Brak!
Pria bertubuh pendek nan tambun itu langsung menggebrak meja begitu melihat anak buah rekan bisnisnya yang kurang ajar.
“Kurang ajar kau! Berani benar mengguruiku ha?” maki Tuan Wolfgang pada Max.
Max hanya terkekeh. Ia berdiri sambil melipat kedua tangannya.
“Memangnya kenapa? Apa Anda sama sekali tidak berani untuk melakukannya? Atau jangan-jangan Anda mungkin benar-benar mencoba untuk meracuni Tuan Ramford bukan?” seru Max menantang.
Semakin lama lelaki muda itu semakin membuat Tuan Wolfgang naik darah. Mata lelaki itu semakin membulat, dan pipinya tampak kembang kempis, persis seperti seekor katak yang tengah menggelembung.
“Bedebah!” maki Tuan Wolfgang.
Sementara Tuan Ramford sendiri hanya menoleh ke kanan dan kiri. Pria itu tampak kebingungan dalam menentukan sikap, sekaligus ketakutan. Ia t
“Tunggu apalagi! Apa kalian hanya punya satu buah peluru saja. Yang baru saja dilakukan olehnya hanyalah sebuah kebetulan semata, jangan lengah!” perintah Tuan Wolfgang pada anak buahnya.Pria bertubuh pendek ini jelas tak dapat menahan amarahnya kembali. Apa yang baru saja terjadi pada anak buahnya benar-benar menyinggung harga dirinya.Tak pernah ia mengira sebelumnya, kalau pengawal pribadi rekannya mampu membuat suatu gebrakan yang tak disangka-sangka. Apa yang dilakukan oleh Max benar-benar diluar perhitungan mereka.Saat peluru itu dilesatkan dari selongsongnya, dengan cekatan Max langsung mengambil piring dengan satu tangan. Membiarkan timah panas itu menembus piring porselen yang diangkat oleh Max. Semua terjadi dengan begitu cepat, tanpa ada yang menduganya sama sekali.Kembali anak buah Tuan Wolfgang menarik pelatuk revolvernya dan bersiap untuk menembak Max dan juga Tuan Ramfor
Leon Ramford secara tiba-tiba berubah menjadi seorang pria yang bernyali. Padahal beberapa saat sebelumnya pria ini seperti seekor anak kucing yang baru terpisah dari induknya. Ketakutan dan meringkuk seorang diri di pojokan.Max yang masih menggenggam senjata api itu pun mendongakkah kepalanya. Sekejap saja ia melirik ke arah Tuan Ramford sambil tersenyum penuh kemenangan. Ia tahu kalau bos nya kali ini sangat berhutang budi padanya.“Tuan, apakah Anda ingin saya memecahkan kepala mereka dengan peluru yang telah mereka siapkan?” tanya Max dengan percaya diri.Mendengar ucapan Max, dua pengawal Tuan Wolfgang yang beberapa saat lalu bergetar kakinya karena ketakutan pun akhirnya memberanikan diri untuk menyentuh kaki Max. Kedua lelaki itu sepertinya ingin meminta ampun pada lelaki kurus itu. Mereka tentu saja tak ingin nyawa mereka harus berakhir di tangan Max yang dinilai berbahaya.
“Aku tak menyangka kau bisa melakukan itu? Bagaiamana kau bisa menebak kalau minuman yang disajikan untukku itu beracun?” tanya Leon Ramford pada Max yang masih berada di depan kemudi.Kejadian hari ini benar-benar membuatnya terkejut. Hubungan baik yang selama ini dibina dengan Tuan Wolfgang harus berakhir oleh keserakahan. Sebenarnya hal seperti ini bukanlah sesuatu yang aneh bagi dunia hitam yang digelutinya.Hanya ada dua hal yang berlaku dalam dunia hitam. Anda dibunuh atau membunuh. Kali ini Tuan Wolfgang berencana untuk membunuh, tapi sayang rencana busuk itu tercium oleh Max.Max sendiri memang berencana untuk merebut hati Leon Ramford dan membuat pria itu begitu percaya kepadanya.“Bukankah itu sudah menjadi kewajiban saya untuk menjaga keselamatan Anda Tuan?” balas Max yang tetap fokus mengemudi.Leon Ramford tampak mengangguk-angguk mendengar ja
Jade tengah membantu menyiapkan makan malam untuk Olive dan Daniel ketika Max datang ke rumah keluarga McCall. Kedua anak kecil itu sepertinya sudah mulai beradaptasi dengan kehadiran Jade yang berperan sebagai pengasuh mereka sementara.Saat itulah Daniel menoleh dan mendapati dirinya melangkah ke arah ruang makan. Entah apa yang membuat anak lelaki kecil itu, ia langsung berlari menuju Max dan melompat ke dalam pelukan pengawal kurus itu.“Paman Max!” panggilnya seolah enggan lepas dari pelukan pengawal baru itu.Max yang sebenarnya adalah Ernest tentu saja tak mampu menyembunyikan nalurinya sebagai orang tua. Ia begitu merindukan sosok kedua anak itu, dan ia menggendong Daniel lalu memutar tubuhnya seperti yang selalu dilakukannya setiap pulang kerja.Daniel yang telah lama tak mendapatkan kasih sayang orang tua secara utuh pun sangat bahagia mendapatkan perlakukan seperti itu.
Api yang tadi membakar tirai di ruang makan telah padam. Untungnya Max cepat tanggap untuk menyiramnya dengan air putih untuk pertolongan pertama. Kemudian menggunakan alat pemadam api ringan yang memang ada di ruangan itu.Jade berjalan dengan langkah lebar sambil memeluk Olive dan menggendong Daniel. Anak kecil itu memeluk erat leher Jade dan menyandarkan kepala di pundaknya sambil berusaha untuk menutupi mata agar terlindung. Kedua anak yang kini berada di bawah pengasuhan Jade ini tampak ketakutan.“Bibi Jade, ada apa sebenarnya?” tanya Olivia dengan suara yang sangat lirih agar tak terdengar oleh orang yang mencoba mencelakai mereka.Jade hanya membelalakkan mata dan ikut berbicara lirih,“Sst Bibi juga tidak tahu, sekarang kita harus berhati-hati. Kau jangan sampai lepas dariku ya,” katanya mencoba untuk menenangkan Olive.Jade menoleh ke kanan dan k
Lelaki yang berniat untuk memanjat dinding untuk melarikan diri dari kediaman Ernest McCall pun akhirnya terjatuh ke belakang. Benturan cukup keras terjadi pada lututnya dan membuatnya membutuhkan waktu untuk kembali berdiri.Di belakangnya tampak Max tengah menarik sisi belakang pakaian lelaki itu cukup kuat, hingga ia nyaris tercekik. Lelaki yang terjatuh itu terbatuk oleh jeratan di lehernya. Jika topengnya dibuka wajahnya tentu saja tampak pucat pasi.Namun Max sepertinya tak ingin terburu-buru untuk membuka topeng yang menutupi wajah sang penyusup. Terlihat jelas kalau Max ingin bermain-main lebih dulu dengan lelaki yang sekarang masih berlutut membelakangi dirinya.Sesekali Max melonggarkan cengeraman pada kerah bajunya, dan membiarkan penyusup ini menghirup udara segar, kemudian memelintir kerah bajunya kembali dengan kuat.“Uhuk uhuk,” penyusup itu terbatuk.&
Max tersenyum sinis penuh kemenangan setelah mengucapkan kalimat terakhirnya. Ia tahu kalau fakta yang barusan diungkapnya adalah sebuah kebenaran yang nyata. Itu adalah alasan Vanessa mempekerjakannya untuk menjadi pengawal bagi kedua anaknya.Sebelumnya Leon Ramford tidak menginginkan kehadiran Max dalam lingkungannya. Lelaki bertubuh kurus ini tidak memiliki kemampuan apapun. Kehadirannya hanya menghabiskan uangnya saja. Namun desakan dari Vanessa membuatnya mendapatkan pekerjaan ini.Suami dari Jade ini kembali memperhatikan sosok Tom yang berdiri di depannya. Lelaki itu berdiri tegap seolah menantang. Tampaknya gertakan yang disampaikan oleh Max tak bisa membuat Tom gentar, walaupun itu adalah kenyataan.“Ah tahu apa kau! Selama ini kau hanyalah pesuruh kami, mana mungkin kau mengetahui seluk beluk kehidupan pribadi Nyonya Vanessa dan Tuan Ramford!” cetus Tom.Max kembali tertawa sin
“Ha ha kenapa Tom, perkelahian kita belum selesai, tapi kau malah diam dan tidak ingin bangun. Apa kau sudah mengantuk?” tanya Max mengejek.Lelaki bertubuh kekar ini sudah tak lagi berani untuk mengarahkan tatapan mata yang tajam ke arah Max.“Tolong aku!” pintanya.“Huh menolongmu?”Tubuh Tom memang merasa sakit, tapi ia yakin kalau dirinya tidak mengalami kelumpuhan, atau cedera pada bagian tulang belakangnya. Ia masih sanggup untuk memiringkan badan ke kanan dan kiri, tapi entah kenapa sulit sekali rasanya untuk bangun.Yang paling ditakutkan oleh Tom kali ini bukanlah kondisi tubuhnya yang sakit. Semuanya bisa diobati dengan mudah, di jaman serba canggih sekarang masalah seperti ini tentu saja menjadi masalah kecil. Namun kekhawatiran terbesarnya adalah bagaimana ia bisa selamat dari Tuan Ramford ketika tahu apa yang dilakukannya kali ini.
Sementara itu di pegunungan Aiken Mountain, tempat yang sangat dingin dan selalu dipenuhi kabut sepanjang tahun. Di sebuah area tanah yang lapang penuh tampak sebuah bangunan yang berdiri dengan kokoh. Di situ tempat berdirinya kelompok persaudaraan legenda bintang enam. Tak jauh dari bangunan itu tampak ratusan orang dengan pakaian serba hitam berdiri berjajar. Mereka semua menggenggam pedang dengan erat yang terbuat dari baja.Kesemuanya menunjukkan aura kematian yang sangat kuat, sekuat pedang mereka. Saat mereka memotong besi, sudah seperti memotong ranting, sangat mudah. Hanya dalam hitungan detik saja akan mampu terbelah menjadi dua bagian.Kedua mata mereka memandang begitu tajam seperti iblis dari neraka yang siap untuk menghancurkan.Mereka adalah pasukan kedua yang memang dibentuk oleh Max. Mereka semua gabungan dari pengawal terlatih yang bekerja pada Tuan Ramford.Karir Max sebagai pengawal memang melaju pesat. Dia yang awalnya tidak memiliki kemampuan dan hanya diremehka
Seketika pria berpakaian kelabu itu pun ketakutan. Wajahnya semakin lama semakin pucat pasi, “Lepaskan aku! Lepaskan!” Pria itu terus saja berteriak.Sekarang ini dia sedang merasakan aura yang mengerikan dan siap membunuh dari orang-orang yang bersamanya ini. Pria ini sangat yakin kalau orang-orang yang membawanya sekarang sudah sering membunuh orang.Dia pun yakin kalau bukan satu dua atau tiga orang yang pernah dibunuh. Mungkin saja jumlahnya ratusan. Jika tidak, tak mungkin ia bisa merasakan keganasan orang-orang itu.Sikap mereka memang terlihat biasa saja, tapi saat mengeluarkan senjata dan menyeret tubuhnya, semua tampak begitu ringan dan tidak ada kendala sama sekali. Seolah tidak ada beban apa-apa yang dialaminya.Pria bergaya kuno ini sampai tidak berani untu membayangkan apa yang akan ia terima kalau sampai jatuh ke dalam genggaman mereka.Selang beberapa menit kemudian …Bill pun tiba di hadapan Mx, dan ia langsung berkata dengan sedikit tergesa, tapi tidak meninggalkan ke
Setelah mendapatkan pukulan maut dari Max, pria berpakaian kelabu itu pun tampak begitu ketakutan. Dia sendiri adalah seorang salah satu master beladiri yang dulu pernah menolong dan mengobati Rex.Kemampuannya tidak bisa disebut sebagai sang ahli amatir atau pemula. Namun juga tidak bisa dikatakan sebagai tingkat utama, karena masih banyak ilmu yang harus dikuasai olehnya.Meskipun begitu, di hadapan Max ia bahkan tidak sanggup untuk menahan pukulan dan langsung terhempas begitu saja hanya oleh sebuah pukulan saja.Sekarang ini, pria berpakaian abu-abu itu sudah terluka sangat parah. Dia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk bertarung lagi.Saat ia melihat Max berjalan menghampiri selangkah demi selangkah, wajah pria itu pun semakin terlihat pucat seperti sudah tidak ada aliran darah di sana.Max dengan angkuh datang menghampirinya, dan Ia pun bertanya dengan nada yang dingin, “Siapa yang telah menyuruhmu ke sini dan membunuh putri Nyonya Vanessa?”Begitu mendengar pertanyaan Max,
Cahaya yang terpancar itu mengarah pada leher Olive. Dia pasti mati kalau sampai belati itu memotong urat leher Olive. Gerakannya begitu cepat, sampai tidak ada orang yang sempat melakukan sesuatu.“Aaa tidaak!” Saat itu Daniel berteriak lantang, ia takut jika sesuatu terjadi pada kakaknya. Berbeda sekali dengan Vanessa yang entah dimana keberadaannya sekarang. Mungkinkah wanita itu melarikan diri.Max hanya memaki dalam hati, “Dasar perempuan tidak berguna. Ibu macam apa dia membiarkan darah dagingnya berada dalam bahaya.”Max pun dengan cepat menggeser tubuh kedua anaknya pada Jade yang sekarang berdiri di belakangnya. Jade langsung mendekap anak itu dengan erat. Sekelebat bayangan pun melintas dan berdiri di samping Max.Itu adalah Zack yang bersiap untuk mendampingi Max. Bersama dengan Max ia melayangkan tinju dan Bruk! Sebuah dentuman terdengar sanagt nyaring, seolah-olah seluruh ruangan meledak terkena pukulan Max dan Zack.Max tidak akan pernah memberi ampun pada siapapun yang
Hari ini adalah hari ulang tahun Olive. Vanessa telah menyiapkan sebuah pesta besar. Ia menyewa taman hotel Prime Bayview hanya untuk menyenangkan anak perempuannya.Tak heran jika Olive sempat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Ibunya. Sejah ayahnya sakit, ia sama sekali tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibunya, hanya tekanan dan bahkan hukuman untuknya. Namun bagaimanapun juga Olive adalah seorang anak yang juga membutuhkan kasih sayang orang tua.Meski hari ini Olive merasakan kebahagiaan, tapi sesungguhnya kebahagiaan itu tidak untuknya. Pesta ini dibuat oleh Vanessa demi memperlancar bisnisnya.“Olive, selamat ulang tahun. Jadilah anak yang pintar dan panutan untuk adikmu. Bahagialah selalu Olive,” batin Max yang sedari tadi memperhatikan putri sulungnya dari kejauhan.Saat ini ia sama sekali tidak berani untuk menunjukkan wajahnya di dekat anak itu. Meski sesungguhnya ia ingin memeluk Olive seperti yang biasa dilakukan setiap anak sulungnya berulang tahun. Namun se
Cepat-cepat Max merubah ekspresinya. Ia kembali memasang wajah dingin, jangan sampai Vanessa melihat perubahan pada wajahnya.“Oh, benarkah Nyonya? Saya tidak tahu mengenai kapan ulang tahun mereka, istriku juga tidak bercerita apa-apa,” jawab Max.Vanessa tertawa dingin, “Ha ha sudahlah kau tidak mengetahui ulang tahun mereka itu tidak masalah. Bukankah itu bukan kewajibanmu, lagipula belakangan ini kau lebih sering mengawalku dibanding mengurus kedua anak itu. Sekarang mereka berdua sudah menjadi tanggung jawab istrimu.”“Saya mengerti Nyonya. Hanya saja saya sedikit kaget saat anda menanyakan tentang mereka berdua.”Vanessa mendesah napas panjang, “Yah aku tahu. Meski aku jauh dari mereka dan sudah lama tidak saling menyapa, bahkan aku sempat berpikir untuk membawa mereka ke sekolah asrama saja. Kau tahu kan anak-anak itu sangat berisik!”Max tidak berkata apa-apa. Kalau boleh dikata, dia yang lebih peduli dengan anak-anak dibanding Vanessa. Jade sendiri sudah lama menginginkan keh
Sementara itu di luar hotel …Bill menoleh ke arah Max. Ia penasaran dengan satu keputusan yang dibuat oleh rekannya itu.“Max, kenapa kau membiarkan Selena pergi begitu saja? Apa kau tidak ingin menghabisinya juga?”Saat ini Bill tampak begitu mengkhawatirkan keadaan. Ia teringat akan anggapan kalau kita ingin membasmi sesuatu harus dimilai dari akarnya, jika tidak maka akan tumbuh lagi.Bill menganggap otak dari semua kekacauan ini adalah Selena. Apalagi terlihat jelas bagaimana Tuan Randall begitu menghormati Selena.Saat ini tatapan Selena dipenuhi dengan kebencian terhadap Max dan Bill. Menandakan kalau ia tidak terima dengan perlakuan seperti ini dan dia tidak akan tinggal diam.Max tertawa lirih, kemudian ia pun berkata, “Dia hanya seorang Selena Harris yang tidak penting. Tidak ada gunanya untukku membunuh dia, tujuanku sekarang ini adalah untuk menyuruhnya kembali ke kota Zylan karena aku tahu kalau ia akan membalas dendam kepada Tuan Ramford dan aku, dengan begitu maka aku a
Pengawal pribadi Selena Harris menghela napas perlahan dan berkata, “Nona, tidak ada gunanya untuk membicarakan hal ini sekarang. Kita harus segera pergi dari tempat ini!”Selena Harris pun mengangguk, “Hmm, ayo kita pergi!”Selena sadar kalau saat ini Tuan Randall sudah mati dan tidak ada gunanya lagi untuk terus berlama-lama di kota Northbay. Dia harus segera kembali ke kota Zylan dan menceritakan semua masalah yang telah terjadi di sini pada keluarga besarnya.Jika keluarga besarnya tahu tentang hal ini, maka ia bisa segera membuat keputusan langkah apa yang harus mereka ambil selanjutanya. Bagaimanapun juga grup Mulder masih mereka inginkan untuk saat ini.Kematian Tuan Randall menjadi sebuah kerugian yang besar bagi keluarga Harris.Brak!Saat itu tiba-tiba pintu pun terbuka dengan cara ditendang oleh seseorang.“Ha ha ha, sepertinya sudah terlambat untuk kalian pergi sekarang,” sindir seseorang yang datang dengan tertawa sinis.“Max, kau!” seru Selena tak percaya dengan apa yang
Siapa dia sebenarnya? Sejak kapan ada seorang master yang menguasai ilmu mengerikan dari kota kecil seperti Northbay.“Jangan membuang waktuku. Kalau kau tidak punya kemampuan untuk menyelesaikan dalam waktu sepuluh menit saja, maka kembalilah!” seru Max dengan tidak sabar setelah ia menghabiskan satu kaleng beernya, yang entah kaleng ke berapa saat itu.Begitu mendengar kata-kata Max, wajah Bill pun memerah dan makin lama semakin garag. Di dalam hatinya muncul kemarahan yang berapi-api.Bill tampak tersenyum muram kemudian berkata, “Awalnya aku hanya ingin bersenang-senang, sedikit bermain denganmu bukannya tidak masalah. Sayang sekali aku hanya punya sedikit waktu.”Sebenarnya Bill masih belum ingin meninggalkan Northbay, tapi akan menjadi sangat membosankan. Lagipula ia adalah anak buah Max yang tentunya harus menuruti pria itu. Ketika dia mengikuti Max kembali ke kota Southbay ada sesuatu yang menunggu dirinya di sana, tentunya bukan sesuatu hal yang menyenangkan.Semenjak hubunga