"Saya akan mengantar kamu pulang," ucap Valentino.
David yang sudah mulai mabuk menoleh ke arah Valentino.
"Ah, teman baruku memang sangat baik sekali," ucap David diiringi tawa cekikikan.
Pria itu rupanya memang mulai kehilangan kewarasannya.
Valentino membantu David untuk pergi ke mobilnya lalu dia pun menyetir mobilnya sendiri.
Valentino membiarkan mobil David tertinggal di Paradise Night Club.
"Ayo, David. It's time to go home," ucap Valentino.
Valentino mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang sedang. Pria itu berkali-kali menoleh ke arah David yang sudah tertidur pulas.
Dia bisa saja mencelakai David sekarang juga namun dia bukanlah orang pengecut yang menyerang orang yang sedang tidak sadar. Jadi dia tetap akan kembali pada rencananya sebelumnya.
Dia tetap akan menunggu waktu yang tepat untuk menyerang David. Untuk saat ini dia membutuhkan informasi sebanyak mungkin dari saudaranya ini.
Hanya se
Valentino menempati kamar tamu yang telah disiapkan oleh Sriani, kepala pembantu yang juga Ibu dari sahabatnya, Aryan. Sriani sangat terkejut melihat Valentino yang malam-malam ada di rumah keluarga Araya. Namun dia berhasil menyembunyikan keterkejutannya dan mulai menjalankan perannya untuk berpura-pura tidak mengenal Valentino. "Sriani, kau layani Tuan Muda ini baik-baik dan jangan sampai hai kau berbuat salah. Calvin Miller adalah tamu kehormatan anak saya. Jadi kau jangan coba-coba membuatnya tak betah di sini," ucap Rosa di depan kamar Valentino. "Baik, Nyonya," balas Sriani. "Baiklah, Calvin. Saya mau kembali ke kamar saya. Silahkan beristirahat dan jika kau butuh sesuatu kau bisa bilang pada Sriani. Selamat malam," ucap Rosa ramah. Valentino perhatikan baik-baik hingga Rosa menghilang dari matanya. "Apakah Ibu baik-baik saja?" tanya Valentino pelan. Sriani langsung saja menggandeng Tuan mudanya itu untuk masuk ke dalam k
Valentino sudah sangat yakin jika David memang benar-benar percaya terhadapnya. "Apakah kau ada waktu hari ini?" tanya David. Valentino menoleh ke arah David. Mereka sedang sarapan setelah selesai jogging. "Memangnya ada apa?" tanya Valentino. "Bagaimana kalau kau main ke kantorku? Bukankah kau belum pernah pergi ke kantorku?" tanya David. Valentino hampir saja tersedak karena mendengar hal itu. "Iya. Bagaimana mungkin saya sudah pergi ke kantormu kalau saya saja baru tiba di negara ini?" ucap Valentino sambil masih meminum kopinya. "Bagus. Aku sudah menyiapkan pakaian kamu. Aku memilihkan kualitas yang terbaik untuk kamu. Pakaian itu baru saja dibeli dari butiknya langsung. Aku harap kau menyukainya," ucap David. Valentino tidak mempercayai apa yang telah didengarnya. Ini David? Jadi inikah seorang David Araya jika dia telah mempercayai seseorang? Wow, ini benar-benar luar biasa. Lalu Valentino
Valentino ingin sekali marah dan mengatakan jika itu tidak benar namun tentu saja tidak bisa mengatakan hal itu. Semarah apapun dirinya terhadap semua orang yang mengira dirinya itu menyukai sesama jenis, tetap yang paling baik adalah membiarkan mereka mengiranya seperti itu. Hal ini untuk melindungi identitas aslinya. David yang melihat Valentino agak terlalu terkejut kemudian tersenyum. "Jangan bingung, buddy!" ucap David. Valentino ingin menonjok wajah David yang terlihat mengejek itu. David itu sudah mengejek hubungan antara Agusta dan dirinya. "Saya tidak bingung, saya hanya terkejut," ucap Valentino. "Ah, kau tak perlu terkejut seperti itu. Semua orang di sini sudah tahu dan tak mempermasalahkan hal itu. Kami menerima saja dan tak melarang hubungan semacam itu. Lagi pula itu bukan urusan kami, melainkan urusan pribadi masing-masing, selama kinerja mereka oke. Semua tak akan menjadi masalah," jelas David. Valentino mengangguk.
Agusta segera kembali ke kediaman Valentino setelah dia selesai berbincang-bincang dengan Aryan mengenai rencana mereka selanjutnya. Saat ini dia sedang menunggu kedatangan teman baiknya itu yang katanya sebentar lagi akan pulang ke rumah. "Bagaimana urusan kamu dengan Aryan tadi?" tanya Valentino mengagetkan Agusta yang sedang melamun. "Lancar. Aku sudah memberitahu dirinya tentang rencana kita dan dia juga sudah paham dengan semuanya," jawab Agusta. Valentino mengangguk puas. "Lalu bagaimana dengan surat resign kamu? Apakah kau sudah selesai mengurusinya?" tanya Valentino. "Beres. Kau besok harus memberikannya pada Agusta sebagai kekasih yang baik," ucap Agusta dan langsung saja pendapat pandangan menakutkan dari Valentino. Agusta tergelak. Dia suka sekali membuat temannya itu kesal karena sekarang hal itu menjadi hiburan baginya di apartemen Valentino yang membuatnya terasa seperti dipenjara. Ini juga karena ulah David yang
David Araya memilih untuk melepaskan Agusta untuk sementara waktu. Tapi dia berjanji akan segera membunuh pria itu karena dia sudah mencoreng mukanya. Dia tidak terima ketika Agusta memilih untuk mengundurkan diri dari perusahaannya. Padahal kalau si bodoh itu tidak resign dari perusahaannya, dia pasti tidak akan pernah berniat untuk membunuhnya lagi. "Apakah Anda yakin jika Anda ingin melepaskannya sekarang, Tuan Muda?" tanya Misky. "Iya. Aku ingin memberinya waktu sebentar untuk dirinya bisa menikmati hidupnya sebelum kita mengambil semua itu. Biarkan saja dia berbahagia lebih dulu dan lengah. Jika dia sudah santai aku yakin penjagaan mereka pasti juga akan melemah," ucap David yang ternyata sudah bisa menganalisis keadaan. Misky mengangguk setuju dengan rencana David. "Baik, Tuan Muda. Lalu bagaimana dengan dokter dan pengacara itu? Apakah ini sudah saatnya kita melepaskan mereka atau masihkah kita harus menahan mereka?" tanya Misky. David
Bara tidak ingin mengambil pusing apa yang dikatakan oleh Stefan. Dia sudah mengenal sahabatnya itu sejak lama dan tahu jika pria itu selalu berbicara sembarangan namun tak pernah memiliki niat untuk menyakiti siapapun. "Ah, berhentilah untuk berdebat! Sekarang bukankah waktunya untuk merayakan kesuksesan besarmu?" tanya David yang langsung disambut oleh Bara dengan sharingan khas miliknya. "Kalau semua itu kau tak perlu bertanya lagi. Sebentar lagi wanita-wanita cantik yang sudah aku pesan akan datang," ucap Bara sambil mengedipkan matanya pada sahabatnya. David langsung tertawa karena senang sahabatnya itu mengerti apa yang dia maksud. Stefan hanya mengerang karena dia tak ingin ambil dalam bagian ini. "Aku tak akan ikut-ikutan," ucap Stefan yang sudah lama tak pernah menyentuh wanita selain wanita simpanannya yang saat ini masih tinggal di kediamannya. "Kenapa kau sekarang ini tak pernah mau ikut dalam permainan kita? Apa jangan-jan
David yang sangat syok melihat Almyra tiba-tiba ada di hadapannya sambil memandang galak ke arahnya dan wanita itu pun langsung saja melepaskan dirinya dari kedua wanita panggilan itu. David segera memungut kemeja dan celananya yang tergeletak di lantai. "Baby, kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya David dengan bodohnya. Almyra mendecih. "Kenapa kau menanyakan pertanyaan yang tak perlu kau tanyakan?" ucap Almyra sinis. David dengan segera memakai bajunya dan cepat-cepat menghampiri wanita cantik itu. Bara langsung mengusir wanita-wanita itu dari sana dan memakai pakaiannya sendiri. Stefan yang mendengar keributan itu pun hanya menyandarkan dirinya di pintu sambil meminum VN12 dengan santainya. Pria satu itu tak terlibat dalam masalah ini dan tak ingin juga ikut campur dalam pertengkaran antar sepasang kekasih. "Baby, dengarkan aku dulu! Ini tidak seperti yang kau bayangkan," ucap David sambil mencoba meraih tangan Almyra yang la
Almyra tersenyum senang karena ternyata David mau memberikan sahamnya walaupun hanya lima persen saja. Dia tak permasalahkan hal itu karena setidaknya dia sudah bisa membuat David menuruti kemauannya. Saat ini David yang berada di dalam kantor itu pun sedang sakit kepala karena telah membuat keputusan yang besar dengan memberikan kekasihnya itu saham. Dia tak tahu apa yang akan terjadi kepadanya jika ibunya sampai tahu soal ini. "Misky, bagaimana semuanya?" tanya David yang ingin mengalihkan pikirannya dari soal saham itu. "Semuanya sudah siap, Tuan. Sekarang hanya tinggal menunggu aba-aba dari Anda," jawab Misky. David tersenyum lebar. "Lakukan sekarang!" ucap David sambil tersenyum mengerikan. *** Valentino terpaksa harus menemui Detektif Ferisha terlebih dahulu sebelum dia pulang ke apartemen miliknya. "Apakah semuanya sudah lengkap?" tanya Valentino. "Sudah, berkasnya hampir terkumpul semuanya. Kita tinggal
Dear, Readers. Terima kasih sudah setia membaca kisah Valentino Araya selama ini. Valentino Araya menjadi salah satu tokoh favorit saya (yah gimana nggak jadi favorit kalau saya sendiri yang menciptakannya) hehe. Ide novel ini tercipta begitu saja dan tidak menyangka jika ternyata banyak yang merelakan waktu dan juga koinnya untuk membaca kisah ini. Sungguh saya tidak pernah menduganya. Mohon maaf jika masih banyak sekali typo.Tapi jangan khawatir, akan segera direvisi agar nyaman dibaca. Season 1 dari Sang Miliarder yang Tersembunyi telah selesai ya readers. Saya akan kembali untuk season 2 ya readers, tapi kemungkinan tidak akan secepat season1 updatenya. Terima kasih,
Beberapa orang terlihat berdiri karena terlalu terkejut sedangkan beberapa lainnya masih duduk dengan ekspresi yang mulai terlihat sangat takut. Mereka saling melihat kearah orang-orang di sekitar mereka karena takut jika mereka duduk disekitar orang yang menjadi pembunuh Misky itu.Ferisha masih terlihat sangat tenang sekali tanpa apa rasa takut sedikitpun. Dia juga telah memerintahkan mantan anak buahnya dan juga bersama-sama dengan polisi untuk menangkap pembunuh itu di gedung itu."Tak perlu khawatir. Pembunuh itu sudah diawasi dengan ketat oleh banyak polisi yang ada di sini jadi Anda tidak perlu mencurigai orang-orang di sekitar Anda," lanjut Valentino.Aryan menatap sahabatnya itu dengan bingung tapi dia tidak mengucapkan apapun.Valentino mengangguk pada Ruslan. Ruslan langsung mengangguk pada ada polisi yang juga berdiri di sampingnya.Petugas polisi itu kemudian mendekat ke arah Aryan."Pak Aryan, Anda ditangkap atas pembunuhan ter
Valentino telah yakin atas apa yang dia lakukan. Ferisha memang tidak memberitahu dirinya mengenai kecurigaan istrinya itu pada salah satu orang yang dianggap benar-benar melakukan pembunuhan itu.Akan tetapi dia ingin mengalihkan pikirannya dulu dan berujar, "Aryan, bersiap-siaplah karena aku akan segera melantik dirimu menjadi direktur pemasaran."Aryan mengangguk kemudian dia keluar dari ruang kerja Valentino. Pria itu tersenyum dan berjalan kembali menuju ruangannya.Setelah pria itu keluar dari ruang kerjanya, Valentino menghubungi istrinya dan mengatakan akan pulang dengan cepat.Ferisha telah menyiapkan makanan untuk sang suami. Saat Valentino di apartemen mereka, dia itu langsung menghambur ke pelukan istrinya."Hei, apakah kau terlalu merindukan aku sampai kau memelukku seperti ini?" tanya Ferisha sambil mengusap punggung suaminya itu.Ferisha melepaskan pelukannya dan menatap suaminya yang terlihat cukup sedih itu."Apa yang
Malam itu Ferisha menemani suaminya hingga suaminya itu bisa tertidur pulas di tempat tidur mereka. Ferisha tidak langsung tidur cantik langsung saya menghubungi anak buahnya untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai kasus pembunuhan terhadap Misky. Wanita itu sedang hamil besar dan kehamilannya telah mencapai usia tujuh bulan. Usia kehamilan yang sudah memasuki usia tua karena sebentar lagi dirinya akan segera melahirkan. Akan tetapi, semangatnya untuk mengungkap kasus itu tidaklah sirna karena dia telah mencurigai seseorang yang mungkin saja menjadi pelaku utama dalam kasus pembunuhan itu. Dia sangat yakin dugaannya itu benar karena banyak hal yang mencurigakan tentang orang itu. Ferisha hanya tidak ingin menyesal di kemudian hari karena tak bisa mengungkap kasus pembunuhan itu. Dia tidak bisa menolong sahabatnya, Almyra saat itu. Dan bahkan dia juga tidak bisa menyelamatkan Misky, suami Almyra. Jadi satu-satunya cara untuk menebus rasa bersalahnya terhadap
Meskipun perkataan Bara dan argumen Valentino dan juga Aryan cukup terdengar meyakinkan, Misky belum bisa mempercayai sepenuhnya dan kemudian dia kembali mencari Stefan Aditama di sekitar daerah tempat dia menemukan Bara. Dia kembali menelusuri apartemen mewah di sekitar tempat itu tapi sayangnya dia tidak menemukan apa-apa.Misky mulai frustrasi ketika hingga hampir satu minggu lamanya setelah kematian Bara, Misky belum juga menemukan setitik terangkan mengenai keberadaan Stefan. Pria itu pintar sekali menyembunyikan dirinya hingga bahkan ketika Valentino mengarahkan semua anak buahnya untuk mencari Stefan, tetap tak ada hasilnya.Misky merasa tidak bisa membalas dendamnya pada pria itu dan langsung saja dia pergi ke makam istrinya.Saat itu sudah sore dan Masih banyak orang yang sedang mengunjungi pemakaman tersebut.Misky terduduk di makam istrinya itu dan dia malah kembali teringat semua kejadian yang telah dia alami. Dia merasa menjadi pria paling sial
Warning! Terdapat adegan kekerasan yang mungkin tidak membuat nyaman, jadi bijaklah dalam membaca. Bara masih belum juga menyerah padahal dia sudah hampir kehabisan napasnya karena terus-menerus berlari tanpa henti. Pada akhirnya Misky tetap saja berhasil mobilnya di depan pemuda itu dan kemudian turun dari mobilnya dengan wajah yang masih tenang. "Kau mau lari ke mana lagi?" Misky bertanya sambil minum susu kotak dengan santainya tanpa menoleh pada Bara yang sudha pucat pasi. "Kenapa kau mengejarku?" tanya Bara mencoba untuk mencari peruntungannya berharap jika mereka tidak mengetahui jika dirinya yang telah membunuh Almyra. Misky tersedak saat minum susu itu dan kemudian melempar kotak susu yang hampir habis itu ke tempat sampah. Saat dia berhasil memasukkan susu kotak itu dia pun berseru, "Wow. Aku hebat, bukan?" Bara menggelengkan kepalanya seakan pria yang sedang ada di depannya itu sudah gila karena bisa-bisanya ma
Misky dengan mudah bisa mendapatkan informasi mengenai Bara Ali yang telah membeli apartemen mewah itu dengan namanya sendiri.Misky sungguh berpikir itu adalah suatu kebodohan terbesar yang pernah dilakukan oleh Bara. Dia benar-benar bingung kenapa kecerobohan yang fatal seperti ini malah dilakukan oleh Bara.Entah karena Bara yang terlalu bodoh tahu mungkin memang dia yang terlalu meremehkan Misky hingga tak mengira mereka bisa menemukan dia.Misky lebih mempercayai kedua alasan itu sekaligus.Ruslan yang menemani pria itu juga merasa sangat bersemangat karena sebentar lagi mereka akan segera menemui Bara, pria yang telah dengan sengaja membunuh Almyra dengan tangannya sendiri."Jangan gegabah!" ucap Ruslan yang mencoba untuk memperingatkan Misky pria itu tetap lebih berhati-hati karena mereka belum tahu apakah Bara memiliki anak buah yang melindunginya atau hanya sendirian saja."Iya, aku tahu. Aku juga tak ingin mati konyol sebelum membala
Bara telah menemukan tempat tinggalnya yang baru dan kemudian segera minta anak buahnya untuk menyiapkan tempat itu.Pria itu takkan pernah memaafkan temannya itu karena lebih membela orang yang tidak dikenalnya dibandingkan dengan dirinya sendiri. Almyra bukankah teman dekat mereka dan mereka hanya mengenal dari situ sebagai kekasih David tanpa pernah terlalu sering terlibat dengannya.Namun Stefan malah membelanya mati-matian hingga membuat hubungan mereka semakin memburuk. Bara masih tidak habis pikir bagaimana bisa dia menyalahkan dirinya tentang penembakan itu padahal Stefan juga menginginkan mereka semua mendapatkan balasan atas perbuatan mereka terhadap David dam kepada mereka sendiri. Tapi anehnya pria itu malah mengecam perbuatannya pada Almyra.Bara tidak bisa menerima semua itu dan dia bahkan tidak menjawab panggilan dari Stefan yang sudah berkali-kali menghubungi dirinya. Pria berambut cepak itu benar-benar telah mengabaikan Bara sepenuhnya dan tak i
Misky mendekatkan dirinya ke arah istrinya itu dan kemudian dia mendengar istrinya berkata, "Bunuh mereka."Misky membeku di tempatnya. Dia kembali menatap istrinya yang menangis dan mulai terlihat semakin lemah tapi dia tetap memaksakan dirinya untuk tetap berusaha mengeluarkan suaranya.Misky mendengar Almyra kembali berkata, "Bunuh mereka. Bunuh mereka untukku, Misky."Wanita itu pun memandang sang suami secara lekat lekat dan kemudian menutup matanya secara perlahan. Almyra mengembuskan napas terakhirnya di dalam mobil ambulans itu.Misky yang melihat istrinya itu sudah udah tak bernyawa hanya bisa menangis frustrasi dan tak henti-hentinya mengecup tangan istrinya dengan rasa sedih yang luar biasa.Ketiga tak bisa berbuat apa-apa karena memang Almyra sudah benar-benar pergi. Peluru itu menembus jantungnya dan tak mungkin bisa dikeluarkan. Perdarahan pun yang terjadi cukup fatal hingga membuat wanita itu tak bisa bertahan. Meskipun mereka tiba t