Almyra tersenyum senang karena ternyata David mau memberikan sahamnya walaupun hanya lima persen saja. Dia tak permasalahkan hal itu karena setidaknya dia sudah bisa membuat David menuruti kemauannya.
Saat ini David yang berada di dalam kantor itu pun sedang sakit kepala karena telah membuat keputusan yang besar dengan memberikan kekasihnya itu saham. Dia tak tahu apa yang akan terjadi kepadanya jika ibunya sampai tahu soal ini.
"Misky, bagaimana semuanya?" tanya David yang ingin mengalihkan pikirannya dari soal saham itu.
"Semuanya sudah siap, Tuan. Sekarang hanya tinggal menunggu aba-aba dari Anda," jawab Misky.
David tersenyum lebar.
"Lakukan sekarang!" ucap David sambil tersenyum mengerikan.
***
Valentino terpaksa harus menemui Detektif Ferisha terlebih dahulu sebelum dia pulang ke apartemen miliknya.
"Apakah semuanya sudah lengkap?" tanya Valentino.
"Sudah, berkasnya hampir terkumpul semuanya. Kita tinggal
Valentino melepas kepergian sahabatnya itu dengan hati retak. Dia sangat merasa bersalah pada Agusta yang sekarang ini sudah terkubur. Dia melihat keluarga Agusta yang menangisi kepergian anaknya. Hal itu tentu berat bagi mereka karena ditinggalkan oleh anak semata wayang mereka tanpa pesan. Banyaknya pelayat yang hadir di pemakaman membuat hatinya semakin terluka karena ketidakadilan yang telah diterima oleh Agusta. Pria itu meninggal karena telah membantu dirinya. Valentino masih tak ingin pergi dari pemakaman itu walaupun sudah banyak orang-orang yang memintanya untuk kembali. Semua orang di kantornya mengira jika dia sedang patah hati karena ditinggal oleh kekasihnya. "Dit, saya tahu ini itu berat bagi kamu, tapi kau tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan," ucap Diana yang sangat memahami jika Aditya sangat kehilangan sosok kekasih hatinya itu. Valentino tak memberi respon apapun dan malah tetap memandang makam Agusta yang masih basah
"Aku rasa itu urusan kamu," ucap Aryan yang malah mengacuhkan Misky. Aryan berbalik namun Misky menahan lengan pria yang berusia beberapa tahun lebih muda darinya itu. Dia lalu mendekatkan kepalanya kesamping kepala Aryan. "Kau jangan membahayakan dirimu sendiri apalagi membahayakan ibu kamu yang masih bekerja di keluarga Araya. Aku tahu kau adalah orang yang pintar jadi kau bisa memilih kepada pihak mana kau setia. Jangan sampai kau salah melangkah dan membuat dirimu celaka," ucap Misky. Aryan dengan kasar melepaskan diri dari Misky. "Lebih baik kau yang harus lebih berhati-hati ketika memilih bos. Pihak yang salah selalu kalah dalam sebuah permainan. Dan asal kau tahu saja, yang benar pasti akan menang," ucap Aryan dengan wajah dinginnya. Misky membiarkan pemuda itu pergi begitu saja karena dia masih menghormati ibu dari Aryan yang selama ini baik sekali kepada dirinya. Dia sangat menyayangkan jika anak dari Sriani ini malah menjadi
Almyra sudah yakin jika dirinya akan bekerja sama dengan Aditya Putra. Dia tahu jika pria culun yang selama ini sering dihina itu adalah pria yang baik jadi dia bisa mempercayai sepenuhnya. Hanya saja dia belum bisa membeberkan alasannya kenapa dia bisa begitu membenci David Araya. Dia belum ingin menceritakan tentang apapun kepada Aditya. Saat Almyra sedang berjalan kembali menuju unit apartemennya, dia berpapasan dengan Misky, anak buah David yang entah kenapa selalu ada di mana-mana. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Almyra kaget. "Seharusnya saya yang bertanya kepada Nona, apa yang Nona lakukan di belakang gedung tadi? Anda tahu kan jika sampai Tuan David tahu, Anda bisa terkena masalah," ucap Misky. Almyra menoleh dengan tatapan kesalnya. "Kenapa? Kau ingin melaporkan diriku pada pria sialan itu? Silahkan," ucap Almyra sambil berlalu dari pria yang kini hanya menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Almyra yang menjauh. Misky ti
Valentino saat ini masih sedang minum-minum di dalam apartemennya dan tak ingin diganggu oleh siapapun. Dia masih meratapi kepergian sahabatnya yang tragis. Dan dia juga masih belum bisa memaafkan dirinya atas kesalahan itu. Bagaimana bisa dia hidup dengan tenang jika sahabatnya itu selalu membayang bayangi dirinya setiap saat? Berkali-kali dia menyalahkan dirinya sendiri atas meninggalnya Agusta Irawan tapi tetap saja hatinya tak pernah lepas dari rasa bersalah. "Tuan Muda, ada tamu yang menunggu Anda di ruang tamu," ucap Ruslan. Valentino menoleh dan memberikan tatapan dinginnya pada Ruslan. "Bukannya aku sudah bilang kepada kamu juga aku nggak mau diganggu sedikitpun. Suruh pergi!" titah Valentino. "Tapi, Tuan. Ini Nona Almyra yang ingin bertemu dengan Anda," ucap Ruslan hati-hati. Valentino langsung menoleh ke arah orang kepercayaannya itu. Dia tahu betul jika Ruslan hanya menjalankan tugasnya, maka dia pun mencoba untuk menghilang
Valentino yang kini setengah mabuk mengambil ponselnya yang menggunakan nomer Inggris dan mulai mencari nomer David yang telah dia simpan dengan nama "Si Bangsat".Dia menelepon saudara tirinya itu. Dia hanya menunggu selama beberapa detik sebelum panggilannya diangkat. Valentino menggunakan sapu tangan untuk menyamarkan suara aslinya."Halo, saudara tiri," sapa Valentino.David terdiam beberapa saat karena terlalu terkejut dia menerima telepon asing yang ternyata adalah orang yang selama ini sedang dicari-cari oleh dirinya."Valentino?" ucap David masih belum percaya jika dia ditelepon langsung."Hm. Memangnya kau pikir siapa lagi saudara tiri kamu selain aku? Apakah kau sudah lupa bagaimana suaraku? Ah, tentu saja kau lupa. Kita sudah tidak bertemu selama beberapa tahun," ucap Valentino.David menegang di seberang sana."Tak perlu berbasa-basi. Apa tujuan kamu menelepon aku?" tanya David yang terlihat tidak sabar.Valentino t
Valentino yang telah muak dengan identitasnya sebagai Aditya Putra kini memutuskan untuk resign dari AL Group. Dia berpikir jika saat ini identitasnya itu sudah tidak terlalu berguna lagi. "Apakah Anda sudah yakin, Tuan?" tanya Ruslan yang sekarang sedang menyiapkan persiapan Tuannya itu untuk pergi ke kantor. Valentino mengangguk. "Di sana sudah tidak ada lagi Agusta. Aku tidak bisa di sana sendirian karena tidak mungkin untuk menyelidikinya tanpa Agusta di sana. Aku pikir aku bisa membuat David lebih percaya pada Calvin," ucap Valentino. Ruslan mengangguk paham. Pria itu sebenarnya merasa jika Tuannya itu belum pulih dari rasa kehilangannya atas meninggalnya sang sahabat. Namun mau tidak mau pria muda itu harus membuat dirinya lebih tegar karena dia tidak bisa terus-menerus meratapi kematian sahabatnya itu. Langkahnya tidak boleh terhenti meskipun sekarang dia sudah kehilangan sosok yang telah membantunya selama ini. Ruslan sesungguhnya pun
Valentino masih berpamitan kepada beberapa orang yang cukup baik terhadapnya. Diana dan Levi yang selalu menghina dirinya pun kini menemuinya saat dia sudah mengemasi barang-barangnya. "Kau benar-benar harus pergi dari sini ya culun?" tanya Diana yang tiba-tiba saja bergerak mendekati Valentino dan membantunya memasukkan barang-barangnya. Valentino cukup kaget atas apa yang dilakukan oleh teman kerjanya yang sering sekali merendahkan dirinya itu. "Iya. Saya sudah menyampaikan surat pengunduran diri saya terhadap Pak Alfredo," kata Valentino. Levi yang ikutan mendekat itu menatap si culun dengan perasaan tak tega. "Aku tahu kau pasti masih sangat sedih atas kepergian Pak Agusta, tapi asal kau tahu sebenarnya kau bisa mendapatkan pria yang lebih baik daripada Pak Agusta," ucap Levi dengan santainya. Valentino hanya tersenyum masam mendengar perkataan Levi yang baginya sangat menggelikan itu. "Aku tak berniat mencari pengg
Valentino yang sudah sampai di apartemen miliknya itu kini membiarkan dirinya istirahat di kamarnya. Pria itu memilih untuk menghabiskan waktunya sampai makan malam tiba di kamarnya saja. Di sana dia hanya memeriksa beberapa dokumen yang berkaitan dengan bukti-bukti tentang pembunuhan terhadap ayahnya dan juga pembunuhan terhadap Agusta. Sampai detik ini Valentino belum membuka bukti yang telah diberikan oleh Almyra. Dia masih belum sanggup untuk memutar video yang merekam semua kejadian yang telah menimpa Agusta saat itu. Dia hanya menyimpannya saja sebagai bukti yang akan dia gunakan nantinya. "Tuan Muda, apakah Anda tidak ingin makan malam?" tanya Ruslan yang sangat mencemaskan Tuan Mudanya itu yang sudah beberapa hari belum ingin makan. Ruslan tentu tidak bisa memaksa orang dewasa seperti Tuan Muda yaitu hanya untuk memikirkan soal makanan. Bahkan sekarang pun ibunya, Hera Miller yang berkali-kali mencoba menghubungi putranya tersebut tida
Dear, Readers. Terima kasih sudah setia membaca kisah Valentino Araya selama ini. Valentino Araya menjadi salah satu tokoh favorit saya (yah gimana nggak jadi favorit kalau saya sendiri yang menciptakannya) hehe. Ide novel ini tercipta begitu saja dan tidak menyangka jika ternyata banyak yang merelakan waktu dan juga koinnya untuk membaca kisah ini. Sungguh saya tidak pernah menduganya. Mohon maaf jika masih banyak sekali typo.Tapi jangan khawatir, akan segera direvisi agar nyaman dibaca. Season 1 dari Sang Miliarder yang Tersembunyi telah selesai ya readers. Saya akan kembali untuk season 2 ya readers, tapi kemungkinan tidak akan secepat season1 updatenya. Terima kasih,
Beberapa orang terlihat berdiri karena terlalu terkejut sedangkan beberapa lainnya masih duduk dengan ekspresi yang mulai terlihat sangat takut. Mereka saling melihat kearah orang-orang di sekitar mereka karena takut jika mereka duduk disekitar orang yang menjadi pembunuh Misky itu.Ferisha masih terlihat sangat tenang sekali tanpa apa rasa takut sedikitpun. Dia juga telah memerintahkan mantan anak buahnya dan juga bersama-sama dengan polisi untuk menangkap pembunuh itu di gedung itu."Tak perlu khawatir. Pembunuh itu sudah diawasi dengan ketat oleh banyak polisi yang ada di sini jadi Anda tidak perlu mencurigai orang-orang di sekitar Anda," lanjut Valentino.Aryan menatap sahabatnya itu dengan bingung tapi dia tidak mengucapkan apapun.Valentino mengangguk pada Ruslan. Ruslan langsung mengangguk pada ada polisi yang juga berdiri di sampingnya.Petugas polisi itu kemudian mendekat ke arah Aryan."Pak Aryan, Anda ditangkap atas pembunuhan ter
Valentino telah yakin atas apa yang dia lakukan. Ferisha memang tidak memberitahu dirinya mengenai kecurigaan istrinya itu pada salah satu orang yang dianggap benar-benar melakukan pembunuhan itu.Akan tetapi dia ingin mengalihkan pikirannya dulu dan berujar, "Aryan, bersiap-siaplah karena aku akan segera melantik dirimu menjadi direktur pemasaran."Aryan mengangguk kemudian dia keluar dari ruang kerja Valentino. Pria itu tersenyum dan berjalan kembali menuju ruangannya.Setelah pria itu keluar dari ruang kerjanya, Valentino menghubungi istrinya dan mengatakan akan pulang dengan cepat.Ferisha telah menyiapkan makanan untuk sang suami. Saat Valentino di apartemen mereka, dia itu langsung menghambur ke pelukan istrinya."Hei, apakah kau terlalu merindukan aku sampai kau memelukku seperti ini?" tanya Ferisha sambil mengusap punggung suaminya itu.Ferisha melepaskan pelukannya dan menatap suaminya yang terlihat cukup sedih itu."Apa yang
Malam itu Ferisha menemani suaminya hingga suaminya itu bisa tertidur pulas di tempat tidur mereka. Ferisha tidak langsung tidur cantik langsung saya menghubungi anak buahnya untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai kasus pembunuhan terhadap Misky. Wanita itu sedang hamil besar dan kehamilannya telah mencapai usia tujuh bulan. Usia kehamilan yang sudah memasuki usia tua karena sebentar lagi dirinya akan segera melahirkan. Akan tetapi, semangatnya untuk mengungkap kasus itu tidaklah sirna karena dia telah mencurigai seseorang yang mungkin saja menjadi pelaku utama dalam kasus pembunuhan itu. Dia sangat yakin dugaannya itu benar karena banyak hal yang mencurigakan tentang orang itu. Ferisha hanya tidak ingin menyesal di kemudian hari karena tak bisa mengungkap kasus pembunuhan itu. Dia tidak bisa menolong sahabatnya, Almyra saat itu. Dan bahkan dia juga tidak bisa menyelamatkan Misky, suami Almyra. Jadi satu-satunya cara untuk menebus rasa bersalahnya terhadap
Meskipun perkataan Bara dan argumen Valentino dan juga Aryan cukup terdengar meyakinkan, Misky belum bisa mempercayai sepenuhnya dan kemudian dia kembali mencari Stefan Aditama di sekitar daerah tempat dia menemukan Bara. Dia kembali menelusuri apartemen mewah di sekitar tempat itu tapi sayangnya dia tidak menemukan apa-apa.Misky mulai frustrasi ketika hingga hampir satu minggu lamanya setelah kematian Bara, Misky belum juga menemukan setitik terangkan mengenai keberadaan Stefan. Pria itu pintar sekali menyembunyikan dirinya hingga bahkan ketika Valentino mengarahkan semua anak buahnya untuk mencari Stefan, tetap tak ada hasilnya.Misky merasa tidak bisa membalas dendamnya pada pria itu dan langsung saja dia pergi ke makam istrinya.Saat itu sudah sore dan Masih banyak orang yang sedang mengunjungi pemakaman tersebut.Misky terduduk di makam istrinya itu dan dia malah kembali teringat semua kejadian yang telah dia alami. Dia merasa menjadi pria paling sial
Warning! Terdapat adegan kekerasan yang mungkin tidak membuat nyaman, jadi bijaklah dalam membaca. Bara masih belum juga menyerah padahal dia sudah hampir kehabisan napasnya karena terus-menerus berlari tanpa henti. Pada akhirnya Misky tetap saja berhasil mobilnya di depan pemuda itu dan kemudian turun dari mobilnya dengan wajah yang masih tenang. "Kau mau lari ke mana lagi?" Misky bertanya sambil minum susu kotak dengan santainya tanpa menoleh pada Bara yang sudha pucat pasi. "Kenapa kau mengejarku?" tanya Bara mencoba untuk mencari peruntungannya berharap jika mereka tidak mengetahui jika dirinya yang telah membunuh Almyra. Misky tersedak saat minum susu itu dan kemudian melempar kotak susu yang hampir habis itu ke tempat sampah. Saat dia berhasil memasukkan susu kotak itu dia pun berseru, "Wow. Aku hebat, bukan?" Bara menggelengkan kepalanya seakan pria yang sedang ada di depannya itu sudah gila karena bisa-bisanya ma
Misky dengan mudah bisa mendapatkan informasi mengenai Bara Ali yang telah membeli apartemen mewah itu dengan namanya sendiri.Misky sungguh berpikir itu adalah suatu kebodohan terbesar yang pernah dilakukan oleh Bara. Dia benar-benar bingung kenapa kecerobohan yang fatal seperti ini malah dilakukan oleh Bara.Entah karena Bara yang terlalu bodoh tahu mungkin memang dia yang terlalu meremehkan Misky hingga tak mengira mereka bisa menemukan dia.Misky lebih mempercayai kedua alasan itu sekaligus.Ruslan yang menemani pria itu juga merasa sangat bersemangat karena sebentar lagi mereka akan segera menemui Bara, pria yang telah dengan sengaja membunuh Almyra dengan tangannya sendiri."Jangan gegabah!" ucap Ruslan yang mencoba untuk memperingatkan Misky pria itu tetap lebih berhati-hati karena mereka belum tahu apakah Bara memiliki anak buah yang melindunginya atau hanya sendirian saja."Iya, aku tahu. Aku juga tak ingin mati konyol sebelum membala
Bara telah menemukan tempat tinggalnya yang baru dan kemudian segera minta anak buahnya untuk menyiapkan tempat itu.Pria itu takkan pernah memaafkan temannya itu karena lebih membela orang yang tidak dikenalnya dibandingkan dengan dirinya sendiri. Almyra bukankah teman dekat mereka dan mereka hanya mengenal dari situ sebagai kekasih David tanpa pernah terlalu sering terlibat dengannya.Namun Stefan malah membelanya mati-matian hingga membuat hubungan mereka semakin memburuk. Bara masih tidak habis pikir bagaimana bisa dia menyalahkan dirinya tentang penembakan itu padahal Stefan juga menginginkan mereka semua mendapatkan balasan atas perbuatan mereka terhadap David dam kepada mereka sendiri. Tapi anehnya pria itu malah mengecam perbuatannya pada Almyra.Bara tidak bisa menerima semua itu dan dia bahkan tidak menjawab panggilan dari Stefan yang sudah berkali-kali menghubungi dirinya. Pria berambut cepak itu benar-benar telah mengabaikan Bara sepenuhnya dan tak i
Misky mendekatkan dirinya ke arah istrinya itu dan kemudian dia mendengar istrinya berkata, "Bunuh mereka."Misky membeku di tempatnya. Dia kembali menatap istrinya yang menangis dan mulai terlihat semakin lemah tapi dia tetap memaksakan dirinya untuk tetap berusaha mengeluarkan suaranya.Misky mendengar Almyra kembali berkata, "Bunuh mereka. Bunuh mereka untukku, Misky."Wanita itu pun memandang sang suami secara lekat lekat dan kemudian menutup matanya secara perlahan. Almyra mengembuskan napas terakhirnya di dalam mobil ambulans itu.Misky yang melihat istrinya itu sudah udah tak bernyawa hanya bisa menangis frustrasi dan tak henti-hentinya mengecup tangan istrinya dengan rasa sedih yang luar biasa.Ketiga tak bisa berbuat apa-apa karena memang Almyra sudah benar-benar pergi. Peluru itu menembus jantungnya dan tak mungkin bisa dikeluarkan. Perdarahan pun yang terjadi cukup fatal hingga membuat wanita itu tak bisa bertahan. Meskipun mereka tiba t