Hera Adnan tersenyum tipis dan tidak menjawab pertanyaan Misky.
Misky tidak bisa menebak arti dari senyuman Hera itu, dia bukan seorang ahli psikologi yang bisa mengetahui orang hanya dari sikapnya saja. Tapi setelah dia mendengarkan semua penjelasan itu, dia tidak merasa penasaran lagi dan memilih untuk membiarkan Valentino menyelesaikan sendiri apa yang sedang berkecamuk di dalam hatinya.
Aryan sendiri karena tidak bisa memahami apa yang sedang terjadi, dia memilih untuk tidak ikut campur dan dan menunggu Valentino kembali berbicara dengan dirinya.
Di tempat lain, Bara sedang membanting meja setelah dirinya mendapat kabar jika sahabatnya telah mati ditembak oleh detektif Ferisha. Dia gemetar hebat karena satu teman baiknya telah pergi.
"Kenapa dia menembaknya? Apa salahnya?" Bara tak sanggup menahan kemarahannya dan malah mencekik anak buahnya yang memberikan kabar tersebut.
Bara tersulut emosi tapi kemudian dia sadar telah melampiaskan kemarahan
Bara Ali berhasil keluar dari penjara lebih cepat daripada tuntutan. Hal ini tentu saja setelah dia menghabiskan uang cukup banyak untuk menyuap para petinggi agar bisa membuatnya terbebas dari hukuman. Dia tidak mempermasalahkan tentang jumlah uang itu asalkan dia bisa segera membalaskan dendam kematian temannya.Dia merasa tidak adil jika David mati karena kesalahan detektif wanita itu. Bara pun mulai menargetkan wanita itu sebagai incarannya untuk dia bunuh. Bara sebelumnya tidak pernah sampai menghilangkan nyawa seseorang tapi setelah dia melihat keluarga David, sahabat baiknya yang kacau balau karena perbuatan Valentino, tiba-tiba saja ada rasa ingin membunuh yang tumbuh di dalam hatinya.Tak hanya ingin membunuh detektif wanita yang telah menghabisi nyawa David itu tapi tentunya target utama dirinya adalah Valentino Araya. Sebelum dia bisa bebas dari tahanan itu, dia telah meminta semua orang untuk merahasiakan kebebasannya. Dia pun juga telah meminta Stefan untu
"Detektif Ferisha mabuk."Tanpa berbicara apapun lagi, Misky langsung saja membantu Almyra untuk membawa temannya itu ke dalam apartemen milik Almyra."Kenapa dia bisa seperti ini? Kau tahu ini terlalu mengejutkan sekali karena baru kali ini aku lihat dia bisa mabuk seperti ini."Mereka berdua juga tidak hanya sekali dua kali bertemu dengan detektif cantik itu bahkan mereka sudah memiliki hubungan pertemanan yang cukup dekat. Jadi Misky merasa sangat aneh sekali ketika detektif yang sangat menegakkan keadilan itu malah sekarang kehilangan kendali dirinya dan mabuk."Aku akan membawanya ke kamar dulu."Misky menunggunya di ruang tamu dan kemudian dia tak bisa menahan dirinya lagi karena rasa penasaran yang mencekiknya. Dia langsung bangkit dari kursinya dan kemudian bertanya, "Dia sudah tidak apa-apa?"Almyra mengangguk."Aku rasa dia akan kaget sendiri saat melihat dirinya yang mabuk waktu bangun nanti. Astaga, semoga dia tidak merasa
Valentino telah menjadi dirinya kembali dan kemudian sudah mulai melakukan aktivitasnya seperti biasanya. Dia sudah bisa menerima semuanya dan tidak lagi membahas tentang kematian David.Valentino bahkan menggoda sekretaris yaitu habis-habisan setelah mendengar jika dia akan segera menikah Misky."Kalian benar-benar sangat menyebalkan sekali bagaimana bisa tiba-tiba kalian memutuskan untuk menikah? Kenapa aku bisa tidak tahu jika kalian saling memendam perasaan?"Almyra memilih untuk tidak menjawab pertanyaan dari bosnya itu sedangkan Misky hanya tersenyum misterius dan tak menanggapi Valentino yang mulai merasa kesal itu."Pasangan yang benar-benar sangat kompak sekali. Kurang ajar," umpatnya. Valentino tentu tak benar-benar serius dengan ucapannya dan dia malah merasa ikut senang atas pernikahan yang akan segera berlangsung.Dia memang tak pernah menyangka jika pada Misky justru akan berjodoh dengan Almyra. Dia bahkan tak pernah memikirkan sediki
Detektif Ferisha kira saat Valentino mengatakan mereka akan menikah besok hari itu hanyalah sebuah gurauan saja. Dia hanya berpikir jika valerino hanya ingin mengajaknya bercanda tapi ternyata perkiraannya salah total. Pria itu ternyata benar-benar membuatnya syok karena pagi ini dia benar-benar telah dijemput oleh anak buah Valentino untuk dibawa ke hotel tempat mereka akan menikah.Orang tuanya bahkan sudah tiba di hotel itu terlebih dulu dibandingkan dengan dirinya. Detektif Ferisha bertanya-tanya bagaimana pria itu bisa meminta orang tuanya menyetujui pernikahan mereka. Padahal menurut dirinya, orang tuanya itu bukan orang tua yang membebaskan anaknya dan dengan mudah menerima orang lain apalagi seorang pria asing yang akan menikahi anaknya.Lalu bagaimana caranya Valentino bisa meyakinkan orang tuanya? Di dalam perjalanan menuju hotel itu, dia bertanya-tanya dalam hatinya seperti apa pernikahan mereka nanti. Pasalnya, Valentino tidak mengatakan apapun dan hanya me
Valentino tidak bisa mengambil libur agak lama karena dia memiliki tanggung jawab yang besar sebagai pemimpin di beberapa perusahaan. Meskipun dia berhak saja mengambil libur berapa pun yang dia mau tapi tetap saja dia tidak ingin memanfaatkan hal itu. Dia berpikir jika dia harus segera menyatukan semua perusahaan miliknya agar dia mudah mengelolanya.Pagi ini waktunya pria itu akan kembali ke AL Group. Dia cukup bahagia setelah akhirnya istrinya telah resmi resign dari pekerjaannya sebagai detektif. Walaupun Ferisha pada dasarnya telah mengikuti semua keinginannya, tapi terkadang pria itu justru merasa agak bersalah seolah-olah dirinya telah mengekang Ferisha untuk berkarir.Dia bukannya tidak menghormati pekerjaan Ferisha sebelumnya tapi dia sendiri sudah paham bagaimana berbahayanya pekerjaan wanita itu. Tentu saja dia tidak ingin istrinya itu berada dalam mara bahaya. Dia sudah mengatakan pada Ferisha jika wanita itu ingin bekerja dia ingin dia bekerja di salah sat
Ferisha panggilannya dan kemudian dia menoleh kepada sang suami yang sedang menunggu penjelasannya. Tampak tercetak jelas di wajah Valentino Araya, jika dia sedang kebingungan."Aku pikir aku tahu apa yang sedang kau bicarakan tadi di telepon," ujar Aryan.Ferisha menghela napasnya dan kemudian dia menggigit bibirnya sebentar sebelum akhirnya berkata, "Bara dan Stefan sudah bebas dari penjara beberapa waktu yang lalu dengan menyuap para petugas."Valentino tercengang tapi lalu kemudian dia tertawa miris.Ferisha sangat paham apa yang dirasakan oleh Valentino karena dia pasti sangat kesal sekali terhadap dua pria yang dengan mudah bisa keluar padahal kesalahan mereka cukup besar dan ini membuatnya berang."Berapa biaya yang telah mereka keluarkan untuk membebaskan diri mereka itu?" tanya Valentino dengan suara bergetar yang berarti dirinya sedang menahan amarahnya.Ferisha menggaruk bagian telinganya yang tidak gatal seakan sulit untuk mengat
"Ini memang mereka. Sialan, kata mereka bersembunyi di kota itu. Pantas saja mereka bisa lebih leluasa di sana. Daerah pinggiran kota itu tak seperti di kota ini yang lebih diawasi ketat," ujar Aryan lalu mengembalikan ponsel Misky.Valentino terlihat sedang memikirkan sesuatu setelah melihat video dan juga photo yang telah ditunjukkan oleh Misky itu.Misky lalu berujar, "Mereka sudah bebas, Aryan. Mereka tidak mungkin dia pasti lagi apa lagi mereka telah membayar uang yang begitu banyak untuk menyogok anggota kepolisian, sudah pasti mereka bisa melenggang bebas.""Ah iya, kau benar. Mereka pasti tinggal di sana karena tak ingin kita menemukan mereka dan karena mereka telah mencoba bermain-main dengan kita makanya mereka menghindari kita," timpal Aryan.Valentino mengangguk menyetujui ucapan kedua temannya."Sekarang apa yang harus kita lakukan? Kita tidak mungkin mengikuti permainan mereka sekarang setelah kita mengetahui tempat mereka bersembunyi
Valentino seakan tak mempercayai apa yang sedang dilihatnya sekarang. Dia masih berada di dalam mobilnya dan belum sampai memasuki gedung utama AL Group. Matanya tak berhenti memandang ke arah depan gedung kantor itu yang sedang dipenuhi oleh banyaknya karyawan yang sedang berteriak-teriak dengan sangat keras hingga hampir membuat telinganya menjadi tuli. Yang semakin membuat pria itu terkejut adalah suara teriakan mereka yang meminta dirinya untuk turun dari jabatannya. Dia tidak bisa mendapatkan jawaban dari alasan apa yang telah membuat karyawan itu hingga menginginkan dirinya lengser. Valentino mulai menahan rasa kesalnya dan mengontrol emosinya yang mulai merasuki pikirannya. Tiba-tiba saja pikirannya mulai terarah pada dua sosok sahabat David yang masih melenggang bebas di luar sana. "Ah, tentu saja ini pasti ulah mereka. Sialan sekali dua orang itu. Mereka rupanya memang benar-benar ingin membuatku terjatuh. Aku tak mengira jika ternyata mereka cukup p
Dear, Readers. Terima kasih sudah setia membaca kisah Valentino Araya selama ini. Valentino Araya menjadi salah satu tokoh favorit saya (yah gimana nggak jadi favorit kalau saya sendiri yang menciptakannya) hehe. Ide novel ini tercipta begitu saja dan tidak menyangka jika ternyata banyak yang merelakan waktu dan juga koinnya untuk membaca kisah ini. Sungguh saya tidak pernah menduganya. Mohon maaf jika masih banyak sekali typo.Tapi jangan khawatir, akan segera direvisi agar nyaman dibaca. Season 1 dari Sang Miliarder yang Tersembunyi telah selesai ya readers. Saya akan kembali untuk season 2 ya readers, tapi kemungkinan tidak akan secepat season1 updatenya. Terima kasih,
Beberapa orang terlihat berdiri karena terlalu terkejut sedangkan beberapa lainnya masih duduk dengan ekspresi yang mulai terlihat sangat takut. Mereka saling melihat kearah orang-orang di sekitar mereka karena takut jika mereka duduk disekitar orang yang menjadi pembunuh Misky itu.Ferisha masih terlihat sangat tenang sekali tanpa apa rasa takut sedikitpun. Dia juga telah memerintahkan mantan anak buahnya dan juga bersama-sama dengan polisi untuk menangkap pembunuh itu di gedung itu."Tak perlu khawatir. Pembunuh itu sudah diawasi dengan ketat oleh banyak polisi yang ada di sini jadi Anda tidak perlu mencurigai orang-orang di sekitar Anda," lanjut Valentino.Aryan menatap sahabatnya itu dengan bingung tapi dia tidak mengucapkan apapun.Valentino mengangguk pada Ruslan. Ruslan langsung mengangguk pada ada polisi yang juga berdiri di sampingnya.Petugas polisi itu kemudian mendekat ke arah Aryan."Pak Aryan, Anda ditangkap atas pembunuhan ter
Valentino telah yakin atas apa yang dia lakukan. Ferisha memang tidak memberitahu dirinya mengenai kecurigaan istrinya itu pada salah satu orang yang dianggap benar-benar melakukan pembunuhan itu.Akan tetapi dia ingin mengalihkan pikirannya dulu dan berujar, "Aryan, bersiap-siaplah karena aku akan segera melantik dirimu menjadi direktur pemasaran."Aryan mengangguk kemudian dia keluar dari ruang kerja Valentino. Pria itu tersenyum dan berjalan kembali menuju ruangannya.Setelah pria itu keluar dari ruang kerjanya, Valentino menghubungi istrinya dan mengatakan akan pulang dengan cepat.Ferisha telah menyiapkan makanan untuk sang suami. Saat Valentino di apartemen mereka, dia itu langsung menghambur ke pelukan istrinya."Hei, apakah kau terlalu merindukan aku sampai kau memelukku seperti ini?" tanya Ferisha sambil mengusap punggung suaminya itu.Ferisha melepaskan pelukannya dan menatap suaminya yang terlihat cukup sedih itu."Apa yang
Malam itu Ferisha menemani suaminya hingga suaminya itu bisa tertidur pulas di tempat tidur mereka. Ferisha tidak langsung tidur cantik langsung saya menghubungi anak buahnya untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai kasus pembunuhan terhadap Misky. Wanita itu sedang hamil besar dan kehamilannya telah mencapai usia tujuh bulan. Usia kehamilan yang sudah memasuki usia tua karena sebentar lagi dirinya akan segera melahirkan. Akan tetapi, semangatnya untuk mengungkap kasus itu tidaklah sirna karena dia telah mencurigai seseorang yang mungkin saja menjadi pelaku utama dalam kasus pembunuhan itu. Dia sangat yakin dugaannya itu benar karena banyak hal yang mencurigakan tentang orang itu. Ferisha hanya tidak ingin menyesal di kemudian hari karena tak bisa mengungkap kasus pembunuhan itu. Dia tidak bisa menolong sahabatnya, Almyra saat itu. Dan bahkan dia juga tidak bisa menyelamatkan Misky, suami Almyra. Jadi satu-satunya cara untuk menebus rasa bersalahnya terhadap
Meskipun perkataan Bara dan argumen Valentino dan juga Aryan cukup terdengar meyakinkan, Misky belum bisa mempercayai sepenuhnya dan kemudian dia kembali mencari Stefan Aditama di sekitar daerah tempat dia menemukan Bara. Dia kembali menelusuri apartemen mewah di sekitar tempat itu tapi sayangnya dia tidak menemukan apa-apa.Misky mulai frustrasi ketika hingga hampir satu minggu lamanya setelah kematian Bara, Misky belum juga menemukan setitik terangkan mengenai keberadaan Stefan. Pria itu pintar sekali menyembunyikan dirinya hingga bahkan ketika Valentino mengarahkan semua anak buahnya untuk mencari Stefan, tetap tak ada hasilnya.Misky merasa tidak bisa membalas dendamnya pada pria itu dan langsung saja dia pergi ke makam istrinya.Saat itu sudah sore dan Masih banyak orang yang sedang mengunjungi pemakaman tersebut.Misky terduduk di makam istrinya itu dan dia malah kembali teringat semua kejadian yang telah dia alami. Dia merasa menjadi pria paling sial
Warning! Terdapat adegan kekerasan yang mungkin tidak membuat nyaman, jadi bijaklah dalam membaca. Bara masih belum juga menyerah padahal dia sudah hampir kehabisan napasnya karena terus-menerus berlari tanpa henti. Pada akhirnya Misky tetap saja berhasil mobilnya di depan pemuda itu dan kemudian turun dari mobilnya dengan wajah yang masih tenang. "Kau mau lari ke mana lagi?" Misky bertanya sambil minum susu kotak dengan santainya tanpa menoleh pada Bara yang sudha pucat pasi. "Kenapa kau mengejarku?" tanya Bara mencoba untuk mencari peruntungannya berharap jika mereka tidak mengetahui jika dirinya yang telah membunuh Almyra. Misky tersedak saat minum susu itu dan kemudian melempar kotak susu yang hampir habis itu ke tempat sampah. Saat dia berhasil memasukkan susu kotak itu dia pun berseru, "Wow. Aku hebat, bukan?" Bara menggelengkan kepalanya seakan pria yang sedang ada di depannya itu sudah gila karena bisa-bisanya ma
Misky dengan mudah bisa mendapatkan informasi mengenai Bara Ali yang telah membeli apartemen mewah itu dengan namanya sendiri.Misky sungguh berpikir itu adalah suatu kebodohan terbesar yang pernah dilakukan oleh Bara. Dia benar-benar bingung kenapa kecerobohan yang fatal seperti ini malah dilakukan oleh Bara.Entah karena Bara yang terlalu bodoh tahu mungkin memang dia yang terlalu meremehkan Misky hingga tak mengira mereka bisa menemukan dia.Misky lebih mempercayai kedua alasan itu sekaligus.Ruslan yang menemani pria itu juga merasa sangat bersemangat karena sebentar lagi mereka akan segera menemui Bara, pria yang telah dengan sengaja membunuh Almyra dengan tangannya sendiri."Jangan gegabah!" ucap Ruslan yang mencoba untuk memperingatkan Misky pria itu tetap lebih berhati-hati karena mereka belum tahu apakah Bara memiliki anak buah yang melindunginya atau hanya sendirian saja."Iya, aku tahu. Aku juga tak ingin mati konyol sebelum membala
Bara telah menemukan tempat tinggalnya yang baru dan kemudian segera minta anak buahnya untuk menyiapkan tempat itu.Pria itu takkan pernah memaafkan temannya itu karena lebih membela orang yang tidak dikenalnya dibandingkan dengan dirinya sendiri. Almyra bukankah teman dekat mereka dan mereka hanya mengenal dari situ sebagai kekasih David tanpa pernah terlalu sering terlibat dengannya.Namun Stefan malah membelanya mati-matian hingga membuat hubungan mereka semakin memburuk. Bara masih tidak habis pikir bagaimana bisa dia menyalahkan dirinya tentang penembakan itu padahal Stefan juga menginginkan mereka semua mendapatkan balasan atas perbuatan mereka terhadap David dam kepada mereka sendiri. Tapi anehnya pria itu malah mengecam perbuatannya pada Almyra.Bara tidak bisa menerima semua itu dan dia bahkan tidak menjawab panggilan dari Stefan yang sudah berkali-kali menghubungi dirinya. Pria berambut cepak itu benar-benar telah mengabaikan Bara sepenuhnya dan tak i
Misky mendekatkan dirinya ke arah istrinya itu dan kemudian dia mendengar istrinya berkata, "Bunuh mereka."Misky membeku di tempatnya. Dia kembali menatap istrinya yang menangis dan mulai terlihat semakin lemah tapi dia tetap memaksakan dirinya untuk tetap berusaha mengeluarkan suaranya.Misky mendengar Almyra kembali berkata, "Bunuh mereka. Bunuh mereka untukku, Misky."Wanita itu pun memandang sang suami secara lekat lekat dan kemudian menutup matanya secara perlahan. Almyra mengembuskan napas terakhirnya di dalam mobil ambulans itu.Misky yang melihat istrinya itu sudah udah tak bernyawa hanya bisa menangis frustrasi dan tak henti-hentinya mengecup tangan istrinya dengan rasa sedih yang luar biasa.Ketiga tak bisa berbuat apa-apa karena memang Almyra sudah benar-benar pergi. Peluru itu menembus jantungnya dan tak mungkin bisa dikeluarkan. Perdarahan pun yang terjadi cukup fatal hingga membuat wanita itu tak bisa bertahan. Meskipun mereka tiba t