Benar saja, tidak lama setelah itu, datanglah beberapa orang berpakaian menggunakan jas hitam dengan masker hitam menutupi wajah mereka. Salah satu dari mereka mengajak bicara Gea yang sebenarnya ketakutan tapi berusaha keras untuk tetap berani.
"Apakah Nona tidak melihat adanya orang yang mencurigakan di sini?" Ruslan bertanya dengan suara rendah agar gadis itu tidak ketakutan.
"Tidak. Saya tidak menemukan siapa-siapa di sini." Gea Takan menghianati pria yang sudah menolongnya dan bahkan memberi tempat tinggal untuknya. Jadi dia menepati janjinya pada pria yang bahkan tidak dia ketahui asal usulnya itu.
"Apakah Anda yakin? Soalnya saya menerima laporan jika salah satu buronan di kota ini tinggal di apartemen ini. Di nomer kamar ini."
Ruslan menangkapnya dengan curiga karena dia sangat yakin tidak mungkin informasinya salah. Ruslan rasanya ingin sekali mengutuk pemilik tempat itu karena tidak memiliki fasilitas yang cukup baik sehingga bahkan CCTV sud
David tidak bisa ditemukan setelah itu. Meskipun Detektif Ferisha telah memperluas pencarian merea ke kota-kota kecil sekalipun, tak ada jejak-jejak yang mengarah ke tempat baru persembunyian David. Ruslan bahkan mengira jika kemungkinan besar David kabur ke luar negeri.Valentino tak yakin pria itu akan kabur dari Indonesia karena jelas sekali dia tak memiliki uang sebanyak itu untuk bisa kabur ke luar negeri. Lagi pula, semua jalur baik darat, udara maupun laut telah dijaga dan poster David yang menjadi buronan telah dicetak dan disebar di mana-mana. Tidak mungkin saudara tirinya itu bisa keluar dari Indonesia.Valentino yakin seyakin-yakinnya jika David malah bisa jadi masih berada di kota tempat mereka tinggal. David tak mungkin kabur terlalu jauh karena tak ada juga yang akan membantunya. Dua tikusnya sudah dipenjara dan seingat Valentino, David tak lagi memiliki teman lain. Tak akan ada bala bantuan yang datang kepadanya.Valentino berpikir cukup keras ten
Lagi-lagi David belajar dari semua yang telah Valentino lakukan. Saat itu dia diancam via telepon oleh Valentino dan dia hampir gila karena ancaman itu. Kini giliran dia ingin membuat Valentino setidaknya tak bisa tidur selama beberapa saat.David yang tahu jika Valentino juga seorang ahli IT, dia memilih untuk tidak mengancamnya dengan menggunakan alat elektronik melainkan dia mengirim sebuah paket yang dia pesan secara online dan mengirimkannya ke apartemen Valentino.Tentu saja dia menggunakan identitas palsu semuanya. Dia tak akan pernah rela jika dirinya ketahuan sebelum dia berhasil menyingkirkan Valentino.Sekarang dia menunggu reaksi Valentino. Ah, sayang sekali dia tak akan bisa melihat ekspresi kaget pria itu. Andai dia bisa menyaksikannya, dirinya pasti akan sangat puas sekali.Valentino yang telah sampai di rumah agak terkejut melihat sebuah bungkusan dengan bungkus berwarna coklat muda."Ini apa?" Valentino bertanya dengan nada keheran
Valentino perlahan membuka matanya dan kepalanya mendadak terasa sangat sakit sekali. Dia mencoba menggerakkan mulutnya dan ternyata tidak bisa karena mulutnya telah ditutup menggunakan kain sehingga dia tak bisa berbicara.Valentino bahkan merasa tangan dan kakinya kesakitan karena diikat menggunakan tali yang cukup kuat. Pria itu hanya bisa terbaring miring tanpa bisa bergerak sama sekali. Dengan masih terbaring dia mencoba untuk menggerakkan matanya dan melihat tempat di mana dia berada.Dia mencoba mengingat hal terakhir yang dia lakukan dan tersentak kaget karena sepertinya dia telah diculik. Dia tak perlu berpikir lagi karena sudah jelas pelakunya pastilah David, saudara tirinya yang masih berkeliaran bebas di luar sana. Valentino tak memilihku musuh satu pun selain berasal dari keluarga David. Jadi tak ada keraguan sedikitpun jika David adalah pelakunya.Namun anehnya dia seperti mengenal tempat dia disekap ini."Wow, kau sudah bangun rupanya? Baga
David sejak tak bisa menjawab ucapan Valentino, dia memilih untuk tak terlalu sering berbicara dengannya dan hanya menemui pria itu di kamar tempat dia menyekapnya sesekali saja saat dia memberikan makanan untuk saudara tirinya itu.David tak melepaskan ikatan tangan dan kaki pria itu dan selalu menyuapi Valentino untuk makan. Sesungguhnya Valentino bingung dengan sikap David terhadapnya dan tak mengerti alasan dibalik dirinya yang masih dibiarkan hidup setelah berhari-hari disekap di sana.Maka setelah dia menyelesaikan makannya, sebelum David keluar dari kamar itu dia mengejutkan pria itu dengan berkata, "Kenapa kau tak langsung membunuhku saja? Kau menyekapku tidak hanya untuk memberiku makan bukan? Kenapa kau membuang-buang waktu seperti ini? Apakah kau tidak takut jika ketahuan oleh polisi dan kemudian mereka menangkapmu lagi?"David tetap mengacuhkannya dan tak menjawab pertanyaan Valentino itu.Valentino mulai kesal sekarang karena sepertinya David
David memperlakukan Valentino bahkan seperti dia berlakukan teman baiknya. Selama beberapa hari menyekap Valentino, sekalipun dia tidak pernah membiarkan pria itu kelaparan dan selalu mengurusnya dengan sangat baik.David bahkan selalu memberikan makanan makanan terbaik untuk Valentine dan menyuapinya tanpa mengajak pria itu berbicara. Valentino bukan sekali dua kali selalu mengajaknya berbicara tapi tak pernah ditanggapi sekalipun oleh David.Suatu ketika, Valentino yang lelah karena diperlakukan seperti seorang bonekah akhirnya berujar, "Sebenarnya apa maumu? Kenapa kau tidak langsung membunuhku sekarang saja, David? Apakah kau sedang ingin bermain-main dulu denganku?"David lagi-lagi tak menjawabnya dan langsung mengunci pintu itu dari luar.David mencoba menghela napasnya dan dan bersandar di dinding. David ingin sekali melepaskan rasa dendamnya dan membunuh Valentino tanpa rasa penyesalan tapi masalahnya melihatnya saja selalu membuatnya teringat sem
"Bagus. Jadi dia sudah mati. Dia mati karena meninggalkan aku sendirian. Iya kan?" David masih saja mengoceh tidak jelas tapi Valentino tak punya pilihan lain selain menanggapi omong kosong David itu. Dia sudah yakin jika jiwa pria itu sedang tidak baik maka arah pembicaraannya pun sudah ngawur dan membuat semuanya semakin rumit. David kemudian berjalan keluar kamar itu dan kembali hanya dalam waktu beberapa menit saja. Pria itu membawa sebuah pisau dan kemudian menatap Valentino dengan tatapan dinginnya. "Bagus sekali. Bagus. Aku bisa membunuhmu sekarang tanpa Rasa ragu lagi." David kemudian mulai memainkan pisaunya dan menarik kerah leher Valentino. Valentino memejamkan matanya dan menerima kematiannya namun tidak terduga terjadi karena tiba-tiba saja pintu apartemen David dibuka dengan paksa dan munculah beberapa orang yang masuk ke dalam apartemen itu. David yang selalu berusaha untuk belajar dari kesalahan, cepat langsung saja menuju jendela dan
Valentino mengunci dirinya di kamarnya dan tak ingin diganggu oleh siapapun juga. Dia bahkan tak mau berbicara pada ayah dan ibunya yang telah datang ke Indonesia. Dia hanya menyapa mereka sekilas sebelum kemudian masuk ke dalam kamarnya dan berdiam diri di sana selama satu hari penuh.Aryan tak mengerti kenapa temannya itu malah bersikap berbeda sejak dia pulang dan diselamatkan oleh Detektif Ferisha. Dia juga tak memahami Valentino yang mendadak menjadi tak suka mengeluarkan kata-kata tidak hanya ataupun di depan kedua orang tuanya.Detektif Ferisha sendiri juga terlihat lebih diam daripada biasanya padahal mereka sudah cukup akrab dan sering bertemu beberapa kali."Sebenarnya apakah aku yang terlalu bodoh hingga tak bisa mengerti dengan keadaan ini atau memang semuanya rumit?" Aryan bergumam di samping Misky yang juga sedang duduk di ruang tamu apartemen milik Valentino."Dia sedang banyak masalah dan aku kira tentu saja ini berhubungan dengan David,"
Hera Adnan tersenyum tipis dan tidak menjawab pertanyaan Misky.Misky tidak bisa menebak arti dari senyuman Hera itu, dia bukan seorang ahli psikologi yang bisa mengetahui orang hanya dari sikapnya saja. Tapi setelah dia mendengarkan semua penjelasan itu, dia tidak merasa penasaran lagi dan memilih untuk membiarkan Valentino menyelesaikan sendiri apa yang sedang berkecamuk di dalam hatinya.Aryan sendiri karena tidak bisa memahami apa yang sedang terjadi, dia memilih untuk tidak ikut campur dan dan menunggu Valentino kembali berbicara dengan dirinya.Di tempat lain, Bara sedang membanting meja setelah dirinya mendapat kabar jika sahabatnya telah mati ditembak oleh detektif Ferisha. Dia gemetar hebat karena satu teman baiknya telah pergi."Kenapa dia menembaknya? Apa salahnya?" Bara tak sanggup menahan kemarahannya dan malah mencekik anak buahnya yang memberikan kabar tersebut.Bara tersulut emosi tapi kemudian dia sadar telah melampiaskan kemarahan
Dear, Readers. Terima kasih sudah setia membaca kisah Valentino Araya selama ini. Valentino Araya menjadi salah satu tokoh favorit saya (yah gimana nggak jadi favorit kalau saya sendiri yang menciptakannya) hehe. Ide novel ini tercipta begitu saja dan tidak menyangka jika ternyata banyak yang merelakan waktu dan juga koinnya untuk membaca kisah ini. Sungguh saya tidak pernah menduganya. Mohon maaf jika masih banyak sekali typo.Tapi jangan khawatir, akan segera direvisi agar nyaman dibaca. Season 1 dari Sang Miliarder yang Tersembunyi telah selesai ya readers. Saya akan kembali untuk season 2 ya readers, tapi kemungkinan tidak akan secepat season1 updatenya. Terima kasih,
Beberapa orang terlihat berdiri karena terlalu terkejut sedangkan beberapa lainnya masih duduk dengan ekspresi yang mulai terlihat sangat takut. Mereka saling melihat kearah orang-orang di sekitar mereka karena takut jika mereka duduk disekitar orang yang menjadi pembunuh Misky itu.Ferisha masih terlihat sangat tenang sekali tanpa apa rasa takut sedikitpun. Dia juga telah memerintahkan mantan anak buahnya dan juga bersama-sama dengan polisi untuk menangkap pembunuh itu di gedung itu."Tak perlu khawatir. Pembunuh itu sudah diawasi dengan ketat oleh banyak polisi yang ada di sini jadi Anda tidak perlu mencurigai orang-orang di sekitar Anda," lanjut Valentino.Aryan menatap sahabatnya itu dengan bingung tapi dia tidak mengucapkan apapun.Valentino mengangguk pada Ruslan. Ruslan langsung mengangguk pada ada polisi yang juga berdiri di sampingnya.Petugas polisi itu kemudian mendekat ke arah Aryan."Pak Aryan, Anda ditangkap atas pembunuhan ter
Valentino telah yakin atas apa yang dia lakukan. Ferisha memang tidak memberitahu dirinya mengenai kecurigaan istrinya itu pada salah satu orang yang dianggap benar-benar melakukan pembunuhan itu.Akan tetapi dia ingin mengalihkan pikirannya dulu dan berujar, "Aryan, bersiap-siaplah karena aku akan segera melantik dirimu menjadi direktur pemasaran."Aryan mengangguk kemudian dia keluar dari ruang kerja Valentino. Pria itu tersenyum dan berjalan kembali menuju ruangannya.Setelah pria itu keluar dari ruang kerjanya, Valentino menghubungi istrinya dan mengatakan akan pulang dengan cepat.Ferisha telah menyiapkan makanan untuk sang suami. Saat Valentino di apartemen mereka, dia itu langsung menghambur ke pelukan istrinya."Hei, apakah kau terlalu merindukan aku sampai kau memelukku seperti ini?" tanya Ferisha sambil mengusap punggung suaminya itu.Ferisha melepaskan pelukannya dan menatap suaminya yang terlihat cukup sedih itu."Apa yang
Malam itu Ferisha menemani suaminya hingga suaminya itu bisa tertidur pulas di tempat tidur mereka. Ferisha tidak langsung tidur cantik langsung saya menghubungi anak buahnya untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai kasus pembunuhan terhadap Misky. Wanita itu sedang hamil besar dan kehamilannya telah mencapai usia tujuh bulan. Usia kehamilan yang sudah memasuki usia tua karena sebentar lagi dirinya akan segera melahirkan. Akan tetapi, semangatnya untuk mengungkap kasus itu tidaklah sirna karena dia telah mencurigai seseorang yang mungkin saja menjadi pelaku utama dalam kasus pembunuhan itu. Dia sangat yakin dugaannya itu benar karena banyak hal yang mencurigakan tentang orang itu. Ferisha hanya tidak ingin menyesal di kemudian hari karena tak bisa mengungkap kasus pembunuhan itu. Dia tidak bisa menolong sahabatnya, Almyra saat itu. Dan bahkan dia juga tidak bisa menyelamatkan Misky, suami Almyra. Jadi satu-satunya cara untuk menebus rasa bersalahnya terhadap
Meskipun perkataan Bara dan argumen Valentino dan juga Aryan cukup terdengar meyakinkan, Misky belum bisa mempercayai sepenuhnya dan kemudian dia kembali mencari Stefan Aditama di sekitar daerah tempat dia menemukan Bara. Dia kembali menelusuri apartemen mewah di sekitar tempat itu tapi sayangnya dia tidak menemukan apa-apa.Misky mulai frustrasi ketika hingga hampir satu minggu lamanya setelah kematian Bara, Misky belum juga menemukan setitik terangkan mengenai keberadaan Stefan. Pria itu pintar sekali menyembunyikan dirinya hingga bahkan ketika Valentino mengarahkan semua anak buahnya untuk mencari Stefan, tetap tak ada hasilnya.Misky merasa tidak bisa membalas dendamnya pada pria itu dan langsung saja dia pergi ke makam istrinya.Saat itu sudah sore dan Masih banyak orang yang sedang mengunjungi pemakaman tersebut.Misky terduduk di makam istrinya itu dan dia malah kembali teringat semua kejadian yang telah dia alami. Dia merasa menjadi pria paling sial
Warning! Terdapat adegan kekerasan yang mungkin tidak membuat nyaman, jadi bijaklah dalam membaca. Bara masih belum juga menyerah padahal dia sudah hampir kehabisan napasnya karena terus-menerus berlari tanpa henti. Pada akhirnya Misky tetap saja berhasil mobilnya di depan pemuda itu dan kemudian turun dari mobilnya dengan wajah yang masih tenang. "Kau mau lari ke mana lagi?" Misky bertanya sambil minum susu kotak dengan santainya tanpa menoleh pada Bara yang sudha pucat pasi. "Kenapa kau mengejarku?" tanya Bara mencoba untuk mencari peruntungannya berharap jika mereka tidak mengetahui jika dirinya yang telah membunuh Almyra. Misky tersedak saat minum susu itu dan kemudian melempar kotak susu yang hampir habis itu ke tempat sampah. Saat dia berhasil memasukkan susu kotak itu dia pun berseru, "Wow. Aku hebat, bukan?" Bara menggelengkan kepalanya seakan pria yang sedang ada di depannya itu sudah gila karena bisa-bisanya ma
Misky dengan mudah bisa mendapatkan informasi mengenai Bara Ali yang telah membeli apartemen mewah itu dengan namanya sendiri.Misky sungguh berpikir itu adalah suatu kebodohan terbesar yang pernah dilakukan oleh Bara. Dia benar-benar bingung kenapa kecerobohan yang fatal seperti ini malah dilakukan oleh Bara.Entah karena Bara yang terlalu bodoh tahu mungkin memang dia yang terlalu meremehkan Misky hingga tak mengira mereka bisa menemukan dia.Misky lebih mempercayai kedua alasan itu sekaligus.Ruslan yang menemani pria itu juga merasa sangat bersemangat karena sebentar lagi mereka akan segera menemui Bara, pria yang telah dengan sengaja membunuh Almyra dengan tangannya sendiri."Jangan gegabah!" ucap Ruslan yang mencoba untuk memperingatkan Misky pria itu tetap lebih berhati-hati karena mereka belum tahu apakah Bara memiliki anak buah yang melindunginya atau hanya sendirian saja."Iya, aku tahu. Aku juga tak ingin mati konyol sebelum membala
Bara telah menemukan tempat tinggalnya yang baru dan kemudian segera minta anak buahnya untuk menyiapkan tempat itu.Pria itu takkan pernah memaafkan temannya itu karena lebih membela orang yang tidak dikenalnya dibandingkan dengan dirinya sendiri. Almyra bukankah teman dekat mereka dan mereka hanya mengenal dari situ sebagai kekasih David tanpa pernah terlalu sering terlibat dengannya.Namun Stefan malah membelanya mati-matian hingga membuat hubungan mereka semakin memburuk. Bara masih tidak habis pikir bagaimana bisa dia menyalahkan dirinya tentang penembakan itu padahal Stefan juga menginginkan mereka semua mendapatkan balasan atas perbuatan mereka terhadap David dam kepada mereka sendiri. Tapi anehnya pria itu malah mengecam perbuatannya pada Almyra.Bara tidak bisa menerima semua itu dan dia bahkan tidak menjawab panggilan dari Stefan yang sudah berkali-kali menghubungi dirinya. Pria berambut cepak itu benar-benar telah mengabaikan Bara sepenuhnya dan tak i
Misky mendekatkan dirinya ke arah istrinya itu dan kemudian dia mendengar istrinya berkata, "Bunuh mereka."Misky membeku di tempatnya. Dia kembali menatap istrinya yang menangis dan mulai terlihat semakin lemah tapi dia tetap memaksakan dirinya untuk tetap berusaha mengeluarkan suaranya.Misky mendengar Almyra kembali berkata, "Bunuh mereka. Bunuh mereka untukku, Misky."Wanita itu pun memandang sang suami secara lekat lekat dan kemudian menutup matanya secara perlahan. Almyra mengembuskan napas terakhirnya di dalam mobil ambulans itu.Misky yang melihat istrinya itu sudah udah tak bernyawa hanya bisa menangis frustrasi dan tak henti-hentinya mengecup tangan istrinya dengan rasa sedih yang luar biasa.Ketiga tak bisa berbuat apa-apa karena memang Almyra sudah benar-benar pergi. Peluru itu menembus jantungnya dan tak mungkin bisa dikeluarkan. Perdarahan pun yang terjadi cukup fatal hingga membuat wanita itu tak bisa bertahan. Meskipun mereka tiba t