Home / Urban / Sang PENEMBUS Batas / Bab 014. DUA TAHUN KEMUDIAN

Share

Bab 014. DUA TAHUN KEMUDIAN

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-02-03 21:51:41

"Hahh..!" Elang sangat terkejut, saat mendapati dirinya ternyata mampu melompat lebih tinggi dari perkiraannya.

Ya, lompatannya ternyata jauh melampaui tinggi tembok tersebut. Elang pun akhirnya hinggap dengan mantap, di atas rerumputan dan ilalang di lahan kosong tersebut.

‘Ternyata aku bisa melompat setinggi ini’, bathin Elang.

Dan Elang pun mulai membuka isi kitab 7 jurus dasar dan menyimaknya, dengan bantuan cahaya senter yang dibawanya. Karena memang suasana yang masih gelap di pagi buta itu.

Maka sejak hari itu, Elang tekun berlatih di sana. Karena hari itu libur, maka Elang berlatih hingga siang hari.

Siang itu sekembalinya dari berlatih. Elang langsung masuk ke kamarnya, dan menyimpan rapih kembali Kitab 7 jurus dasar di tempatnya.

Bergegas Elang mandi dan berganti pakaian dengan baju yang kering. Karena baju sebelumnya basah penuh keringat, akibat latihan kerasnya tadi di lahan kosong.

Tutt..Tuutt..!

Nada dering ponsel Elang pun mengalun. Elang pun terkejut mendengarny
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 015. PAMIT DAN PASRAH

    "Ah, Elang.." desah kaget Bu Nunik. Bu Nunik terdiam agak lama, perlahan sepasang matanya beriak basah, lalu air mata pun menggulir di kedua pipinya tanpa bisa di tahannya lagi. Ya, Bu Nunik teringat saat Elang pertamakali datang ke panti, dia teringat saat Elang berbicara pertamakalinya. Dan ia juga teringat masa-masa sedih dan gembiranya saat merawat Elang. Anak yang sudah dianggapnya bagai anak kandungnya sendiri. Namun Bu Nunik juga sadar. Jika Elang kini mempunyai kehidupan yang harus dijalaninya sendiri, sebagai seorang lelaki normal. Mencari hasil penghidupan yang cukup dan layak, serta mencari jodohnya. Maka tidak bisa tidak, dia harus merelakan Elang pergi dari panti. Dan dia tak berhak melarangnya. Elang yang melihat buliran air mata berlinang dari kedua pipi ibu asuhnya itu, segera mendekat dan memeluknya dengan mata yang ikut memerah. Tak bisa tidak, di lubuk hatinya Elang sudah menganggap Bu Nunik sebagai ibunya sendiri. Wanita yang dengan sabar dan telaten meraw

    Last Updated : 2025-02-04
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 016. KORBAN PERTAMA

    "Tante dan Mas Bas sudah pasrah Elang. Kami ikhlas, jika takdir mengharuskan kami hidup tanpa anak,” ucap Halimah. “O iya, sebentar Elang. Tante ke kamar dulu,” ucap Halimah. Halimah lalu beranjak masuk ke dalam kamarnya, ia membuka lemari kamarnya dan menarik laci dalam lemarinya. Nampaklah beberapa tumpukkan uang merah, yang terikat berjajar rapih di sana. Diambilnya 2 buah ikatan uang merah dan dimasukkannya ke dalam sebuah amplop warna coklat, yang juga tersedia di laci itu. Halimah pun bergegas kembali keluar dari kamarnya, lalu duduk kembali di kursinya.“Elang. Tante dan Mas Bas akan merasa sedih sekali, jika membiarkan kamu pergi merantau tanpa memberikan sedikit bekal. Terimalah ini Elang, dan jangan menolak pemberian Tante yang satu ini,” ucap Halimah dengan setengah memaksa Elang, untuk menerima amplop coklat dari tangannya. Halimah tahu, Elang pasti akan menolak pemberiannya, jika diberikan tanpa kata-kata yang tepat. Benar saja. Elang yang tadinya bersiap hendak me

    Last Updated : 2025-02-04
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 017. HASRAT BERGOLAK

    "Mengapa harus malu Elang. Memang harus begini caranya membuat anak,” ucap Halimah yang terlihat mulai lupa diri. Terhanyut oleh hasrat jiwanya. Elang pun kembali terdiam dengan hati yang semakin berdebar, dan jantung seolah terpompa lebih cepat. Elang memang sangat awam dalam hal itu. Bahkan menonton video vulgar, seperti rekan-rekan prianya di Betamart saja, dia enggan.“Waawh..! Besar, kokoh, dan panjang Elang..!” seru Halimah seraya terpana dan tertegun sejenak. Saat dia melihat sesuatu yang telah tegak berdiri dan mengacung, di depan wajahnya yang kini tengah berjongkok. Setelah dia baru saja melepas pakaian terakhir Elang. “Akhs..! Tanntee..!” lenguh Elang bergetar. Saat sesuatu yang hangat, basah, dan dan agak kesat, terasa mulai menyapu dan melumat miliknya yang paling pribadi.Elang berusaha menarik bokongnya ke belakang, namun kedua tangan tante Halimah menahan di belakang bokong Elang yang padat berisi itu. “Ahhh..! Tante.. g-geli...” hanya kata itu yang bisa diucapkan

    Last Updated : 2025-02-04
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 018. SESAL, LAPAR, DAN BERBAGI

    “Elang. Sekarang giliranmu mandi sayang,” ucap Halimah, saat dia selesai mandi dan keluar dari dalam kamar mandi. “Baik Tante,” sahut Elang sambil beranjak ke kamar mandi. Hati Elang masih dipenuhi rasa sesal dan bersalah pada tantenya itu. Halimah kembali membuka laci lemarinya, saat Elang masuk ke kamar mandi. Kembali dia mengambil 2 buah ikatan uang merah, dan menuju ke ruang tamu. Halimah cepat memasukkan 2 ikatan uang merah itu, ke dalam ransel milik Elang. Ya, Halimah merasa sangat puas dan berterimakasih pada Elang, yang telah coba membantu mewujudkan keinginannya memiliki anak. Namun sesungguhnya terselip juga rasa terimakasih lain di hatinya. Karena Elang telah membuatnya menjadi wanita sempurna, yang mengenal apa itu rasa dan arti sebuah ‘kenikmatan puncak’. Hal yang sama sekali tak pernah dirasakannya selama ini.!Selesai mandi, Elang segera mengenakan pakaiannya kembali, yang tadi sempat tercecer di lantai kamar. Elang ingin segera pergi dari rumah itu, karena ras

    Last Updated : 2025-02-05
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 019. DERU HATI FRISCA

    ‘Duh..! Maafkan Bapak, Arum. Hasil penjualan bapak hari ini cuma 20 ribu rupiah. Belum bisa buat beli sepatu dan tas sekolahmu yang sudah sobek-sobek itu. Sabar ya Nak. Bapak juga belum makan, kalau bapak makan. Nanti tak ada uang, yang bisa bapak bawa pulang buat ibumu masak besok.’ Elang pun ikut merasa trenyuh, mengetahui bisikkan hati bapak pedagang perabotan itu. “Pak, nasi lagi seporsi ya. Pakai ayam bakar, tempe goreng dan sayur asem Pak,” ucap Elang, pada pemilik warung yang menatapnya sejenak karena heran. Namun akhirnya di ambilkannya pesanan Elang, lalu diletakkannya di atas meja depan Elang. Elang langsung membawa piring itu keluar sambil memesan teh manis hangat, untuk minumannya pada pemilik warung. “Maaf Pak. Ini ada makanan sudah saya pesan, tapi teman saya nggak datang. Mungkin ini rejeki Bapak, diterima ya Pak,” ucap Elang ramah. “Ohh, ehh..! Baiklah Mas. Saya terima ya, terimakasih” ucap bapak paruh baya itu, dengan wajah gembira dan bersyukur. Elang kembali

    Last Updated : 2025-02-05
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 020. NIAT JAHAT YANG GAGAL

    Sementara orang-orang di sekitar yang melihat kejadian itu pun mulai berkerumun. Mereka sengaja menghalangi mobil Frisca. Agar Frisca tak bisa melarikan diri. Elang baru tiba di tempat itu, saat ia melihat kerumunan orang-orang di pinggir jalan. Lokasinya tepat di seberang stasiun Lenteng Agung. Elang melihat sebuah mobil berwarna merah. yang dikerumuni orang. Mereka nampak memagari mobil itu, sambil mencaci maki pengemudi di dalamnya. Dan dari balik kaca jendela terlihat, pengemudi mobil itu ternyata adalah seorang wanita cantik. Elang juga melihat seorang anak muda berseragam SMA, yang tergeletak tak jauh dari mobil itu. Anak muda itu juga sedang di kerumuni orang-orang. Maka Elang menyimpulkan telah terjadi kecelakaan dengan anak muda itu sebagai korban. Dan wanita cantik pengemudi mobil merah itu yang menabraknya. Elang lalu mengamati anak muda itu, tak ada yang serius atau parah sekali pada kondisinya. Di bagian kaki yang celananya sobek, tampak memar-memar dan berdarah.

    Last Updated : 2025-02-05
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 021. TAWARAN MENGINAP

    "Ohh.. Maaf ya Mas, saya kaget tadi," ucap cewek si Rendi, merasa menyesal memarahi Elang.Elang masih mengurut-urut otot kaki Rendi yang bergeser, agar tidak terjadi pembengkakan dan memar di sekitarnya. “Sudah selesai. Sekarang tinggal mengobati luka-lukamu saja Dek. Sebaiknya kita ke klinik saja ya, biar tidak terlalu mengantri,” ucap Elang mengajukan pendapatnya. “Iya benar Mas, sebaiknya kita ke klinik saja. Kaki saya sudah normal kok dan tidak sakit lagi,” ucap Rendi. “Baiklah kita cari klinik terdekat ya,” ucap Frisca, seraya menghidupkan goggle mapnya. Frisca lalu mengklik ‘search’, untuk mencari klinik terdekat. "Wah, ada nih..!" seru Frisca. Mobil pun berjalan kembali menuju ke klinik terdekat, yang memang berada di dekat lokasi mereka saat itu. Elang memangku kembali ransel eigernya, saat dia kembali duduk di samping pengemudi cantik itu. Tak lama kemudian, mereka pun sampai di klinik terdekat di daerah Kebagusan. Elang membantu memapah Rendi masuk ke dalam klinik,

    Last Updated : 2025-02-06
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 022. SUARA KERAS DI ATAP

    "Hmm. Frisca, kamu tahu hubungan ayah dengan ayah Aldi sangat dekat. Dan melalui ayahnya Aldi itu, ayah selalu mendapatkan proyek-proyek besar selama ini, untuk kehidupan. Dan baru kali ini ayah mendapat ‘teguran keras’ dari ayahnya Aldi, Frisca. Pak Bernard bilang, kau telah mempermalukan putranya di depan publik, benarkah demikian Frisca..?!” tanya sang ayah, dengan nada meninggi meminta penjelasan dari Frisca. “Di..a dia berselingkuh dengan wanita lain di restoran Ayah,” jawab terbata Frisca, dengan wajah memerah marah dan mata berkaca-kaca. Benak Frisca jadi kembali teringat bayangan Aldi, yang disandari mesra oleh wanita lain. “Hmm. Rupanya itu penyebab kamu marah dan menamparnya Frisca,” wajah sang ayah pun menjadi bertambah kelam. Ya, Wahyu seketika berada dalam dilema. Jika masalahnya adalah kesalah pahaman atau Frisca yang sedang khilap. Mungkin solusinya cukup dengan menyuruh Frisca meminta maaf pada Aldi dan ayahnya, dan masalah pun selesai. Namun ternyata yang men

    Last Updated : 2025-02-06

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 304.

    Agak lama suasana paseban pertemuan itu menjadi sunyi. Semua penasehat yang berjumlah 5 orang itu termenung, dan berpikir keras mencari cara terbaik. Untuk menghadapi 'puncak kemelut' yang sudah diramalkan Resi Salopa akan terjadi, pada 7 tahun mendatang dari sekarang. "Ampun Kanda Prabu. Bukankah Resi Salopa dulu juga meramalkan, akan adanya 'gerbang dimensi' yang terbuka. Pada saat 'kemelut puncak' itu terjadi. Gerbang dimensi yang diramalkan Resi Salopa, akan mendatangkan sosok dari peradaban di masa mendatang dan masuk ke negeri ini. Apakah putra angkatku Srenggana Maruthi perlu kutempatkan bertapa di sana. Untuk menjaga gerbang dimensi, agar tidak dimasuki orang yang salah Kanda Prabu..? Karena kita tidak tahu, apakah 'orang dari peradaban masa depan' itu akan menjadi lawan atau kawan, bagi negeri Kalpataru ini Kanda Prabu. Kita harus memastikannya dulu Kanda Prabu," ucap Ki Jagadnata, seorang penasehat yang mumpuni di bidang kanuragan dan kesaktian. Dia jugalah yang menja

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 303.

    Awalnya, setelah mendengar kisah Permadi. Seruni merasa sangat shock dan marah pada Permadi. Namun setelah Seruni bèrpikir kembali. Awal kisah percintaannya dengan Permadi, juga bukanlah berawal dari sesuatu yang baik. Perlahan Seruni pun bisa menerima cerita itu, dan segera mengajak Permadi untuk menengok rumahnya di Surabaya. 'Biarlah ini menjadi hukuman dan pencucian atas dosa-dosa kami Ya Allah. Ijinkan kami membenahi ini semua Ya Rabb', rintih bathin Seruni. Dan betapa terkejutnya mereka, saat tiba di kediaman Permadi. Mereka mendapati kondisi Shara, yang lemah terbaring tanpa daya di pembaringan. Tubuh Shara yang dulu nampak sekal dan aduhai, kini berganti kurus tanpa gairah hidup. Bahkan sepertinya jika mereka terlambat datang 3 hari kemudian, Shara mungkin hanya tinggal nama saja. Nampak mata Shara berbinar gembira, walau tubuhnya tak mampu bergerak saking lemahnya. Bi Sutri yang menjaganya siang malam, saat itu hanya bisa terisak sedih. Menangisi kepedihan dan keputus

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 302.

    "Hahaha..! Baiklah Nak Permadi, kamu sudah dengar sendiri jawaban dari Seruni. Kini tinggal menentukan hari baik untuk pernikahan kalian. Dan sebaiknya kau mencari orang yang bisa kau percaya, sebagai teman pendamping untuk pernikahanmu Nak Permadi. Karena bagi laki-laki, tak ada wali pun pernikahan kalian sesungguhnya akan tetap syah," ujar Pak Jatmiko menjelaskan. "Baik Ayah, Ibu. Kalau begitu Permadi mohon diri dulu," ucap Permadi yang sudah mulai berkeringat, walau hawa ruang tamu cukup sejuk berAc. Namun Permadi langsung mendapat isyarat kedipan mata, sambil menggelengkan kepala dari Seruni. Karena langsung pulang setelah melamar, itu tidak sopan menurut Seruni. Karuan Permadi yang baru setengah berdiri, dia langsung duduk kembali di kursinya. Hehe. "Ahh, Nak Permadi jangan buru-buru pulang dulu. Ibu sudah menyiapkan makan malam bersama untuk kita. Kita makan bersama dulu ya. Hihihi," ucap Riyanti sang ibu, seraya terkikik kecil, melihat kekikukkan Permadi. Ya, Riyanti se

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 301.

    "Bimo. Om Elang bangga pada ketegaran Bimo, saat dulu kamu hidup di jalan seorang diri. Om tahu, sekarang kamu pasti sedang kangen sama Ibu dan Kakakmu di Madiun sana. Tapi Om juga kesal sama Bimo," ucap Elang pelan. "Om Elang kesal kenapa sama Bimo, Om..? Bimo minta maaf kalau sudah mengecewakan Om Elang," Bimo berkata penuh ketakutan. Ya, hal yang ditakuti oleh Bimo memang hanya satu. Yaitu mengecewakan Elang, orang terbaik yang selalu ada di hatinya dan menjadi teladannya itu. "Om kesal, karena Bimo tak pernah memberitahu pada Om, kalau makam ayah Bimo tidak dikubur di tempat yang layak. Sekarang katakan pada Om. Di mana tempat ayah Bimo dikubur..?" tanya Elang serius pada Bimo. "Bimo dan tukang rokok menguburkan Ayah di lahan kosong milik orang Om Elang. Lokasinya di pinggir jalan Tentara pelajar. Tapi sekarang tanah itu sedang dijual Om," sahut Bimo akhirnya terus terang. 'Bimo, tak kusangka kehidupan masa lalumu begitu pedih. Seusia kau menguburkan jenasah Ayahmu hanya b

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 300.

    "Tidak, Mas Elang tidak salah dengar. Itu memang murni keinginan Nadya, Mas. Tsk, tskk..!" sahut Nadya terisak. 'Andai Mas Elang menolak menikahi Nanako, maka aku juga tak akan menikah seumur hidupku..', desah bathin Nadya. Dan, itu semua 'terdengar jelas' oleh 'Wisik Sukma' Elang. "Hhhh. Nadya, sebenarnya seberapa dekat kau dengan Nanako..? Mas memang simpati padanya, tapi itu bukan berarti Mas cinta atau ingin menjadikannya istri, Nadya. Mas hanya mencintaimu Nadya, bukan yang lain. Soal Nanako memilih tak menikah seumur hidupnya, itu adalah pilihan jalan hidupnya. Takdir berada di atas semua itu. Jika Nanako ditakdirkan bersuami nantinya, maka pasti dia akan menikah juga, Nadya. Dan lagi, kamu juga belum bicara tentang hal ini pada kedua orangtuamu Nadya, pikirkanlah baik-baik. Biar bagaimana pun juga, orangtuamu harus tahu tentang 'keinginan anehmu' ini Nadya," Elang akhirnya berkata menjelaskan pada Nadya dengan tenang. Walau sebenarnya Elang agak kesal juga, dengan pola

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 299.

    "Katakanlah ini nyata, Mas Elang.." lirih sekali kata itu terucap dari Nadya, seraya tetap memandang wajah Elang. Ya, Nadya seolah takut wajah itu kembali menghilang, saat dia berkedip. Tanpa menjawab, perlahan Elang menundukkan wajahnya dan mengecup kening Nadya, lalu mengecup pula sejenak bibir Nadya. "Apakah kau masih merasa kecupanku hanya mimpi Nadya..?" ucap Elang lembut, di telinga Nadya. "Owhs..! Mas Elang..! Tsk, tskk.." kembali Nadya memeluk erat tubuh Elang, sambil terisak penuh kebahagiaan. 'Ternyata ini nyata. Terimakasih Tuhan', bisik hati Nadya, merasa bahagia dan bersyukur. "Nadya, kini sudah menjelang malam. Baiknya kita pulang dulu yuk. Tapi kita mampir dulu ke warung makan pinggir jalan ya," ajak Elang pada Nadya, yang langsung tersadar dengan keadaan saat itu. Kriyuukk..! Perut Elang berdemo, tepat saat dia selesai berkata. "Hihihii..! Mas Elang lapar rupanya ya. Hayuk kita makan sop sapi dulu kesukaan Mas Elang," Nadya terkikik geli, mendengar suara perut

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 298.

    "Biar aku saja yang memindahkan motor itu, Bu Guru cantik," suara seorang pria terdengar menawarkan bantuannya. "Terimakasih. Hahhh...?!" reflek Seruni mengucapkan terimakasih tanpa menoleh. Namun seketika itu pula hatinya bergetar kencang, Seruni pun berseru kaget tertahan. Brugh..! Sepasang mata Seruni terbelalak, tas tangan dan beberapa map yang dibawanya pun terjatuh. Itu semua terjadi, saat dirinya belum lagi menoleh ke arah sosok pemilik suara itu. Ya, baginya suara itu sudah mewakili gambaran penuh sosok pemiliknya, Permadi.!'Tapi benarkah ini nyata..?' bisik bathin Seruni meragu. "Seruni, apakah kau akan terus diam di situ hingga malam tiba..?" tanya suara itu lagi. "A-apakah aku tengah bermimpi M-mas..Permadi..?" terbata Seruni bertanya, dadanya terasa sesak. Perlahan dia memutar tubuhnya, dan diapun tersentak tak bisa mengendalikan tubuhnya, Seruni hampir saja terjatuh saking terkejut dan tak percaya, pada apa yang dilihatnya. Ya, sosok gagah itu kini berdiri terse

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 297.

    "Mas Permadi. Lebih baik Sisca juga 'tiada', jika harus hidup tanpamu', desah bathin Sisca, yang kini tengah berbaring lemah di ranjang kamarnya. Berkali Mbok Sutri mengetuk pintu kamarnya untuk makan, maka berkali pula jawaban 'nanti saja' terdengar dari Sisca di dalam kamarnya. Mbok Sutri sampai kehilangan akal dan ikut menjadi prihatin, terhadap kondisi majikan puterinya itu. Ada pun dilema menghantui diri Yudha Satria dan Ahmad Syauban di kepolisian. Mereka bahkan sudah menyimpulkan, jika 'sosok hijau' dalam pertarungan dahsyat di selat Naruto itu adalah Elang. Namun tentu saja mereka memendam rahasia itu dalam hati mereka. Bahkan Yudha Satria berani pula menyimpulkan. Bahwa sosok bercahaya biru dalam video itu, adalah penjahat berhelm. Penjahat yang statusnya 'sangat dicari' oleh pihak kepolisian, hidup atau mati.!Dan hal itu terbukti, dengan 'senyapnya' aksi-aksi para penjahat berhelm, setelah insiden pertarungan dahsyat itu. Dengan kata lain, kasus tentang penjahat bert

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 296.

    'Hahh..! Sudah lewat waktu ashar..!' seru bathinnya. Bergegas dia meninggalkan tempat itu, dan kembali menuju hotelnya. Malam harinya Seruni keluar dari kamarnya, dia berniat dinner di resto hotel. Saat dia tiba di restoran, nampak beberapa tamu juga telah berada di sana. Suasana restoran tak begitu ramai malam itu, sekilas dia melirik seorang gadis yang sepertinya juga tengah menatapnya. Saat tatapan mata mereka bertemu, wajah gadis itu tersenyum ramah padanya. Seruni pun membalas senyum gadis itu. Nampak gadis itu melambaikan tangan ke arahnya. Seolah mengundang Seruni, untuk ikut duduk di mejanya. Seruni pun melangkah menghampiri meja gadis itu, yang nampaknya juga pendatang sepertinya. Karena wajahnya nampak seperti serumpun dengan dirinya. "Duduk di sini saja Mbak. Mbak orang Indonesia kan..?" tanya gadis itu, yang ternyata Nadya adanya. Nadya merasa senang mendapati orang senegaranya berada di tempat itu. Hal yang nampak jelas, dari wajah dan kerudung yang dikenakan Serun

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status