Misky yang baru saja menghadap Tuan Mudanya, sekarang keluar dari perusahaan AL Group. Perusahaan itu sudah dia hafal seluk-beluknya. Ini dikarenakan sudah bertahun-tahun lamanya dia keluar masuk perusahaan itu.
Sebelum benar-benar menjadi anak buah Rosa dan David, pria itu sudah sempat memasuki perusahaan itu.
Pria muda itu sebenarnya memiliki keterampilan yang cukup bagus dibandingkan dengan pekerjaannya yang kotor sekarang ini.
"Andi, kita pergi ke Gardenia Hills," ucap Misky.
"Apa apa di sana, Bos?" tanya Andi.
"Aku mulai curiga terhadap salah satu partner kerja Tuan David," ucap Misky.
"Apa yang Anda maksud itu Calvin Miller? Pengusaha asal Singapura itu?" tanya Andi.
"Benar. Pengusaha muda itu memang terlihat sangat mencurigakan. Bukankah sangat aneh jika tiba-tiba saja dia menawarkan kerjasama pada Tuan David?" tanya Misky.
Andi menggeleng.
"Anda salah, Bos. Justru Pak David yang mengejar Pak Calvin untuk
Almyra tak sengaja berpapasan Valentino Araya yang dikenalnya sebagai Calvin Miller saat dia berada di parkiran. Gadis itu tidak tahu bagaimana harus bersikap di depannya namun sebelum dia bertindak apa-apa, dirinya sudah disapa duluan oleh Valentino. "Malam, Almyra." "Malam, Calvin. Apakah kau baru pulang berkerja?" tanya Almyra. "Iya, Almyra. Apakah kau juga baru saja pulang?" tanya Calvin lain. "Iya." Kening Valentino mengerut bingung. "Jam segini? Ini sudah hampir jam tujuh malam. Kau baru pulang? Apakah kau sedang lembur?" tanya Valentino. "Tidak. Eh, aku tadi sudah pulang sekitar jam lima sore tapi aku mampir ke mall dulu untuk berbelanja sebentar lalu baru pulang ke sini,'' jelas Almyra. "Oh, begitu. Baiklah kalau begitu, selamat malam," ucap Valentino dan dia pun mulai berjalan meninggalkan Almyra yang mas
David Araya sedang tertawa setelah mengangkat telepon. "Apa yang sedang kau tertawakan?" tanya Stefan. David dengan senyum congkaknya mengambil gelas lainnya dan meminumnya. Dia itu menggoyang-goyangkan kelas itu dan kemudian meletakkannya di atas meja. "Tentu saja karena aku sedang puas sekali," jawab David. "Kenapa? Apa kau baru saja mendapatkan sebuah mainan baru? Wanita cantik yang lebih cantik dari Almyra?" tanya Bara yang pikirannya selalu diliputi dengan pikiran kotor. David mendengus sebal. "Ini bukan soal wanita. Tapi ini tentang Agusta Irawan yang sekarang sedang dikejar oleh anak buahku," ucap David seraya bertepuk tangan seperti orang gila. Stefan yang tadinya sedang berbaring di sofa lembut milik keluarga Araya itupun langsung terduduk. "Apa maksud kamu?" tanya Stefan. "Misky dan anak buahnya sedang berusaha untuk menangkap Agusta. Aku menyuruh mereka untuk membawa si berandal itu kemari dalam keada
Agusta dikejar oleh beberapa pria berbadan besar yang juga harga bawa pistol dan senjata lainnya. Dia sebenarnya bukan takut mati tapi dia tidak rela jika harus mati di tangan para pembunuh bayaran itu. Dia tidak akan sudi untuk menyerahkan nyawanya pada si brengsek David Araya itu. "Kembali," teriak Misky pada anak buahnya yang langsung berhenti mengejar Agusta. Mereka pun langsung lari cepat dan kembali ke mobil mereka masing-masing dan pergi dari lokasi tempat penyergapan Agusta itu. Agusta yang terengah-engah merasa lega luar biasa setelah bisa lepas dari kejaran anak buah David yang jelas sekali ingin membunuhnya. Ruslan dan anak buah David yang dibuat terpisah dari dirinya itu kini sudah mendekati dia. "Pak Agusta, Anda tidak apa-apa?" tanya Ruslan. "Saya tidak apa-apa. Yang lain ada yang terluka?" tanya Agusta khawatir. Dia tidak ingin membuat orang-orang yang telah membantunya itu malah mendapat masalah.
"Kenapa kamu menyuruh Misky pergi tanpa membunuh si Agusta tu, hah?" tanya Rosa sambil berkacak pinggang. Wanita itu wajahnya terlihat berwarna merah karena sedang marah. "Aku tak bisa membunuh dia sekarang, Ibu. Aku masih menunggu sesuatu," ucap David. "Menunggu? Apalagi yang kau tunggu? Apa kau sedang menunggu untuk diserang dulu? Bukankah kau juga sudah curiga kalau orang dibalik Agusta itu adalah Valentino? Lalu kenapa kau masih melepaskan anak buahnya itu? Dia sudah berani menipumu, David Suseno," ucap Rosa. Jika Rosa sudah memanggil nama belakang anaknya itu dengan nama mantan suaminya, wanita itu berarti sudah marah besar. David pun berjengit kalau mendengar nama itu. "Jangan pernah memanggil aku seperti itu lagi, Ibu. Aku tidak sudi dengan nama belakang orang itu," ucap David kesal. David benci dengan nama belakang keluarga ayah kandungnya tersebut. Hal itu mengingatkan dirinya jika dia aslinya berasal dari keluarga yan
David saat ini sedang berada di tempat milik Bara, yakni Paradise Night Club. Sebuah Club malam yang selalu dia kunjungi ketika dia sedang ingin sesuatu ataupun sedang merasa gelisah. Kali ini David tidak memesan sebuah ruangan khusus. Dia malah hanya duduk di bar sambil meminum beer sendirian. Bara Ali sedang ada tamu spesial jadi tidak bisa menemani sahabatnya itu. David pun kali ini tidak berniat untuk menggunakan jasa wanita penghibur di sana. Dia rasanya hanya ingin menuntaskan rasa gundahnya. Stefan, sepupunya juga tak bisa menemaninya kali ini karena banyaknya urusan yang harus diselesaikan. Dia tak mempermasalahkan hal itu. Namun ternyata dirinya bisa juga merasakan sepi. Dia pun mengeluarkan ponselnya dan mencari nama-nama ma temannya dan berhenti pada sebuah nama, yaitu Calvin Miller. Salah satu seorang teman yang belum bisa dikatakan dekat dengannya namun pria itu sudah mau menjalin kerjasama dengan perusahaannya. Tanpa pikir panjan
Setelah mendiskusikan pertemuan mereka dengan Aryan untuk besok pagi, Valentino langsung berangkat dengan menggunakan identitasnya sebagai Calvin Miller. Sesungguhnya dia lebih nyaman menggunakan identitasnya sebagai Aditya Putra dibandingkan dengan Calvin Miller. Karena sebagai Calvin, dia sama saja menunjukkan wajah aslinya dan terkadang dia masih merasa cemas jika ada orang di masa lalunya yang mengenali dirinya. Dan sebenarnya memang hal ini cukup berisiko mengingat dulunya Valentino cukup banyak mengenal orang-orang di sekitar ayahnya termasuk orang-orang yang menjadi anak buah Rosa. Dia takut ada yang mengenali wajah aslinya. Memang perbedaan postur tubuhnya yang dulu dan sekarang sangat jauh berbeda. Dirinya yang dulu bertubuh gemuk dan juga padat serta pipi yang sangat chubby. Sedangkan sekarang dirinya sudah lebih tinggi dan juga ber postur tegap dan proposional. Meskipun jauh berbeda, tapi buktinya Sriani dan Aryan langsung bisa mengenali di
"Saya akan mengantar kamu pulang," ucap Valentino. David yang sudah mulai mabuk menoleh ke arah Valentino. "Ah, teman baruku memang sangat baik sekali," ucap David diiringi tawa cekikikan. Pria itu rupanya memang mulai kehilangan kewarasannya. Valentino membantu David untuk pergi ke mobilnya lalu dia pun menyetir mobilnya sendiri. Valentino membiarkan mobil David tertinggal di Paradise Night Club. "Ayo, David. It's time to go home," ucap Valentino. Valentino mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang sedang. Pria itu berkali-kali menoleh ke arah David yang sudah tertidur pulas. Dia bisa saja mencelakai David sekarang juga namun dia bukanlah orang pengecut yang menyerang orang yang sedang tidak sadar. Jadi dia tetap akan kembali pada rencananya sebelumnya. Dia tetap akan menunggu waktu yang tepat untuk menyerang David. Untuk saat ini dia membutuhkan informasi sebanyak mungkin dari saudaranya ini. Hanya se
Valentino menempati kamar tamu yang telah disiapkan oleh Sriani, kepala pembantu yang juga Ibu dari sahabatnya, Aryan. Sriani sangat terkejut melihat Valentino yang malam-malam ada di rumah keluarga Araya. Namun dia berhasil menyembunyikan keterkejutannya dan mulai menjalankan perannya untuk berpura-pura tidak mengenal Valentino. "Sriani, kau layani Tuan Muda ini baik-baik dan jangan sampai hai kau berbuat salah. Calvin Miller adalah tamu kehormatan anak saya. Jadi kau jangan coba-coba membuatnya tak betah di sini," ucap Rosa di depan kamar Valentino. "Baik, Nyonya," balas Sriani. "Baiklah, Calvin. Saya mau kembali ke kamar saya. Silahkan beristirahat dan jika kau butuh sesuatu kau bisa bilang pada Sriani. Selamat malam," ucap Rosa ramah. Valentino perhatikan baik-baik hingga Rosa menghilang dari matanya. "Apakah Ibu baik-baik saja?" tanya Valentino pelan. Sriani langsung saja menggandeng Tuan mudanya itu untuk masuk ke dalam k
Dear, Readers. Terima kasih sudah setia membaca kisah Valentino Araya selama ini. Valentino Araya menjadi salah satu tokoh favorit saya (yah gimana nggak jadi favorit kalau saya sendiri yang menciptakannya) hehe. Ide novel ini tercipta begitu saja dan tidak menyangka jika ternyata banyak yang merelakan waktu dan juga koinnya untuk membaca kisah ini. Sungguh saya tidak pernah menduganya. Mohon maaf jika masih banyak sekali typo.Tapi jangan khawatir, akan segera direvisi agar nyaman dibaca. Season 1 dari Sang Miliarder yang Tersembunyi telah selesai ya readers. Saya akan kembali untuk season 2 ya readers, tapi kemungkinan tidak akan secepat season1 updatenya. Terima kasih,
Beberapa orang terlihat berdiri karena terlalu terkejut sedangkan beberapa lainnya masih duduk dengan ekspresi yang mulai terlihat sangat takut. Mereka saling melihat kearah orang-orang di sekitar mereka karena takut jika mereka duduk disekitar orang yang menjadi pembunuh Misky itu.Ferisha masih terlihat sangat tenang sekali tanpa apa rasa takut sedikitpun. Dia juga telah memerintahkan mantan anak buahnya dan juga bersama-sama dengan polisi untuk menangkap pembunuh itu di gedung itu."Tak perlu khawatir. Pembunuh itu sudah diawasi dengan ketat oleh banyak polisi yang ada di sini jadi Anda tidak perlu mencurigai orang-orang di sekitar Anda," lanjut Valentino.Aryan menatap sahabatnya itu dengan bingung tapi dia tidak mengucapkan apapun.Valentino mengangguk pada Ruslan. Ruslan langsung mengangguk pada ada polisi yang juga berdiri di sampingnya.Petugas polisi itu kemudian mendekat ke arah Aryan."Pak Aryan, Anda ditangkap atas pembunuhan ter
Valentino telah yakin atas apa yang dia lakukan. Ferisha memang tidak memberitahu dirinya mengenai kecurigaan istrinya itu pada salah satu orang yang dianggap benar-benar melakukan pembunuhan itu.Akan tetapi dia ingin mengalihkan pikirannya dulu dan berujar, "Aryan, bersiap-siaplah karena aku akan segera melantik dirimu menjadi direktur pemasaran."Aryan mengangguk kemudian dia keluar dari ruang kerja Valentino. Pria itu tersenyum dan berjalan kembali menuju ruangannya.Setelah pria itu keluar dari ruang kerjanya, Valentino menghubungi istrinya dan mengatakan akan pulang dengan cepat.Ferisha telah menyiapkan makanan untuk sang suami. Saat Valentino di apartemen mereka, dia itu langsung menghambur ke pelukan istrinya."Hei, apakah kau terlalu merindukan aku sampai kau memelukku seperti ini?" tanya Ferisha sambil mengusap punggung suaminya itu.Ferisha melepaskan pelukannya dan menatap suaminya yang terlihat cukup sedih itu."Apa yang
Malam itu Ferisha menemani suaminya hingga suaminya itu bisa tertidur pulas di tempat tidur mereka. Ferisha tidak langsung tidur cantik langsung saya menghubungi anak buahnya untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai kasus pembunuhan terhadap Misky. Wanita itu sedang hamil besar dan kehamilannya telah mencapai usia tujuh bulan. Usia kehamilan yang sudah memasuki usia tua karena sebentar lagi dirinya akan segera melahirkan. Akan tetapi, semangatnya untuk mengungkap kasus itu tidaklah sirna karena dia telah mencurigai seseorang yang mungkin saja menjadi pelaku utama dalam kasus pembunuhan itu. Dia sangat yakin dugaannya itu benar karena banyak hal yang mencurigakan tentang orang itu. Ferisha hanya tidak ingin menyesal di kemudian hari karena tak bisa mengungkap kasus pembunuhan itu. Dia tidak bisa menolong sahabatnya, Almyra saat itu. Dan bahkan dia juga tidak bisa menyelamatkan Misky, suami Almyra. Jadi satu-satunya cara untuk menebus rasa bersalahnya terhadap
Meskipun perkataan Bara dan argumen Valentino dan juga Aryan cukup terdengar meyakinkan, Misky belum bisa mempercayai sepenuhnya dan kemudian dia kembali mencari Stefan Aditama di sekitar daerah tempat dia menemukan Bara. Dia kembali menelusuri apartemen mewah di sekitar tempat itu tapi sayangnya dia tidak menemukan apa-apa.Misky mulai frustrasi ketika hingga hampir satu minggu lamanya setelah kematian Bara, Misky belum juga menemukan setitik terangkan mengenai keberadaan Stefan. Pria itu pintar sekali menyembunyikan dirinya hingga bahkan ketika Valentino mengarahkan semua anak buahnya untuk mencari Stefan, tetap tak ada hasilnya.Misky merasa tidak bisa membalas dendamnya pada pria itu dan langsung saja dia pergi ke makam istrinya.Saat itu sudah sore dan Masih banyak orang yang sedang mengunjungi pemakaman tersebut.Misky terduduk di makam istrinya itu dan dia malah kembali teringat semua kejadian yang telah dia alami. Dia merasa menjadi pria paling sial
Warning! Terdapat adegan kekerasan yang mungkin tidak membuat nyaman, jadi bijaklah dalam membaca. Bara masih belum juga menyerah padahal dia sudah hampir kehabisan napasnya karena terus-menerus berlari tanpa henti. Pada akhirnya Misky tetap saja berhasil mobilnya di depan pemuda itu dan kemudian turun dari mobilnya dengan wajah yang masih tenang. "Kau mau lari ke mana lagi?" Misky bertanya sambil minum susu kotak dengan santainya tanpa menoleh pada Bara yang sudha pucat pasi. "Kenapa kau mengejarku?" tanya Bara mencoba untuk mencari peruntungannya berharap jika mereka tidak mengetahui jika dirinya yang telah membunuh Almyra. Misky tersedak saat minum susu itu dan kemudian melempar kotak susu yang hampir habis itu ke tempat sampah. Saat dia berhasil memasukkan susu kotak itu dia pun berseru, "Wow. Aku hebat, bukan?" Bara menggelengkan kepalanya seakan pria yang sedang ada di depannya itu sudah gila karena bisa-bisanya ma
Misky dengan mudah bisa mendapatkan informasi mengenai Bara Ali yang telah membeli apartemen mewah itu dengan namanya sendiri.Misky sungguh berpikir itu adalah suatu kebodohan terbesar yang pernah dilakukan oleh Bara. Dia benar-benar bingung kenapa kecerobohan yang fatal seperti ini malah dilakukan oleh Bara.Entah karena Bara yang terlalu bodoh tahu mungkin memang dia yang terlalu meremehkan Misky hingga tak mengira mereka bisa menemukan dia.Misky lebih mempercayai kedua alasan itu sekaligus.Ruslan yang menemani pria itu juga merasa sangat bersemangat karena sebentar lagi mereka akan segera menemui Bara, pria yang telah dengan sengaja membunuh Almyra dengan tangannya sendiri."Jangan gegabah!" ucap Ruslan yang mencoba untuk memperingatkan Misky pria itu tetap lebih berhati-hati karena mereka belum tahu apakah Bara memiliki anak buah yang melindunginya atau hanya sendirian saja."Iya, aku tahu. Aku juga tak ingin mati konyol sebelum membala
Bara telah menemukan tempat tinggalnya yang baru dan kemudian segera minta anak buahnya untuk menyiapkan tempat itu.Pria itu takkan pernah memaafkan temannya itu karena lebih membela orang yang tidak dikenalnya dibandingkan dengan dirinya sendiri. Almyra bukankah teman dekat mereka dan mereka hanya mengenal dari situ sebagai kekasih David tanpa pernah terlalu sering terlibat dengannya.Namun Stefan malah membelanya mati-matian hingga membuat hubungan mereka semakin memburuk. Bara masih tidak habis pikir bagaimana bisa dia menyalahkan dirinya tentang penembakan itu padahal Stefan juga menginginkan mereka semua mendapatkan balasan atas perbuatan mereka terhadap David dam kepada mereka sendiri. Tapi anehnya pria itu malah mengecam perbuatannya pada Almyra.Bara tidak bisa menerima semua itu dan dia bahkan tidak menjawab panggilan dari Stefan yang sudah berkali-kali menghubungi dirinya. Pria berambut cepak itu benar-benar telah mengabaikan Bara sepenuhnya dan tak i
Misky mendekatkan dirinya ke arah istrinya itu dan kemudian dia mendengar istrinya berkata, "Bunuh mereka."Misky membeku di tempatnya. Dia kembali menatap istrinya yang menangis dan mulai terlihat semakin lemah tapi dia tetap memaksakan dirinya untuk tetap berusaha mengeluarkan suaranya.Misky mendengar Almyra kembali berkata, "Bunuh mereka. Bunuh mereka untukku, Misky."Wanita itu pun memandang sang suami secara lekat lekat dan kemudian menutup matanya secara perlahan. Almyra mengembuskan napas terakhirnya di dalam mobil ambulans itu.Misky yang melihat istrinya itu sudah udah tak bernyawa hanya bisa menangis frustrasi dan tak henti-hentinya mengecup tangan istrinya dengan rasa sedih yang luar biasa.Ketiga tak bisa berbuat apa-apa karena memang Almyra sudah benar-benar pergi. Peluru itu menembus jantungnya dan tak mungkin bisa dikeluarkan. Perdarahan pun yang terjadi cukup fatal hingga membuat wanita itu tak bisa bertahan. Meskipun mereka tiba t