Beranda / Romansa / Sang Pengantin Iblis / Kemesraan Bianca dan Axel

Share

Kemesraan Bianca dan Axel

Penulis: Sunrise
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Axel dan Bianca memutuskan untuk berpacaran. Mereka saling bertegur sapa lewat telepon, bahkan sering melontarkan kata-kata mesra. Hubungan mereka semakin hari, semakin membaik. "Gimana kabarmu dikantor, Dear?" tanya Axel bernada manja lewat panggilan teleponnya.

"Biasalah lagi sibuk. Oh ya, beberapa hari lagi aku akan pergi ke ulang tahun seseorang, apa kamu ingin pergi bersamaku?" Bianca berharap jika dia dapat bersama dengan Axel ke acara itu.

"Wah, kenapa pas sekali ya acaranya, Dear."

"Kenapa? Kamu lagi lembur kerja atau ada sesuatu yang lain?"

"Pekerjaanku memang tidak tetap sih, tetapi bukan karena itu. Maaf ya, Dear. Aku gak bisa menemanimu," ucapnya. Axel memiliki janji dengan angel, membuatnya tidak bisa pergi bersama Bianca. "Oh ya, bagaimana kalau kita bertemu saja. Aku sudah kangen sama kamu," ucap Axel. Pria itu ingin mencicipi bibir seksi Bianca. Pikirannya liar membuat sekujur tubuhnya tegang. Dia ingin merasakan setiap bagian tubuh Bianca yang terus menggodanya.

Ia tahu dibalik pakaian lusuhnya, gadis itu menyimpan daya tarik sendiri. Memikirkan itu, membuatnya tegang seketika. "Tetapi Dear, kalau kamu sibuk, gak apa-apa kok. Pekerjaan lebih penting." Sepertinya Axel ingin melampiaskan hasratnya terhadap perempuan lainnya atau mungkin Angel.

"Gak juga sih. Aku juga sebentar lagi selesai. Tunggu ya sekitar 15 menit lagi. Setelah ini, kita bisa bertemu."

"Oke, Dear. Aku gak akan tutup teleponnya ya, karena aku tetap ingin melihat wajahmu yang cantik." Axel tersenyum. Bianca dapat melihat senyuman itu karena mereka lagi melakukan video call. Sarah yang berada di dekat Bianca, hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum.

Memang bukan pertama kali keduanya terlihat bermesraan, namun Sarah terkadang suka tertawa kecil melihat tingkah laku mereka yang manis serta Bianca yang terus salah tingkah. Gadis itu mencubit Sarah secara diam-diam. Bukan merasa kesal karena sakit, melainkan karena Bianca seperti anak abg jika berhubungan dengan pria itu.

Andai saja, semua pegawai kantornya tahu akan itu, mungkin mereka juga berperilaku sama seperti Sarah. Bianca merasa pekerjaannya mendadak lebih lama ketimbang biasanya. Mungkin, karena ia tak dapat berkonsentrasi dengan baik. Axel tak berhenti menatapnya.

"Oh ya, kamu gak kerja?" tanya Bianca, ia merasa Axel terlihat santai.

"Kebetulan, hari ini aku lagi libur."

"Ini bukan hari minggu, kenapa libur?" tanya Bianca. Walau Bianca tergila-gila dengan Axel, ia tak mau kalau kekasihnya pengangguran juga.

"Karena aku ingin menghabiskan waktuku bersamamu," ucap Axel. Wajah Bianca memerah. Sebenarnya, Axel berbohong. Lebih tepatnya lagi, dia dipecat dari pekerjaannya sebagai seorang barista di salah satu Cafe. Dikarenakan jarang melayani pembeli, malah lebih memilih bersenang-senang dengan banyak perempuan disana.

Akhirnya, ia dipecat tanpa diberi upah. Walau begitu, ia telah mendapatkan beberapa lembar uang dari wanita-wanita kaya yang menghabiskan malam bersamanya. Jadi, dia tidak terlalu merugi kehilangan pekerjaannya. Hasil dari kerja kerasnya untuk memuaskan mereka lebih banyak daripada gaji sebagai seorang barista.

"Oh ya, kamu gak lelah nungguin aku dari tadi?" tanya Bianca tiba-tiba. Dia mengira dapat menyelesaikan pekerjaannya hanya 15 menit saja, namun setengah jam belum kelar juga.

"Gak kok, Dear. Aku malah senang banget dapat melihatmu bekerja. Kamu terlihat sexy saat bekerja."

"Dasar, tukang modus!" cibir Bianca yang sudah tak kuat dengan gombalan Axel.

"Modus hanya untuk orang-orang yang suka mempermainkan perasaan orang lain, tetapi hatiku jauh lebih penting ketimbang kata-kata yang aku ucapkan dari bibirku." Axel tersenyum. Jantung Bianca seakan melompat keluar. "Aku kangen kamu, Dear. Aku gak sabar menghabiskan waktu berduaan denganmu. Tetapi, aku janji, kali ini tidak seperti waktu itu."

"Kamu ini, membuatku gak bisa fokus dalam bekerja lagi."

                        *****

Waktu telah usai, Bianca juga sudah menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu 45 menit. Sarah juga sudah pulang. Kini, Bianca begitu sabar menunggu Axel datang kekantornya. Pria itu datang dengan mobil sedan berwarna putih. Walau terlihat lusuh dan lama, mobil itu dapat dipergunakan dengan baik.

Goresan terlihat pada mobil sedan. Bianca mengingat goresan itu sebagai tanda tentang kebersamaan mereka yang sulit ia lupakan. Axel berjalan sambil tersenyum. "Kenapa? Mobilku terlihat jelek ya?" terka Axel. Wajahnya terlihat sedih. "Maaf aku bukanlah pria kaya yang bisa membahagiakanmu, aku hanya..." Bianca menutup mulut Axel dengan jari telunjuknya.

"Aku tidak ingin mendengar itu darimu. Axel, aku selalu menerima kekuranganmu," ucap Bianca seraya memeluk Axel. Gadis itu menutup kedua matanya, merasakan kehangatan. Namun, Axel tak ingin sekadar pelukan saja. Dia melepaskan pelukan Bianca.

Aroma parfum milik Bianca menusuk hidung Axel seketika. Aroma itu seperti bunga camellia yang wangi. Sensasi kesegarannya mampu mengoyakkan hati Axel. Pria itu mencium bibir Bianca. Bianca tak mempermasalahkan ciuman tersebut.

Dia berpikir, ciuman merupakan hal wajar yang dilakukan oleh pasangan. Ciuman itu diperdalam oleh Axel hingga leher. Bibirnya semakin memperluas daerahnya dengan mengelilingi leher Bianca. Gadis itu sempat mengerang. Axel menghentikan ciumannya seraya tersenyum. Kemudian, pria itu memeluk Bianca begitu lembut. "Ayo, kita pergi ke suatu tempat!" ajak Axel sembari menggenggam tangan Bianca.

"Pergi kemana?"

"Apartemenku," ucap Axel santai.

"Hah? Apartemen? Axel, bukankah aku bilang kalau..."

"Bianca sayang, kita tidak akan melakukan hal yang gak senonoh disana."

"La┄Lalu kenapa kamu mengajakku kesana?"

"Memasak bersama."

"Masak? Aku kira..."

"Iya, Dear. Lihatlah, pikiran siapa sekarang yang terlihat mesum!" kata Axel, pundaknya menyentuh pundak Bianca. Gadis itu melepaskan genggaman Axel. Ia mencubit pinggang Axel.

"Ja┄Jangan bercanda seperti itu lagi! Orang lain pasti bisa salah paham."

"Oke, Dear. Tetapi..."

"Tetapi apa?"

"Mobilku begitu buntut. Kamu mau pergi dengan mobilku seperti itu? Atau pakai mobilmu saja?"

"Aku sih gak mempermasalahkannya. Bebas mau pakai mobil siapa saja. Tetapi, mobilmu gak mogok kan?"

"Kalau mogoknya sih bisa iya, bisa juga tidak. Ya sudah, kalau kamu khawatir, pakai mobilmu saja. Gimana? Biar aku saja yang menyetir."

"Kenapa tidak menyuruh pak Suryo saja yang melakukannya?"

"Karena aku adalah kekasihmu, Dear." Axel tersenyum manis ke arahnya seraya menggenggam tangan Bianca. Hatinya meleleh seperti es krim yang mencair.

"Oke. Kalau begitu, aku telepon pak Suryo dulu, ya," ucap Bianca seraya mengambil ponselnya. Axel menganggukkan kepala.

"Halo, non Bianca!" jawab Suryo ditelepon.

"Segera kemari! Oh ya, setelah itu, kamu pulang sendiri," ujar Bianca terdengar galak. Axel tersenyum melihat kekasihnya yang seperti itu. Memang, hanya Axel yang membuat Bianca seperti seekor kelinci yang manis.

"Kok saya disuruh pulang sendiri sih, Non? Lalu, saya naik apa pulangnya?"

"Itu urusanmu sendiri. Bukan urusan saya. Yang terpenting, kamu harus menuruti perintah saya. Kamu mengerti?"

"Kalau tuan dan nyonya besar tanya sama saya, saya harus jawab apa, non?"

"Bilang saja, kalau aku se┄sedang ada pertemuan klien mendadak."

"Tetapi kok saya gak diikutkan? Gimana mau menjawabnya?"

"Udahlah, bilang apa gitu. Yang terpenting, cepat kemari! Tidak pakai lama. Cepat!" ujar Bianca seraya menutup teleponnya. Axel menatapnya sambil tersenyum tipis. "Kenapa? Ada yang salah?"

"Gak kok. Cuman kamu terlihat seksi saja," kata Axel seraya mengecup pipi Bianca. Wajah gadis itu merona merah. Kecupan ringan itu berlanjut hingga kecupan di bibirnya. Lidah Axel menari-nari indah. Bianca tanpa sadar malah membalasnya.

Gadis itu memang cepat belajar. Keduanya saling berciuman panas hingga gairah mereka memuncak. Tangan Axel menyentuh kepala Bianca, terasa menikmati setiap sentuhan bibirnya hingga mereka terhenti saat mobil Alphard Bianca tiba di kantornya.

Bab terkait

  • Sang Pengantin Iblis   Gadis yang malang

    Apartemen Axel terbilang lumayan besar. Tetapi, bagi seseorang yang memiliki harta berlimpah, apartemennya bukanlah apa-apa. Namun, Bianca tak pernah mempermasalahkan hal itu. Gadis itu memilih duduk di sofa. Bibirnya tersenyum manis. "Kenapa? Kecil ya apartemenku?" tanya Axel."Aku gak berpikir begitu.""Lalu apa yang kamu pikirkan?" Axel duduk disebelah Bianca. Pria itu menyentuh kepala Bianca, lalu disandarkan pada bahunya."Apartemenmu rapi dan bersih.""Itu karena aku yang rajin membersihkannya," ungkap Axel agak sedikit gugup. "Untung saja, aku selalu membersihkan Apartemenku setiap hari," batinnya."Lalu, sebenarnya apa pekerjaanmu?""Kamu ingin tahu?" tanya Axel. Bianca menganggukkan kepala. Pria itu membelai rambut panjangnya dengan lembut. Sesekali, ia mengecup lembut kening Bianca. Perasaan Bianca semakin kuat karena sikap manis pria itu."Kalau kamu belum memiliki pekerjaan yang tetap, aku bisa memberimu jabatan di kantor,

  • Sang Pengantin Iblis   Kebebasan

    Awan tak terlihat terang, semuanya terasa gelap, hanya bintang yang mampu menemani sang kegelapan malam. Cahaya lampu juga melengkapi dunia yang gemerlap. Adanya sebuah bangunan megah dengan bergaya Eropa, dipenuhi lampu berwarna terang membentuk kemegahan.Bangunan itu memiliki pintu utama yang tinggi, bahkan jika ada seorang manusia dengan tinggi dua meter, masih dapat berjalan dengan baik melalui pintu tersebut. Tinggi pintu itu berkisar 3.5 m. Orang-orang terlihat seperti semut, jika melalui pintu itu.Tempat yang megah tak jauh dari tamu-tamu berkelas tinggi. Mereka semua mengenakan pakaian dengan brand terkenal dari dress, jas, high heels, sepatu, tas, hingga segala jenis benda yang melekat pada penampilan mereka.Bianca dan Sarah yang tak ingin ketinggalan. Mereka mengenakan dress dengan brand yang terkenal. Bianca dengan dress navy polosnya, menampakkan bentuk tubuhnya serta dadanya yang terlihat membesar. Sedangkan Sarah mengenakan dress panjang berwarn

  • Sang Pengantin Iblis   Rencana yang sempurna

    Axel dan Angel masih betah berdiri di lantai dua tanpa menyambut tamu lainnya. Angel memanggil pelayan yang berjalan melewatinya untuk mengambilkan dua gelas anggur merah. "Kamu selalu tahu apa yang menjadi kesukaanku," ungkap Axel menampakkan senyuman mautnya."Kita kan sudah kenal lama, Xel. Semuanya tentangmu aku tahu bahkan ukuran semua yang kamu pakai," ujar Angel. Pria itu menyeringai dengan tatapan nakalnya."Eh iya, kamu masih disini?" tanya Axel."Emang kenapa? Kamu udah gak sabar ketemu ama dia?""Bukan begitu. Saat ini, statusnya adalah pacarku. Walau aku sudah melihatnya dari sini, entah kenapa aku tidak bisa menemuinya langsung. Menurutmu kenapa?""Karena kamu gak menganggap dia sebagai orang spesial dihatimu." Kepala Angel bersandar pada bahu lebar Axel. "Xel!" panggil Angel seraya mendongakkan kepalanya."Hmm? Apa?""Kamu serius ingin memanfaatkannya?""Kalau iya kenapa?""Kamu gak takut suatu hari nanti k

  • Sang Pengantin Iblis   Jebakan Axel

    Bianca membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar. Dia menghela nafas seketika. Dilihatnya, cermin yang menampakkan sosok dirinya. Ia tersenyum. Walau dalam suasana hati yang cukup buruk tadi, tetapi ia masih begitu cantik. Setelah lima belas menit kemudian, dia keluar dari sana.Saat keluar dari toilet, dia ditarik oleh Axel. Pria itu langsung menciumnya lembut. Bianca ingin menampar siapa pria yang berani menciumnya. Namun, hal itu tak ia lakukan saat Axel melepaskan ciumannya. Pria itu tersenyum."Kamu disini?" Bianca masih tidak percaya jika Axel berada didekatnya. Ia mengira pikirannya dipenuhi Axel, sehingga menyebabkannya berkhayal. Gadis itu menampar pipinya sendiri."Kenapa ditampar, dear?" Axel mengusap pipi Bianca lembut. Setelah itu, ia mencium pipinya."A┄Aku kira ini cuma mimpi. Kamu tiba-tiba datang begitu saja tanpa mengabariku dan langsung menciumku. Gadis mana yang tidak langsung kaget?""Kamu masih ingat tidak, waktu itu ketika

  • Sang Pengantin Iblis   Malam penuh rasa

    Malam penuh bintang menjadikan waktu terindah bagi Axel. Pria itu tak berhenti menatap Bianca. Gadis yang malang, tak bisakah Axel bersikap lebih lembut padanya tanpa bertindak begitu keji? Axel tak peduli. Bianca sangat bermanfaat untuknya dimasa mendatang.Hanya dengan cara ini, pria itu memiliki Bianca. Tanpa berpikir panjang, Axel menurunkan resleting pada dress bagian belakang Bianca. Gerakannya cukup cepat, namun tak merusak resleting itu sendiri. Ponsel Bianca yang telah disilent dari awal saat pria itu membawanya, tak dapat mengganggu aktivitasnya.Setelah resleting terbuka, ia segera melepaskan pakaian itu yang terus mengganggunya. Tampak pakaian dalam Bianca yang menggiurkan. Axel tegang sesaat. Dia tak bisa berpikir jernih. Bianca tak menolak saat pria itu menyentuhnya. Malam yang berwarna dengan segala desahan yang menggelora. Bianca yang tak menolaknya, membuat Axel bergerak semakin liar.Malam penuh dosa itu tak ada rasa penyesalan bagi Axel. Pikir

  • Sang Pengantin Iblis   Perselingkuhan Axel

    Waktu terlewati dengan sempurna, tak terasa satu bulan telah berlalu. Waktu yang cukup cepat ini, membuat seorang wanita merasa gugup. Ia memejamkan kedua mata sambil menikmati angin yang terus berdatangan ke arahnya.Dia berdiri di sebuah balkon kantornya. Termenung mungkin pilihan terbaiknya saat ini. Sarah datang tiba-tiba tanpa sengaja mengagetkannya. "Ibu terlihat melamun. Bukankah seharusnya anda senang karena sebentar lagi akan menikah?" tanya Sarah."Sarah, menurutmu bagaimana perasaanmu ketika menikah?""Gugup dan ragu. Tetapi, ketika memikirkannya kembali saya tidak ragu lagi.""Secepat itukah keraguanmu hilang?""Iya. Tidak begitu baik, jika hati dikelilingi keraguan dalam waktu yang lama. Oh ya, saya punya tips agar dapat mengurangi rasa gugup serta keraguan anda.""Gimana caranya?""Ibu harus memejamkan kedua mata sambil mengingat setiap momentum anda bersamanya. Saya yakin setelah itu, anda pasti merasa lebih rileks."

  • Sang Pengantin Iblis   Kemunculan Vivian

    Langit menampakkan kesenduan yang beraroma mistis. Hawa dingin seakan membeku seketika. Aura gelap mengelilingi Bianca dalam sekejap. Sepasang mata berwarna merah terlihat mengganas. Senyuman yang licik tak dapat terkendali. Aura iblis mengelilingi Bianca. Kini, Bianca terlihat berbeda.Sosok Vivian yang berada didalam tubuhnya akan mengubah seluruh kehidupan Bianca. "Hahaha... Akhirnya setelah sekian lama aku menginginkan tubuh manusia, tak kusangka aku berhasil mendapatkannya," ujar Vivian dengan sorotan mata yang tajam. Dia tampak bersemangat dengan tubuh barunya.Semua memori pada kehidupan Bianca menyatu pada diri Vivian. Wanita itu sudah mengetahui semua hal yang terjadi pada Bianca dengan memori itu. Selain itu, dia memiliki energi yang mematikan. Akankah Vivian membawa sebuah malapetaka? Kenyataannya, dia menatap tajam Axel dan ibu tiri Bianca. Senyuman jahat mendarat pada bibir manisnya. "Kalian ini, sangat menjijikkan," batin Vivian seraya mendekati mereka.

  • Sang Pengantin Iblis   Malam Pertama

    Malam ini bertaburan bintang penuh warna, seakan pertanda baik bagi Axel. Dekorasi yang indah dengan bunga mawar disekitarnya, menampakkan keromantisan yang menggebu. Tatanan yang rapi serta aroma bunga mawar mengusik hidung menambah gairah yang membara. Pria itu memasuki kamar pengantin dengan segala kelicikan yang terukir dibenaknya. Ia melihat Vivian yang berdiri dengan tenang, ia tak sabar ingin meraih wanita itu ke dalam dekapannya. Dilihatnya, Vivian berdiri di depannya sambil tersenyum. Ia berjalan mendekati wanita itu. Ia menatap penuh gairah tanpa rasa malu. Tatapan Vivian memperdaya Axel dalam waktu singkat. Jati dirinya sebagai roh iblis, tak sulit untuk menaklukkan pria manapun, termasuk Axel. Mungkin, Bianca tak pandai merayu pria. Tetapi, Vivian selalu memiliki aura tersendiri yang memungkinkan Axel terjebak dalam permainannya. Axel mendekati Vivian tak sabar. Ia menatap dengan setiap keinginannya yang liar. Senyuman Vivian menggoda Axel s

Bab terbaru

  • Sang Pengantin Iblis   Permainan berbahaya

    Vivian mengenakan salah satu dress yang baru ia beli di Mall. Dia menatap cermin sambil tersenyum. Axel berdiri di belakang Vivian seraya memeluknya dari belakang. "Kamu cantik, Honey," puji Axel sambil mengusap kepala wanita itu dengan lembut."Ini tubuh Bianca. Bagaimana kamu tahu kalau aku cantik?" tanya Vivian. Senyuman Axel tampak pada bibirnya."Apapun itu, bagiku kamu cantik." Axel mencium rambut wanita itu dari belakang."Aku ingin mencoba dress yang lain.""Kamu beneran gak sabar ya ingin segera berkencan denganku?" godanya, menaikkan salah satu alis."Ya udah, aku pakai dress ini aja.""Duh, istriku ini mulai ngambek ya. Tetapi, sikapmu yang seperti ini bertambah manis. Aku suka," bisiknya dengan nada seksi. Lidah Axel bermain pada telinga itu. Tak lama, ia menyudahinya."Kalau kamu terlambat, kita akan kesulitan ke Bioskop," kata Vivian. Ia menatap malas seraya melipatkan kedua tangan. Axel tersenyum. Selain menggoda Vivian

  • Sang Pengantin Iblis   Vivian vs. Victoria

    Vivian mengepalkan tangan. Ia tak mengira bertemu musuh lamanya di rumah itu. Awalnya, Victoria juga tak tahu kalau Vivian berada di tubuh Bianca. Namun, setelah insiden perselingkuhan Axel terkuak, Victoria dapat merasakan gelombang aura yang sangat kuat dari tubuh Bianca.Sejak saat itu ia mulai memperhatikan orang-orang disekitar Vivian secara diam-diam. Dia juga menanamkan sesuatu pada diri Meili saat anak buahnya dikalahkan oleh Vivian. Hal itu yang memicu Meili memilih bunuh diri.Jika dilihat dari karakteristik Meili, ia bukan tipe perempuan yang mengakhiri hidupnya. Victoria berhubungan dengan kematian Meili. Sayang, Vivian tak tahu hal itu. Tetapi, dia agak curiga ketika Meili lebih memilih melompat dari lantai tiga.Namun, kecurigaan itu perlahan memudar, saat melihat Meili bersimbah darah. Setelah semua terjadi, kini Vivian mulai mengerti. Kehadiran Victoria memberinya petunjuk. Yang dia tak bisa prediksikan, roh iblis itu datang lebih cepat ketimbang

  • Sang Pengantin Iblis   Musuh lama

    Barang belanjaan yang cukup banyak membuat Vivian agak kesulitan membawanya. Ia melihat Suryo yang tertidur pulas di mobil. Suara ketukan kaca mobil mengagetkannya seketika."Eh, Non. Sudah selesai?" tanya Suryo seraya mengusap kedua matanya. Ia masih agak mengantuk."Udah dong. Oh ya, kenapa kamu memanggilku non lagi?""Udah kebiasaan, Non. Nggak enak rasanya kalau diubah begitu.""Kamu menyebutku begitu, telingaku jadi gatel." Vivian mengusap telinga."Saya kan sudah memanggil Non bertahun-tahun. Rasanya tidak sopan jika tidak memanggil seperti itu. Nggak apa-apa kan, Non?" Suryo mengusap kedua matanya lagi."Ya udah terserah kamu.""Barang belanjaan Non kemana? Saya mau taruh di bagasi mobil.""Sudah ku taruh semua baru saja. Sepertinya, kamu masih mengantuk, ya.""U-udah nggak, Non," kata Suryo. Ia tak ingin dianggap sebagai sopir yang tidak kompeten. Dia berusaha agar menahan rasa kantuknya."Pak Suryo, kalau

  • Sang Pengantin Iblis   Malaikat maut

    Keduanya saling bertatapan. Tak berlangsung lama, malaikat maut itu mengeluarkan rantai ikatan. Rantai itu dapat mengikat roh iblis dengan cukup kuat. Namun, Vivian selalu tahu trik ini.Dia berhasil menghindar walau tak menggunakan kekuatannya. Malaikat maut itu terus mengayunkan rantai ikatan ke arah Vivian. Lagi-lagi hal itu sia-sia. Vivian menyeringai.Dia tahu malaikat maut tidak pernah menunjukkan kekesalannya. Terlihat, hanya dua kali serangan gagal, malaikat maut terhenti. Ia menyimpan kembali rantai ikatan itu."Apa kamu nggak bosan ingin menangkapku terus?" Vivian mengerucutkan bibir."Vivian, kamu sudah terlalu lama hidup di dunia manusia. Sudah saatnya, kamu kembali ke gerbang langit.""Gak mau. Aku tahu, kalian p

  • Sang Pengantin Iblis   Berfoya ria

    Sebuah Mall yang berada di daerah perkotaan lebih ramai ketimbang biasanya. Mungkin dikarenakan hari minggu, menjadi kesempatan bagi banyak orang untuk menghabiskan hari liburnya di Mall. Beberapa butik ternama telah dipadati pengunjung. Mereka berbondong-bondong membeli pakaian dengan harga murah. Terjadinya diskon besar-besaran hampir semua butik yang ada di Mall tersebut. Salah satu pengunjung Mall itu memancarkan auranya. Orang-orang berlalu lalang terkesima dengan kecantikan serta bentuk badan yang dimilikinya. Sosok itu adalah Vivian. Walau semua pakaian Bianca serba tertutup, tak menjadi penghalang baginya untuk berpakaian terbuka. Ia menyulap salah satu kemeja Bianca yang berlengan panjang menjadi tanpa lengan. Dia melepas semua lengannya tanpa menyisakan sedikitpun menggunakan pendedel. Lalu, ia menggunakan benang dan juga jarum. Ia meminjam semua peralatan itu pada Ratna. Kemudian, ia menjahit bagian yang kurang rapi. Masih belum cukup puas,

  • Sang Pengantin Iblis   Tentang roh iblis

    Roh iblis itu menatap Axel sambil tersenyum. Langkahnya semakin dekat hingga wajah mereka berjarak beberapa sentimeter saja. "Ikuti aku!" kata roh iblis itu. Axel mengikutinya. Mereka duduk di salah satu kursi yang berada di Taman. Banyak orang berpacaran disana. Axel dan roh iblis itu memilih tempat yang sepi, sehingga tidak ada yang mendengar apa yang mereka bicarakan. Mereka juga tidak terpengaruh oleh suara-suara bising lainnya. "Tempat ini sudah cukup sepi, ceritakan padaku apa yang kamu ketahui tentangnya." "Kamu nggak takut denganku? Gimana kalau aku menipumu?" Roh iblis itu tersenyum miring. "Kamu adalah roh iblis. Sedangkan aku hanyalah manusia biasa. Berada di tubuhku juga nggak enak." Axel memalingkan wajahnya. Sebenarnya, ia masih takut dengan roh iblis di depannya. "Hahaha…. Kamu cukup menarik. Oh ya, kamu ingin tahu cerita Vivian atau roh iblis?" "Vivian kan roh iblis. Nggak ada bedanya, kan?" "Aku memberikanmu pi

  • Sang Pengantin Iblis   Cinta sejati

    Angel menatap tak percaya apa yang dilihatnya. Ia terlihat gugup. Sedangkan Axel berpakaian kembali. Dia mulai menjauh dari Angel. Ketakutan kembali menerpa pria itu. Tubuhnya mulai bergetar. Bibirnya pucat. "Ngel, aku cabut dulu, ya. Dah." "Duh, si Axel ini malah main kabur segala," batin Angel. Ketika Axel berpapasan dengan Falco, pria itu menariknya. Dia memukuli Axel bertubi-tubi. "Stop Falco!" seru Angel. Ia menghentikan suaminya. Tatapan mata Falco marah bercampur kecewa. Angel menatap Falco sambil memegang tangannya. Ia meneteskan air mata. Karena air mata itu, Falco berubah menjadi lembut. Ia tak lagi memukuli Axel. "Kenapa, Angel? Apa kekuranganku dari pria itu?" Falco menatap Angel kecewa. Tak terasa, ia meneteskan air mata. "Maaf. Kamu boleh menyalahkanku. Aku…" "Aaaaaaah!" Falco berteriak histeris. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia tak ingin memukul atau memarahi istrinya. Dia begitu mencintai Angel. Dia lebih suka m

  • Sang Pengantin Iblis   Isi hati Axel

    Axel tidur pada paha Angel. Mereka tak melakukan apa-apa. Axel menggenggam tangan wanita itu, lalu mengecupnya lembut. Sebelum mengenal Vivian, tak cukup hanya ciuman ditangan.Pria itu bergerak liar hingga Angel kewalahan. Namun, saat ini, ia tak ingin melakukannya. Entah apa yang terjadi padanya, ia seakan tak bergairah. Padahal, Angel mengenakan baju tanpa lengan memperlihatkan belahan dadanya serta celana pendek di atas lutut.Siapa yang tidak tergoda dengan penampilannya seperti itu? Berada di pangkuan Angel, baginya lebih dari cukup. Ia tak ingin lebih. Selain itu, Angel tak mengajak Axel untuk berhubungan badan.Sebenarnya, Axel lebih sering mengajaknya untuk melakukan perbuatan dosa itu, ketimbang dirinya. Tak heran, ketika Axel tak ingin melakukan itu, Angel juga tak berinisiatif. Wanita itu mengerti apa yang terjadi pada Axel."Jadi, kamu telah jatuh hati beneran sama istrimu?" tanya Angel. Sudah kesekian kali Axel tak menjawab. Ia bimbang. Ange

  • Sang Pengantin Iblis   Bertemu Angel

    Wanita itu mengusap punggung Axel, membiarkannya membenamkan kepala. Beberapa orang melihat ke arah mereka, namun tak terlalu peduli dengan hubungan keduanya. "Why? Kamu begitu kangennya ya sama aku, sehingga kamu peluk aku gini?" tanya wanita itu. "Angel, kamu kemana aja? Kamu tahu kalau aku kangen." Axel melepaskan pelukannya perlahan. Ia menatap wajah itu. "Ayo, ke Apartemenmu!" seru Angel tiba-tiba. "Lalu, gimana dengan suamimu?" "Suamiku lagi ke luar kota. Kamu gak perlu cemas." "Ngel, aku gak mau seperti waktu itu. Kamu tau gak, apa yang dilakukan suamimu itu? Aku hampir mati." Axel merinding seketika saat mengingat kejadian waktu itu. "Sorry, Xel. Aku gak bermaksud membuatmu takut." Wajahnya kusam. Kemudian, Angel duduk di pasir. Kedua kakinya disejajarkan didepan. "Tetapi, suamimu gak pernah memukul atau interogasi kamu, kan?" "Dia hanya memelukku. Dia mengatakan tentang perasaannya. Dan ia berharap, kalau kami

DMCA.com Protection Status