"Tunggu!" Sebuah teriakan dari orang di belakang mobil Alice. Aslan menoleh ke belakang. Terlihat seorang pria berpakaian serba hitam ada di belakang mobil. "Sepertinya dia mengenalmu." "Jangan hiraukan! Cepat jalan saja!" Ketika anak buah Alice akan menancap gas, justru ada seorang pria yang menghadang. Tentu saja anak buah Alice langsung mengerem mendadak. Alice turun dari mobil ketika melihat pria yang menghadang. Aslan pun ikut di belakang Alice. "Kenapa kau menghentikanku?" Alice berbicara pada pria yang berpakaian serba hitam.Aslan memperhatikan pria di hadapannya. Ia tidak bisa menyimpulkan kalau orang di hadapannya itu adalah mafia yang dicari Alice. Karena dari wajah dan lagaknya biasa saja. "Kau kan belum menyerahkan apa yang aku minta." Mendengar ucapan pria di hadapannya, Aslan menjadi yakin kalau memang mafia yang dicari Alice untuk menyewa mobil memang yang sekarang sedang berbicara. Ia tidak ingin ikut campur. "Kau pikir aku bodoh?" Alice justru terlihat tidak
Sesuatu yang ditampilkan Alice tentang tugas anak buahnya pada Aslan berupa hal yang tidak enak dijalankan. Rasanya Aslan terjebak di antara dua pilihan tidak bagus untuk dipilih."Jangan diam saja? Kau ingin tugas apa?""Kenapa tidak anak buahmu saja? Dia kan pelanggan VIP dalam hal narkoba.""Tidak bisa dijadikan pilihan utama. Karena takut ternyata nanti tertangkap.""Aku apa bedanya? Aku kan juga dikejar-kejar bersamamu?""Berbeda. Aku yakin kalau Charles bukan mengejarmu, melainkan aku. Jadi, wajahmu mungkin tidak dihafal oleh Charles si mafia kejam itu.""Mustahil sekali sepertinya. Pasti dia mengerahkan segala hal untuk mencari semua anggota keluarga dari ayahku.""Charles tidak seperti itu. Pasti akan menghabisi orang yang tidak memuaskan kerjanya menurut Charles. Apalagi orang yang berkhianat.""Ternyata begitu. Baiklah, aku pilih tugasku sendiri. Biar anak buahmu saja menjalankan tugasnya."Alice hanya tersenyum kecil mendengar ucapan Aslan. Sudah diduga oleh Alice kalau Asl
Bella tampak beranjak dari kursi. Ia membiarkan pria yang baru saja datang menduduki kursinya. Aslan masih diam mengamati keadaan. Tanpa ada pemberitahuan sebelumnya, Bella keluar dari ruangan ukurannya seperti kamar. Hanya ada Aslan dan pria di depannya."Jadi, kau pelanggan baru?""Iya. Maaf aku kurang nyaman diperlakukan seperti akan diinterogasi seperti ini." Aslan mengutarakan apa yang dipikirkan sejak tadi."Seperti inilah cara kami. Jika kau tidak sanggup melanjutkan ... maka bisa pergi dari sekarang.""Tidak mungkin aku meninggalkan begitu saja setelah mencobanya tadi.""Bayar!" Pria di hadapan Aslan memberikan nota pembayaran pada Aslan.Aslan tak mengerti cara kerja transaksi mereka. Tidak biasa bagi Aslan ditekan tanpa ada kejelasan prosedur.Tidak ada jeda untuk menunggu pembayaran. Aslan harus segera menyelesaikan saat ini juga. Dalam beberapa menit, transaksi berhasil. Aslan mengira setelah transaksi akan berakhir. Ternyata dugaan Aslan salah. Bella masuk kembali menem
Kotak yang dibawa Aslan tidak bisa dipahami isinya. Karena berisi tentang teka-teki yang harus dipecahkan. Alice menerjemahkan teka-teki tersebut sebagai bentuk opsi terakhir jika saja Aslan tidak bisa bertemu dengan Bella lagi. Maka Aslan dan Alice yang akan memecahkan teka-tekinya. "Cukup rapi juga Bella dalam memperhitungkan sesuatu." "Iya. Tapi, susahnya ... dia terlalu rapi hingga terkadang hanya dia sendiri yang tahu. Orang lain tidak mampu memecahkan." Alice mengakui kemampuan saudarinya itu. Namun pada sisi lain juga menyusahkan."Optimis saja dia datang. Kurang setengah jam lagi." Aslan masih sabar menunggu kedatangan Bella di tempat pertemuannya. Walaupun tubuh Aslan tak sepenuhnya pulih dari terakhir kali setelah mengonsumsi entah obat apa."Aku penasaran dengan apa yang akan dilakukan Bella.""Kenapa begitu? Apa ini bukan rangkaian pembelian narkoba seperti biasanya?""Bukan. Biasanya hanya sekali itu saja. Kalau yang dua kali biasanya VIP. Tidak mungkin sekali bertemu d
Tombol yang ditekan Aslan tak segera berfungsi. Namun tak sampai lima menit, ada beberapa gelembung mirip karet mengembang dari bagian dalam.Alice yang mengemudi tak mampu mengendalikan lagi mobil yang dikemudikan. Aslan dan Bella pun tak bisa bergerak akibat terhimpit karet yang membesar bagaikan balon yang ditiup. Duar! Mobil mengeluarkan suara leadakan keras saat berada di dasar jurang. Aslan dan yang lainnya berada di dalam mobil hanya diam mengikuti alur. Karet mirip balon yang ada di dalam mobil menyusut setelah lima belas menit. Aslan bisa bernapas lega ketika merasakan ada ruang. Namun rasanya tubuh Aslan sakit semua saat digerakkan. Aslan bersusah payah menoleh pada Bella. Rupanya Bella masih sadar seperti Aslan. Hanya saja, Bella tidak mengembuskan napas dengan keras. Ketika mata Aslan tertuju pada Alice, tubuh yang terasa sakit langsung berubah dikesampingkan oleh Aslan. Alice tidak sadarkan diri yang membuat Aslan khawatir. "Alice!" Aslan mengguncang pelan bahu Alic
"Kita pakai ini saja!" Bella mengeluarkan tiga botol kecil dari dalam tas.Aslan tidak memberi jawaban atas saran Bella. Ia memilih menarik Bella dan Alice untuk pergi dari sana. Langkah kaki yang terdengar dari atas semakin mendekat. "Kita tidak bisa lari! Yang ada terbunuh!" Bella melepaskan tangan Aslan."Kau bisa diam tidak? Kita harus berusaha." Aslan kesal. Namun nada bicaranya masih lirih. Alice menatap Bella. Ia memberi kode pada Bella untul menurut saja. Sepertinya Alice sejalan dengan Aslan. "Kita pakai caraku saja!" Bella masih saja bersikeras memperlihatkan botol kecil tadi. Aslan akhirnya berusaha mendengarkan Bella sembari tetap berjalan. Ia malas berdebat dengan Bella. "Apa itu?" Alice bertanya dengan nada lirih pada Bella. Ia juga tetap berjalan seperti yang dilakukan Aslan."Racun yang bisa membuat kita berhenti bernapas sementara selama dua jam. Jadi, kita bisa disangka mati oleh musuh.""Tidak hanya disangka. Tapi, pasti mati." Aslan menyangkal perkataan Bella.
Aslan menghentikan gerakannya. Sayangnya Aslan langsung dilumpuhkan oleh pria lain yang ada di belakang Aslan. Bella pun sama dibekukannya oleh pria lain. Pria yang datang menyandera Alice dengan mengalungkan Alice dengan sebuah clurit. Aslan sudah bisa menebak jika pria yang menyandera Alice akan mengancam, sehingga Aslan berusaha tidak melawan lagi."Rupanya cukup mengerti keadaan juga kau, ya." Pria yang menyandera Alice berbicara sembari mendekat pada Aslan. Aslan diam bukan tanpa rencana. Ia masih memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi di sekitar. Tidak hanya itu, Aslan juga memanfaatkan sekitar untuk menyerang. "Jalan! Cepat buka pintunya!" seru pria yang membawa Bella. Bella hanya berjalan menuruti permintaan pria yang mendorongnya sembari menodongkan senjata tajam di pinggang Bella. Percuma saja menekan Bella, karena pintu hanya bisa terbuka dengan sidik jari Aslan. Aslan sempat melirik ke arah Alice. Ia memberi kode pada Alice untuk melawan. Alice tampak mengert
Ketika remote telah ditemukan oleh Bella, seketika ruang bawah tanah terbuka. Aslan cukup takjub dengan desain yang digunakan dalam penyimpanan senjata api. "Ayo masuk!" Bella menarik Aslan untuk pergi ke ruang bawah tanah. Satu orang yang tidak bisa pergi sekarang hanya Alice. Wajahnya semakin pucat hingga terlihat tak bertenaga. "Kita akan bersembunyi di sana atau melewati ruang bawah tanah bisa menuju keluar?" tanya Aslan sebelum mengikuti Bella."Bisa keluar." Jawaban Bella membuat Aslan bertekad tidak meninggalkan Alice. Ia akan menggendong Alice sampai keluar dari penyimpanan senjata api itu. Bella pun setuju dengan Aslan. Walaupun sempat tersirat dari wajah Bella tentang penyesalan akan senjata yang ditinggal Aslan. Akhirnya Bella hanya membawa satu ransel besar yang berisi senjata, yang seharusnya membawa dua dengan milik Aslan.Aslan dan Bella memasuki ruang bawah tanah dengan posisi Bella memimpin. Rasa khawatir Aslan semakin parah saat melewati ruang bawah tanah yang t
"Kita lewat sini saja!" Bella memberitahu Aslan tentang adanya sebuah jendela kamar yang terhubung keluar, letaknya ada di belakang lemari. "Tidak ada tralis yang menghalangi?" Aslan memastikan terlebih dahulu. Karena kamar yang digunakan untuk menyekap Aslan dengan Alice jendelanya tidak bisa digunakan kabur."Tidak ada."Alice segera mengunci pintu, agar bisa mencegah musuh masuk ke kamar yang sekarang. Tanpa membuang waktu, Aslan mendorong lemari ke arah kanan yang masih kosong. Bella dan Alice ingin membantu. Namun Aslan lebih kuat dari dugaan mereka. Kini terlihat jendela besar yang masih kuno. "Ayo cepat! Aku mendengar suara derap langkah mendekat." Alice memperingatkan."Aku akan coba membukanya. Kalian cari apapun yang bisa digunakan untuk mengganjal pintu."Alice dan Bella mengangguk bersamaan. Mereka berdua tidak ada yang sempat merasakan rasa sakit tubuh masing-masing. Dalam keadaan apapun, mereka tetap bisa bergerak sesuai perintah.Beralih pada Aslan yang perlahan memb
Tanpa pikir panjang, Aslan merebut ujung tombak yang dipegang Alice. Total ada lima sel yang dibuka oleh Aslan. Semua orang yang ada di dalam sel keluar. Keadaan orang-orang yang keluar dari sel tahanan milik mantan Bella tampak masih bisa berdiri dan melawan dengan tangan. Berbeda halnya dengan satu wanita yang kakinya terluka hingga membusuk."Apa rencanamu?" tanya salah satu orang yang dibebaskan oleh Aslan. "Kita akan menyerang musuh yang menyekap kalian. Apapun caranya harus menang!" Semua orang setuju dengan apa yang diungkapkan Aslan. Alice dan Bella hanya percaya saja pada Aslan. Braakk!Pintu utama terbuka. Terlihat ada lima orang musuh yang tampak geram melihat pemandangan kaburnya tawanan dari sel masing-masing. "Kita harus menyerang paling belakang." Aslan berbisik pada Alice. Perkelahian terjadi. Beruntung musuh tak menggunakan pistol, sehingga perkelahian masih ada kemungkinan untuk menang. Bugh! Bugh!Aslan membantu dengan memukul punggung musuh yang sedang menyer
Orang yang sempat datang ke hadapan Alice dan Aslan hanya menyeringai. "Dasar bodoh! Salahkan Bella! Bukan aku." Alice akan menyerang pria tersebut. Namun dicegah Aslan. Karena Aslan melihat ada beberapa orang yang dari jarak dua puluh meter telah mengarahkan senapan pads Aslan dan Alice."Lepas! Aku harus memberi dia prrhitungan!" Alice memberontak dengan menarik-narik tangannya dari Aslan. "Lihat ke arah jam sembilan dan jam dua belas. Kau akan menyesal bergerak gegabah." Aslan berbisik pada Alice.Alice menatap ke arah yang diberitahu Aslan. Rupanya ada dua orang penembak dari jarak jaug. "Ha ... Ha ... Hahaha. Rupanya kalian melakukan hal yang sia-sia sejak tadi. Kabur sejauh ini ternyata tertangkap."Aslan jelas kesal dengan ucapan pria di hadapannya. Jika saja tidak bersama wanita, mungkin Aslan masih nekat menyerang. Namun jika bersama Alice, bertindak nekat sedikit saja mungkin penembak yang disiapkan sudah menghabisi nyawa Alice. Sebisa mungkin Aslan tidak menyelesaikan de
"Oke. Aku percaya padamu." Aslan menyerahkan segala cara pada Alice. Ia ingin membangun rekan tim yang baik, sehingga tidak perlu memandang Alice seorang wanita yang tidak memiliki kemampuan."Aku akan berakting berteriak histeris. Nanti saat pintu terbuka, kau langsung serang mereka!"Aslan setuju dengan rencana Alice. Ia kemudian mencari sesuatu yang bisa dijadikan sebagai senjata.Di dalam kamar tidak terdapat apapun yang berguna. Hanya ada ranjang, seprei dengan dua bantal. Menyerang orang dengan bantal hanya menghasilkan barang tertawaan saja. Apalagi yang dihadapi anak buah mafia. "Kenapa?" tanya Alice dengan nada lirih saat melihat Aslan tampak berpikir sembari memandangi tempat tidur.Aslan mengambil tindakan dengan menarik seprei hingga terlepas dari kasur. Ia kemudian memberi kode pada Alice untuk memulai rencana.Posisi Aslan saat ini berada di balik pintu. Teriakan Alice terdengar histeris. Aslan sampai terkejut hingga sempat tidak fokus.Suara kunci dimasukkan ke lubang
Aslan tidak beranjak. Walaupun rasa penasaran menggebu di dalam pikiran Aslan. Alice yang bukan orang sabar, bertindak menarik tangan Aslan hingga terduduk."Sial! Kau tidak tahu badanku rasanya remuk?" Aslan geram atas tindakan Alice."Salah sendiri nakal. Aku bilang makan, setelah itu aku beritahu berita bahagia.""Apa cluenya?""Adikmu.""Cepat beritahu aku!" Aslan tidak suka ada orang lain yang mengatur kebahagiaannya. Terutama tentang sang adik."Makan dulu." Alice tetap memaksa Aslan makan. Bukan tanpa alasan, Alice kasihan pada Aslan dijadikan percobaan oleh Bella. Tubuh Aslan juga terlihat lemas."Kau seharusnya tidak perlu mengkhawatirkanku. Khawatirkan dirimu sendiri." Aslan masih tak percaya Alice yang mengalami luka di bagian kepala saat ini terlihat biasa saja. Alice tidak mendengarkan Aslan. Ia justru memakan makanan yang ada di dalam piring. "Kau lihat? Aku tidak apa-apa kan? Jadi makanan ini tidak ada racunnya."Aslan masih diam. Ia berusaha membaringkan tubuh kembal
Bella dan Alice saling berpandangan. Mereka seperti merasa puas dengan apa yang telah dilakukan. Tanpa ada niat untuk menolong Aslan, Bella dan Alice justru hanya menatap Aslan yang terjatuh di lantai.Aslan terlihat sekarat. Bella masih tak gentar dengan keputusannya. Ia membiarkan Aslan berusaha sendiri. Alice merasa Aslan tak main-main merasakan hal buruk. Ia mengambilkan minuman yang masih ada di meja. Tangan Alice dicegah oleh Bella. "Dia bisa mati sungguhan." Alice melepaskan tangan Bella yang menarik sebelah tangannya. Alice membantu Aslan duduk. Namun ada sedikit perlawanan. Ketika Aslan mulai melemas, Alice menjadikan kesempatan itu untuk mendudukkan Aslan. Minuman yang ada di tangan Alice, langsung disodorkan pada mulut Aslan. Namun Aslan enggan membuka mulutnya. Bella yang melihat adegan tersebut merasa gemas. Akhirnya Bella ikut membantu Alice. Bella menekan rahang Aslan agar bisa membuka mulut. "Cepat tuang!" Bella memberi perintah. Gelas yang ada di tangan Alice be
Bella tidak menggubris segala perkataan Aslan. Ia sibuk dengan apa yang ada di dalam pikiran. Sementara Aslan yang sejak tadi bicara, merasa tidak dihargai. Akhirnya Aslan memilih mengeluarkan ponsel dari sakunya. Kerinduan Aslan terasa mendalam pada sang adik. Walaupun baru beberapa hari Aslan berpisah dari David, nyatanya membuat Aslan harus rindu mendalam. Apalagi sekarang keadaannya cukup mencekam, karena bisa saja nyawa adik Aslan dalam bahaya. "Jangan mengabaikanku." Bella merebut ponsel Aslan. "Kau dulu yang mengabaikanku. Untuk apa aku menunggu orang yang merasa tidak perlu bantuanku?""Aku sedang berpikir. Karena tadi aku lihat kau tidak memiliki ide apapun. Tidak mungkin aku mengandalkan kau saja.""Kau meremehkanku!" Aslan merasa tidak terima. Karena nyatanya bukan Aslan yang lamban berpikir, melainkan Bella yang tidak memberi petunjuk jelas. Tidak seperti Alice yang masih bisa menceritakan kejadiannya terlebih dahulu.Bella akan mendebat Aslan. Namun dicegah oleh Alice.
Sopir ambulans membanting setir ke kiri sesuai permintaan Aslan dan Alice. Selain itu, sopir ambulans cukup terkejut saat Aslan berusaha keluar dari lubang kaca pembatas antara bagian depan dengan bagian belakang."Apa yang kau lakukan?" Sopir ambulans tampak panik. Bugh!Aslan terjatuh ke kursi samping sopir ambulans. Tanpa merasakan sakitnya Aslan mendorong sopir ambulans untuk bergantian mengemudi. Akibat ada perlawanan, maka Aslan membuat sopir pingsan dengan memukulnya. Mobil ambulans oleng ke kanan dan ke kiri sejak perebutan yang dilakukan oleh Aslan. Rupanya hal itu memberi kesempatan agar musuh tak menyerang. Aslan terus menancap gas. Ia kemudian memanfaatkan satu hal. Tak berselang lama, truk dari arah berlawanan menabrak mobil yang mengikuti Aslan.Perasaan Aslan lega saat melihat mobil yang mengikutinya tertabrak truk. Sebenarnya perasaan lega tidak boleh dimiliki Aslan dalam keadaan seperti ini, karena melibatkan orang lain. Namun jika dilihat secara detail, mobil yang
Pria yang dicurigai oleh Aslan masih belum diketahui identitas dan kepentinganny. Obrolan yang cukup lama terjadi antara pria yang baru saja datang dengan pria paruh baya yang menolong Aslan. Bahkan saat Aslan diminta masuk ke dalam ruang tindakan, tidak terjadi perbincangan dengan pria yang tiba-tiba datang. Beberapa luka Aslan telah diobati. Namun energi yang tersisa di dalam tubuh Aslan menurun hingga membuat Aslan memejamkan mata. Rasa kantuk akibat lelah yang luar biasa membawa Aslan ke alam mimpi. Sementara pria yang berbicara dengan pria paruh baya tadi hanya memandangi Aslan dari luar ruangan. Ia hanya memastikan kalau Aslan masih hidup.Selama satu jam Aslan beristirahat. Aslan kemudian membuka mata. Energinya tak sepenuhnya kembali fresh. Ia masih merasakan lemas pada tubuhnya. Namun tidak seburuk tadi saat memejamkan mata. Aslan berusaha bangkit dari tempat tidur Puskesmas. Ia tidak bisa bergerak bebas akibat selang infus yang membatasi. Demi bisa pergi dari ruangan, Asl