di atas kereta kuda yang kini telah kosong."Aku tidak tahu!" jawab Ganda."Aku disini!" Kedua menoleh ke belakang, Tapi tidak ada siapa-siapa."Aku disini!" Suara itu kembali terdengar dari arah yang berbeda, dan itu membuat ganda maupun Junda berputar-putar mencari suara yang terasa sangat dekat tapi tidak diketahui dimana wujudnya."Siapa kau sesungguhnya!" teriak ganda dengan suara yang keras, dan itu membuat anak buah mereka menghentikan laju kereta kuda yang membawa gadis menuju negeri Teruma."Ada apa, ketua?" tanya salah satu anak buah mereka, yang kini berkumpul di dekat Junda dan ganda."Kenapa kalian kemari? Segera jaga barang kita!' bentak Junda tidak terima dengan kedatangan anak bua
"Hari sudah pagi rupanya!" ucap Arya saat dia melihat cahaya kuning terlihat di ufuk timur.Saat itulah Junda maupun ganda melihat wajah Arya, masih sangat muda, pemuda yang usainya belum menyentuh usia dua puluh lima tahun.Haaaaaaaaaaa!!Arya bergerak cepat, dan menyerang ke arah Junda, Arya tahu jika Junda memiliki kemampuan di atas ganda, dan itu mengejutkan Junda.Huppppp!!Junda menepis pelan serangan Arya, dan mundur ke belakang, dia tidak ingin adu tenaga dalam dengan Arya."Ganda, kau segera kembali ke bukit kutukan, aku akan menahan dia, laporkan pada ketua, Jiak perlu cari dia, balaskan nanti kematianku!" kata Junda yang tidak yakin akan mampu kalahkan Arya."Kematian?" tanya Ganda."Sudah tidak usah banyak bicara lagi, segeralah pergi!" kata Junda.Arya seolah membiarkan Ganda untuk pergi, karena memang itu bagian dari rencana dari anak muda itu. "Baik, aku akan pergi. Kau harus bertahan sampai aku dan ketua Parta datang!" kata Ganda.Huppppp!!Dengan segera Ganda melesat
Juragan Bentra termangu melihat gadis yang baru saja dia nikmati itu sudah bersimbah darah, dan hanya menunggu kematian saja."Sialan! Aku belum puas dia sudah memilih mati! Dasar gadis bodoh!" kata juragan Bentra dan tanpa sedikitpun peduli pada Kirana yang sudah menunggu mati, dia meninggalkan gadis yang masih tak berpakaian itu.Setelah itu dia memilih untuk keluar."Kita kembali, ambil jalan potong, ambil jalan yang lain!" kata juragan Bentra."Baik, juragan!" jawab danau biru.Empat orang itu meninggalkan gubuk di tengah hutan itu, dan tak sedikitpun peduli dengan seorang gadis yang meregang nyawa di dalam gubuk itu."Kita segera ke kota, aku ingin mengurus sesautu dengan Adipati!" kata juragan Bentra."Baik juragan!"***"Cepat katakan, dimana letak tempat persembunyian juragan itu?" bentak Arya pada anak buah juragan Bentra yang membawanya."Mereka ada di dalam hutan tuan pendekar, tapi aku tidak tahu dimana keberadaan gubuk itu," jawab anak buah juragan Bentra itu."Bodoh! Kau
Seperti biasa warung Wardana akan buka disaat siang mendekat, dan pagi itu, tidak seperti biasa.Nyai asih datang ke warung dengan pakaian yang bagus, dan dia mendekati Wardana."Warung kita sepertinya maju, suamiku!" kata nyai asih."Benar! Dan semuanya tidak lepas dari kerja keras, Kirana!" jawab Wardana."Dia memang, anak yang baik!" kata nyai asih.Saat keduanya masih bicara, Kirana datang, dan sudah membawa tempat belanjaan untuk belanja ke pasar."Kau mau belanja, Kirana?" tanya nyai Asih."Iya Bu!" jawab Kirana tidak suka pada ibunya itu."Ibu akan menemani mu, apakah kau mau?" tanya nyai Asih.Kirana menatap ayahnya, Wardana. Yang di sambut anggukan kepala."Baiklah ibu, Kirana mau," jawab gadis itu.Nyai asih tersenyum penuh misteri, dan dia angguk kepala pada suaminya."Kalian berdua hati-hati lah!" kata Wardana."Baik ayah!' kata Kirana dan keluar dari kedai mereka.Kirana begitu cantik pada hari itu, pancaran dari tubuhnya begitu sempurna, dan itu membuat siapapun yang mel
"Kurang ajar! Kehadiran pemuda itu sudah membuatku gagal mendapatkan Kirana, aku sungguh inginkan gadis itu!" maki juragan Bentra.Sudah berbagai cara dilakukan oleh juragan Bentra untuk menghancurkan kedai Wardana, tapi tetap tidak ada satupun yang berhasil melakukannya, semuanya gagal karena Arya selalu gagalkan semua yang sudah dia perbuat."Apa ada cara untuk jauhkan pemuda itu dari kota ini?" tanya juragan Bentra."Bagaimana jika kita bayar dia untuk pergi dari kota ini, juragan?" tanya danau hitam. Salah satu dari tiga pendekar danau maut."Membayarnya? Apakah itu mungkin, danau hitam?" tanya juragan Bentra."Menurut juragan, apa yang membuat dia bertahan di kota ini? Aku yakin dia ingin modalnya kembali setelah itu dia akan pergi dari kota ini!" kata danau hitam."Kau benar juga, kalau begitu panggil dia ke rumah ini!" kata juragan Bentra."Aku yang akan memanggil dia!' kata danau biru.Lelaki berpakaian biru itu memberikan hormat pada juragan Bentra, dan melesat menuju ke arah
"Pergilah! kami tidak ingin membunuhmu!" kata Ki Hura."Membunuhku? Aku tidak ada urusan dengan kalian, tapi dengan pemilik kedai ini!" ucap Arya.Arya menatap Wardana dengan pandangan yang penuh dengan pertanyaan."Apa perjanjian antara paman, dengan juragan Bentra?" tanya Arya."Perjanjian kami aku akan bayar setelah dua belas purnama, dan sampai waktu itu tiba, aku harus bayar bunganya tiap bulan!" jawab Wardana."Sudah berapa purnama berjalan, paman?" tanya Arya."Kalau tidak salah, baru delapan purnama!" jawab Wardana."Anda yang salah juragan, saat ini paman Wardana hanya wajib membayar bunga, belum semua hutangnya!" kata Arya dan berbalik kepada juragan Bentra."Aku tidak peduli, aku ingin dia bayar semuanya, lagian siapa kau? Apa urusanmu?" kata juragan Bentra sinis."Aku siapa? Aku yang memberikan modal untuk paman Wardana untuk membuka kembali usahanya, jika kau meminta semua modalnya, sudah pasti kami akan rugi!" jawab Arya."Apa? Kau yang memberikan modal? Apa kau tidak sa
"Masalah apa antara kita?" tanya Arya."Kirana!" "Jadi ini karena gadis itu? Apa kalian utusan juragan Bentra?" tanya Arya."Bukan urusanmu, sekarang kami minta kau pergi dari kota ini, atau kau akan babak belur!" ancam mereka.Plakkkkkk!!Arya tidak ingin bicara lebih lama, Arya langsung menampar wajah salah satu pemuda itu hingga berputar bagaikan gasing."Bagaimana mungkin?"Bammmmmmmmm!!Arya memberikan pukulan pada orang Kedua, dan langsung jatuh karena merasakan perutnya bagaikan diaduk dalam bejana.Bukkkkkk!!Arya angkat kakinya, dan sebuah tendangan ke dagu orang yang ketiga membuat ketiga orang itu menyerah tanpa perlawanan.Arya jongkok di depan orang yang mengancamnya."Jika kalian masih berani menunjukkan wajah kalian dihadapanku, maka bukan hanya luka yang aku berikan, tapi kematian, ingat itu!" kata Arya balik mengancam.Setelah itu Arya meninggalkan tempat itu, dan memilih kembali ke rumah Wardana, dia sedikit khawatir karena dia sudah diancam, dan memiliki hubungan d
"Membantu! Dengan apa Arya?" tanya Kirana."Sudah, kau tidak perlu cemberut lagi, ayo kita ke rumahmu, aku akan membantu kalian!" kata Arya."Tapi?" kata Kirana."Atau kau memang suka lelaki tua itu?" goda Arya."Jaga mulutmu!" kata Kirana.Arya dan Kirana memasuki kota Gambalang, dan beberapa pasang mata melihat kedatangan Arya dan Kirana yang seperti terlihat sepasang kekasih di hadapan mata banyak orang."Siapa pemuda itu?""Mana aku tahu!" "Kita beritahu pada juragan Bentra, pasti juragan tidak akan suka ada yang berani dekati gadis yang dia inginkan.""Kau benar! Tapi apa dia akan memberikan pekerjaan memberikan pelajaran pada kita?" tanya rekannya."Semoga saja iya!" ucap rekannya.Arya dan Kirana terus berjalan hingga mereka sampai di rumah Kirana, dan mata Wardana begitu tajam menatap Arya, seolah menatap dengan penuh tanda tanya."Saya Arya, paman!" kata Arya memperkenalkan dirinya sebelum Wardana bertanya."Aku tidak ingin tanyakan siapa namamu, tapi aku ingin tanyakan apa
"Kirana putriku, maafkan ayah! tapi ayah sungguh tidak tahu lagi, apa yang harus ayah lakukan!" kata lelaki itu meminta maaf pada putrinya itu."Kenapa tidak ayah saja yang gantikan, Kirana!" ucap gadis itu."Jika saja nyawa bisa gantikan, maka akan ayah lakukan, putriku!" kata ayahnya.Lelaki itu adalah Wardana. Lelaki yang dahulu adalah seorang pedagang di kota Gambalang, tapi usahanya hancur, dan mau tidak mau dia harus meminta pinjaman pada juragan Bentra.Juragan Bentra tahu jika Wardana memiliki seorang gadis yang cantik, dan dia dengan senang hati memberikan pinjaman itu, dengan bunga yang tidak tinggi.Tapi meskipun Wardana sudah berusaha keras, tetap saja usahanya gagal. Dan kini, tenggak waktu pembayaran bulanan sudah mulai mendekati waktunya, Wardana tidak tahu harus mencari dari mana lagi.Wardana sesungguhnya tidak tahu, jika semua kegagalan yang terjadi di usaha itu ada ikut campur dari juragan Bentra, itu karena juragan Bentra sudah inginkan tubuh Kirana, putri Wardana.
"Hahahaha! Apakah kau sadar diri yang bicara itu anak muda? lihat sekelilingmu? Apa kau tidak lihat jika kami lebih banyak darimu?" bentak pemimpin dari gerombolan yang sudah mengurung Arya.Arya hanya menatap sinis, dan tak memandang sedikit jika gerombolan orang itu akan memberikan dia hadangan.Haaaaaaaaaaa!!Arya keluarkan tenaga dalam yang besar, dan itu mengejutkan mereka semua."Siapa anak muda ini?" ucap pemimpin gerombolan itu pucat. Bahkan tanpa sadar kakinya mundur ke belakang."Ketua Hosun, bagaimana ini? Dia sangat kuat!" ucap anak buah gerombolan bandit gunung."Kita salah memilih korban!" kata ketua Hosun."Jadi apa yang akan kita lakukan?""Untuk apa kau tanyakan itu? Bukankah sudah sering seperti ini, jika menemukan lawan yang kuat, kita memilih mundur!" jawab ketua Hosun."MUNDUR ... CARI TEMPAT YANG MEMBUAT KALIAN HIDUP!" teriak ketua Hosun pada seluruh anak buahnya.Arya kaget, tidak dia sangka jika ketua dari kelompok bandit gunung itu akan memilih kabur.Huppppp!
Berkali-kali Ki Beling menyerang dengan tendangan dan pukulan, tapi tidak ada satupun serangan yang mampu melukai dan mengenai Arya.Haaaaaaaaaaa!!Dan setiap Arya menyerang balik, maka Ki Beling akan kewalahan menahan setiap serangan Arya.Plakkkkkk!!Satu jotosan Arya mengenai ulu hati Ki beling, dan kakek tua itu terjungkal ke belakang."Kurang ajar! Bocah ini sangat kuat, aku tidak akan mampu menghadapi dia saat ini.Hiaaatttt!!Ki beling melepaskan satu pukulan jarak jauh, dan itu bukan mengarah pada Arya, tapi pada Wanto."Wanto!! menghindar!" teriak Arya.Tapi Arya melihat jika Wanto tidak akan mampu mengindari pukulan itu.Whusssssssss!!Arya bergerak cepat, dan menubruk tubuh Wanto agar pemuda itu terhindar dari serangan Ki Beling."Ini yang aku tunggu!" gumam Ki beling.Huppppp!!Ki beling mencoba ambil langkah seribu, tapi wajahnya pucat pasi saat Arya sudah ada di hadapannya."Bagaimana mungkin? Kapan dia bergerak?" gumam Ki beling.Bammmmmmmmm!!Saat Arya memberikan seran