Alfredo terkejut dengan perubahan sikap Valentino. Sebelumnya pria yang dikenalnya sebagai Aditya Putra itu dikenal dengan pria culun yang lemah dan juga tak bisa berbuat apa-apa.
Namun hari ini dia terperangah saat pria culun itu menarik keras salah satu karyawan lain yang yang berkomentar tentang hubungan sesama jenisnya dengan Agusta.
Alfredo bahkan bisa melihat kilat marah yang terlihat jelas di mata coklat tua milik Valentino.
Ini pertama kalinya dia melihat karyawan yang tidak disukainya itu menyorot tajam ke arah semua orang yang telah menghinanya dengan kejam.
Dia bahkan menantang semua karyawan yang berani menghina dirinya.
Semua karyawan yang telah berkali-kali menghinanya pun hanya bisa terdiam karena terlalu terkejut dan syok atas apa yang baru saja terjadi di depan mereka.
Seorang pria culun yang selalu dihina oleh mereka kini telah berubah menjadi sosok pria dingin yang begitu siap untuk menerkam siapa saja yang telah men
"Kenapa bisa begitu?" tanya Valentino yang kini sudah berdiri dengan gusar. "Aku tidak tahu. Mereka tiba-tiba saja tidak masuk ke kantor dan tak ada yang mengetahui mereka ada di mana sekarang," jawab Agusta. Valentino mengusap rambutnya karena mulai bingung. "Mereka tidak mungkin pergi begitu aja. Pasti ada sesuatu atau seseorang yang membuat mereka pergi. Apa menurutmu ini ada hubungannya dengan David?" tanya Valentino. Agusta tampak menoleh ke arah sahabatnya itu. "Bisa jadi," ujar Agusta. "Karena ini terlalu aneh. Mereka hilang secara bersamaan. Dan sama-sama tak ada yang mengetahui jejak mereka. Aku pikir mereka pasti disuruh untuk bersembunyi oleh David tau Rosa," tebak Valentino. "Kau benar, Valen. Tidak ada yang berurusan dengan mereka berdua secara bersamaan kecuali Rosa ataupun David. Tapi yang jadi pertanyaan adalah alasannya apa mereka bersembunyi?" ucap Agusta bingung. Valentino mengambil sebuah air mineral
"Kenapa kau bisa keluar dari kamar ibuku?" tanya David yang baru saja tiba di rumah. "Tadi saya membantu Nyonya ke kamarnya karena beliau merasa sedikit pusing," jawab Misky. David agak terkejut, pasalnya saat tadi pagi sebelum dia berangkat ke kantor, ibunya baik-baik saja. "Ibuku sakit? Apa kau sudah menelepon dokter?" tanya David. "Ibu Anda hanya merasa tidak enak badan sedikit, Tuan Muda," jawab Misky. "Oh, begitu. Apa dia sekarang sudah tidur?" tanya David. "Belum, Tuan Muda. Nyonya baru saja selesai memakan makan malamnya di dalam kamar," ucap Misky. David mengangguk. "Baiklah kalau begitu, aku masuk dulu," kata David. "Baik, Tuan Muda. Saya permisi ke bawah," ujar Misky. David tak menjawab danlangsung saja masuk ke kamar ibunya tanpa mengetuk pintu. "Ibu baik-baik saja?" tanya David yang kini sudah masuk dan sedang berjalan ke arah panjang ibunya yang terlihat sedang duduk sambil meminum a
Almyra sekarang membawa kue lagi yang ingin dia berikan untuk Calvin Miller. Dia menunggu sudah hampir 30 menit di depan apartemen milik Calvin, namun pria itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Dia mulai lelah menunggu hingga akhirnya dihampiri oleh salah satu penjaga yang menjaga di depan pintu apartemen itu. "Apakah Nona tidak ingin menunggu di dalam saja?" tanya Fein, salah satu bodyguard yang menjaga di depan pintu. "Tidak, terima kasih. Saya ingin menunggunya di sini sebentar lagi," jawab Almyra. "Tapi kemungkinan besar tuan Va- maksud saya Tuan Calvin Miller belum tentu akan pulang dengan cepat," ucap Fein yang membuat Almyra curiga. Almyra yakin jika penjaga itu akan mengucapkan nama lain selain Calvin. Entah kenapa perasaan gadis itu mulai tidak enak. Va? Siapa Va? batin Almyra. "Tidak apa-apa, saya akan menunggunya sebentar lagi. Jika dia tidak datang dalam waktu lima menit, saya akan pulang dulu," ucap Almyra.
Valentino merebahkan dirinya ke atas tempat tidurnya yang dilapisi sprei putih. Pria itu lupa melepaskan jasnya. Namun dia tak peduli, rasa lelah sudah menguasai dirinya. Yang dia butuhkan sekarang adalah memejamkan matanya namun baru sesaat dia memejamkan matanya, pasalnya tiba-tiba saja bergetar. "Damn it!" umpat Valentino malas. Meskipun tidak ingin mengangkat nya namun dirinya juga ponsel itu. Thomas Miller is calling... Matanya langsung terbuka lebar begitu mengetahui jika ternyata Ayah tirinya yang sedang menelepon dirinya. "Halo, Dad. How are you?" tanya Valentino. "Dad is good. How about you, Son? Since you've been in Indonesia, you rare contact me. Do you forget your father, huh?" tanya Thomas pura-pura kesal padahal dia sangat merindukan Putra tirinya itu. Valentino tersenyum mendengar omelan Ayah tirinya tersebut. "I'm also good. I won't ever forget you, Dad. You're the best father in the world, so it
Agusta Irawan baru saja keluar dari gedung AL Group. Pria itu berjalan dengan santai sambil membawa tas kerjanya. Dia berjalan menuju parkiran yang berada di lantai paling dasar. Tempat parkir itu sudah sepi dan lengang karena jam kantor sudah selesai sejak satu jam yang lalu. Agusta harus lembur karena diperintahkan oleh bosnya yang bodoh, David Araya untuk mengerjakan beberapa laporan. Dia ingin sekali melawan, namun karena dia tahu bagaimana watak David yang seorang diktaktor itu, menurut Agusta percuma saja dia melawan. Dia tidak akan bisa menentang seorang David Araya yang gemar memaksakan kehendaknya. Lalu dia pun harus memaksa dirinya sendiri untuk bekerja lebih keras guna memenuhi perintah itu. Sampai rasanya badan pria berusia tiga puluh tahun itu lelah. Dengan mata yang letih, Agusta menuju mobil hitamnya. Namun tiba-tiba saja dia berhenti. Dia menengok ke belakang. Agusta merasa aneh karena sepertinya tadi ada orang
"Oke, kita ke rumahku sekarang. Aku tak yakin jika kau tinggal sendiri di rumahmu," ucap Valentino. "Terserah kau saja," jawab Agusta dan dia pun masuk ke dalam mobil Valentino. Agusta tinggal sendiri dan dia pun juga baru saja ditinggalkan oleh kekasihnya karena terlalu sibuk. Padahal sebenarnya mereka itu sudah bertunangan dan akan segera melangsungkan pernikahan namun karena sang kekasih yang memprotes kesibukannya dalam bekerja maka hubungan mereka akhirnya kandas. Jadi jika dia tinggal dengan sahabatnya itu pun tak akan jadi masalah. Orang tua Agusta tinggal di luar kota dan untuk itu dia sangat merasa bersyukur karena orang tuanya tidak akan terlibat dalam masalahnya. "Apakah kau tadi diikuti dari kantor?" tanya Valentino. "Iya. Bahkan di parkiran saja aku sudah curiga ada yang mengikutiku. Apakah mereka benar orang suruhan David?" tanya Agusta.
Agusta dan Valentino pagi ini berangkat bersama-sama ke kantor. Karena mereka sudah terlanjur dianggap sebagai pasangan dan juga banyak yang percaya hal itu, mereka bisa memanfaatkan hal ini untuk membuat sebuah rencana. Belum-belum ketika mereka sudah sampai di kantor, banyak pasang mata yang menatapnya dengan senyum. Valentino dan Agusta sekarang tidak keberatan dengan hal itu. Lagi pula mereka memang sengaja membuat mereka seolah-olah memang memiliki hubungan yang penting. "Cie. Pak Agusta sudah berani go public ya," ujar Levi. Agusta hanya menatapnya datar sedangkan Valentino pura-pura tak mendengarnya. "Iya, nih. Kalian cocok, serasi. Semoga langgeng ya, Pak," sahut Diana. Mereka berdua pun menatap Valentino dan juga Agusta dengan tersenyum. Tapi anehnya kali ini senyum mereka bukan senyum mengejek namun senyum tulus. Dan justru hal ini membuat Agusta mengernyit heran. "Kami permisi dulu," ucap Agusta dan d
Misky yang baru saja menghadap Tuan Mudanya, sekarang keluar dari perusahaan AL Group. Perusahaan itu sudah dia hafal seluk-beluknya. Ini dikarenakan sudah bertahun-tahun lamanya dia keluar masuk perusahaan itu. Sebelum benar-benar menjadi anak buah Rosa dan David, pria itu sudah sempat memasuki perusahaan itu. Pria muda itu sebenarnya memiliki keterampilan yang cukup bagus dibandingkan dengan pekerjaannya yang kotor sekarang ini. "Andi, kita pergi ke Gardenia Hills," ucap Misky. "Apa apa di sana, Bos?" tanya Andi. "Aku mulai curiga terhadap salah satu partner kerja Tuan David," ucap Misky. "Apa yang Anda maksud itu Calvin Miller? Pengusaha asal Singapura itu?" tanya Andi. "Benar. Pengusaha muda itu memang terlihat sangat mencurigakan. Bukankah sangat aneh jika tiba-tiba saja dia menawarkan kerjasama pada Tuan David?" tanya Misky. Andi menggeleng. "Anda salah, Bos. Justru Pak David yang mengejar Pak Calvin untuk
Dear, Readers. Terima kasih sudah setia membaca kisah Valentino Araya selama ini. Valentino Araya menjadi salah satu tokoh favorit saya (yah gimana nggak jadi favorit kalau saya sendiri yang menciptakannya) hehe. Ide novel ini tercipta begitu saja dan tidak menyangka jika ternyata banyak yang merelakan waktu dan juga koinnya untuk membaca kisah ini. Sungguh saya tidak pernah menduganya. Mohon maaf jika masih banyak sekali typo.Tapi jangan khawatir, akan segera direvisi agar nyaman dibaca. Season 1 dari Sang Miliarder yang Tersembunyi telah selesai ya readers. Saya akan kembali untuk season 2 ya readers, tapi kemungkinan tidak akan secepat season1 updatenya. Terima kasih,
Beberapa orang terlihat berdiri karena terlalu terkejut sedangkan beberapa lainnya masih duduk dengan ekspresi yang mulai terlihat sangat takut. Mereka saling melihat kearah orang-orang di sekitar mereka karena takut jika mereka duduk disekitar orang yang menjadi pembunuh Misky itu.Ferisha masih terlihat sangat tenang sekali tanpa apa rasa takut sedikitpun. Dia juga telah memerintahkan mantan anak buahnya dan juga bersama-sama dengan polisi untuk menangkap pembunuh itu di gedung itu."Tak perlu khawatir. Pembunuh itu sudah diawasi dengan ketat oleh banyak polisi yang ada di sini jadi Anda tidak perlu mencurigai orang-orang di sekitar Anda," lanjut Valentino.Aryan menatap sahabatnya itu dengan bingung tapi dia tidak mengucapkan apapun.Valentino mengangguk pada Ruslan. Ruslan langsung mengangguk pada ada polisi yang juga berdiri di sampingnya.Petugas polisi itu kemudian mendekat ke arah Aryan."Pak Aryan, Anda ditangkap atas pembunuhan ter
Valentino telah yakin atas apa yang dia lakukan. Ferisha memang tidak memberitahu dirinya mengenai kecurigaan istrinya itu pada salah satu orang yang dianggap benar-benar melakukan pembunuhan itu.Akan tetapi dia ingin mengalihkan pikirannya dulu dan berujar, "Aryan, bersiap-siaplah karena aku akan segera melantik dirimu menjadi direktur pemasaran."Aryan mengangguk kemudian dia keluar dari ruang kerja Valentino. Pria itu tersenyum dan berjalan kembali menuju ruangannya.Setelah pria itu keluar dari ruang kerjanya, Valentino menghubungi istrinya dan mengatakan akan pulang dengan cepat.Ferisha telah menyiapkan makanan untuk sang suami. Saat Valentino di apartemen mereka, dia itu langsung menghambur ke pelukan istrinya."Hei, apakah kau terlalu merindukan aku sampai kau memelukku seperti ini?" tanya Ferisha sambil mengusap punggung suaminya itu.Ferisha melepaskan pelukannya dan menatap suaminya yang terlihat cukup sedih itu."Apa yang
Malam itu Ferisha menemani suaminya hingga suaminya itu bisa tertidur pulas di tempat tidur mereka. Ferisha tidak langsung tidur cantik langsung saya menghubungi anak buahnya untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai kasus pembunuhan terhadap Misky. Wanita itu sedang hamil besar dan kehamilannya telah mencapai usia tujuh bulan. Usia kehamilan yang sudah memasuki usia tua karena sebentar lagi dirinya akan segera melahirkan. Akan tetapi, semangatnya untuk mengungkap kasus itu tidaklah sirna karena dia telah mencurigai seseorang yang mungkin saja menjadi pelaku utama dalam kasus pembunuhan itu. Dia sangat yakin dugaannya itu benar karena banyak hal yang mencurigakan tentang orang itu. Ferisha hanya tidak ingin menyesal di kemudian hari karena tak bisa mengungkap kasus pembunuhan itu. Dia tidak bisa menolong sahabatnya, Almyra saat itu. Dan bahkan dia juga tidak bisa menyelamatkan Misky, suami Almyra. Jadi satu-satunya cara untuk menebus rasa bersalahnya terhadap
Meskipun perkataan Bara dan argumen Valentino dan juga Aryan cukup terdengar meyakinkan, Misky belum bisa mempercayai sepenuhnya dan kemudian dia kembali mencari Stefan Aditama di sekitar daerah tempat dia menemukan Bara. Dia kembali menelusuri apartemen mewah di sekitar tempat itu tapi sayangnya dia tidak menemukan apa-apa.Misky mulai frustrasi ketika hingga hampir satu minggu lamanya setelah kematian Bara, Misky belum juga menemukan setitik terangkan mengenai keberadaan Stefan. Pria itu pintar sekali menyembunyikan dirinya hingga bahkan ketika Valentino mengarahkan semua anak buahnya untuk mencari Stefan, tetap tak ada hasilnya.Misky merasa tidak bisa membalas dendamnya pada pria itu dan langsung saja dia pergi ke makam istrinya.Saat itu sudah sore dan Masih banyak orang yang sedang mengunjungi pemakaman tersebut.Misky terduduk di makam istrinya itu dan dia malah kembali teringat semua kejadian yang telah dia alami. Dia merasa menjadi pria paling sial
Warning! Terdapat adegan kekerasan yang mungkin tidak membuat nyaman, jadi bijaklah dalam membaca. Bara masih belum juga menyerah padahal dia sudah hampir kehabisan napasnya karena terus-menerus berlari tanpa henti. Pada akhirnya Misky tetap saja berhasil mobilnya di depan pemuda itu dan kemudian turun dari mobilnya dengan wajah yang masih tenang. "Kau mau lari ke mana lagi?" Misky bertanya sambil minum susu kotak dengan santainya tanpa menoleh pada Bara yang sudha pucat pasi. "Kenapa kau mengejarku?" tanya Bara mencoba untuk mencari peruntungannya berharap jika mereka tidak mengetahui jika dirinya yang telah membunuh Almyra. Misky tersedak saat minum susu itu dan kemudian melempar kotak susu yang hampir habis itu ke tempat sampah. Saat dia berhasil memasukkan susu kotak itu dia pun berseru, "Wow. Aku hebat, bukan?" Bara menggelengkan kepalanya seakan pria yang sedang ada di depannya itu sudah gila karena bisa-bisanya ma
Misky dengan mudah bisa mendapatkan informasi mengenai Bara Ali yang telah membeli apartemen mewah itu dengan namanya sendiri.Misky sungguh berpikir itu adalah suatu kebodohan terbesar yang pernah dilakukan oleh Bara. Dia benar-benar bingung kenapa kecerobohan yang fatal seperti ini malah dilakukan oleh Bara.Entah karena Bara yang terlalu bodoh tahu mungkin memang dia yang terlalu meremehkan Misky hingga tak mengira mereka bisa menemukan dia.Misky lebih mempercayai kedua alasan itu sekaligus.Ruslan yang menemani pria itu juga merasa sangat bersemangat karena sebentar lagi mereka akan segera menemui Bara, pria yang telah dengan sengaja membunuh Almyra dengan tangannya sendiri."Jangan gegabah!" ucap Ruslan yang mencoba untuk memperingatkan Misky pria itu tetap lebih berhati-hati karena mereka belum tahu apakah Bara memiliki anak buah yang melindunginya atau hanya sendirian saja."Iya, aku tahu. Aku juga tak ingin mati konyol sebelum membala
Bara telah menemukan tempat tinggalnya yang baru dan kemudian segera minta anak buahnya untuk menyiapkan tempat itu.Pria itu takkan pernah memaafkan temannya itu karena lebih membela orang yang tidak dikenalnya dibandingkan dengan dirinya sendiri. Almyra bukankah teman dekat mereka dan mereka hanya mengenal dari situ sebagai kekasih David tanpa pernah terlalu sering terlibat dengannya.Namun Stefan malah membelanya mati-matian hingga membuat hubungan mereka semakin memburuk. Bara masih tidak habis pikir bagaimana bisa dia menyalahkan dirinya tentang penembakan itu padahal Stefan juga menginginkan mereka semua mendapatkan balasan atas perbuatan mereka terhadap David dam kepada mereka sendiri. Tapi anehnya pria itu malah mengecam perbuatannya pada Almyra.Bara tidak bisa menerima semua itu dan dia bahkan tidak menjawab panggilan dari Stefan yang sudah berkali-kali menghubungi dirinya. Pria berambut cepak itu benar-benar telah mengabaikan Bara sepenuhnya dan tak i
Misky mendekatkan dirinya ke arah istrinya itu dan kemudian dia mendengar istrinya berkata, "Bunuh mereka."Misky membeku di tempatnya. Dia kembali menatap istrinya yang menangis dan mulai terlihat semakin lemah tapi dia tetap memaksakan dirinya untuk tetap berusaha mengeluarkan suaranya.Misky mendengar Almyra kembali berkata, "Bunuh mereka. Bunuh mereka untukku, Misky."Wanita itu pun memandang sang suami secara lekat lekat dan kemudian menutup matanya secara perlahan. Almyra mengembuskan napas terakhirnya di dalam mobil ambulans itu.Misky yang melihat istrinya itu sudah udah tak bernyawa hanya bisa menangis frustrasi dan tak henti-hentinya mengecup tangan istrinya dengan rasa sedih yang luar biasa.Ketiga tak bisa berbuat apa-apa karena memang Almyra sudah benar-benar pergi. Peluru itu menembus jantungnya dan tak mungkin bisa dikeluarkan. Perdarahan pun yang terjadi cukup fatal hingga membuat wanita itu tak bisa bertahan. Meskipun mereka tiba t