"Pak Karyo, jangan banyak bicara lagi. Kita sudah terlambat. Menepilah, masukkan kereta ke dalamnya.""Baik, Tuan."Di tengah suara tawa dan beberapa tatapan bingung, Karyo menarik mobil uap ke depan Disa."Pak Karyo, akhirnya kamu datang."Melihat Karyo, wajah Disa pun penuh kegembiraan. Dia menarik kereta ke trailer di belakang mobil uap.Arjuna baru meminta Karyo untuk menambahkan benda ini.Aksi Disa dan Karyo kembali mengundang perbincangan banyak orang."Apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka mengendarai kereta ke sana?""Tadi aku mendengar si pandai besi mengatakan bahwa Arjuna yang memintanya untuk membuat benda besi itu. Dia juga mengatakan bahwa itu adalah mobil dan bisa bergerak kalau dibakar. Jangan-jangan dia ingin bertanding seperti itu?""Kesampingkan soal bertanding, tapi bisa menyala setelah dibakar?""Hahaha!" Tawa Hendra yang arogan dan keras terdengar."Kurasa mereka bukan ingin berkompetisi. Mereka membuat benda besi itu untuk membuat Tuan Hendra mati tertawa, kemu
"Pengusaha memang licik. Dia yang mengusulkan, sekarang dia ingin kabur!""Jangan biarkan dia lari!"Ketika Bani ditangkap oleh Magano dan rakyat dari Kabupaten Damai, rakyat Kabupaten Damai berteriak marah.Sugi membawa para pedagang dari Kabupaten Sentosa ke Kabupaten Damai untuk menindas dan mempermalukan Eshan. Orang-orang dari Kabupaten Damai telah lama menahan amarah.Sekarang mereka menemukan kesempatan untuk melampiaskan kemarahan mereka, orang-orang tidak akan membiarkan Bani pergi."Yang Mulia!"Panik, Bani pun meminta bantuan Sugi.Sugi menutup matanya, berpura-pura tidak mendengar.Masalah sudah terjadi, dia tidak mungkin membangkitkan kemarahan publik demi seorang Bani.Hanya bisa menyalahkan Bani sendiri memulai masalah."Cepat jilat!"Magano menarik Bani ke samping kaki Arjuna."Jilat! Kamu harus menjilat lumpur yang ada di sol sepatu Arjuna sampai bersih!""Jilat!""Cepat jilat!"Tak hanya warga Kabupaten Damai saja, warga dari kabupaten lain pun turut bersorak.Arjuna
Atas desakan Sugi.Wasit pertandingan yang berdiri di pojok pun berjalan ke tengah-tengah panggung penonton."Pertandingan hari ini adalah antara Arjuna dari Kabupaten Damai dan Hendra dari Kabupaten Sentosa. Kedua belah pihak telah tiba. Silakan maju!"Saat Arjuna mengangkat kakinya, Daisha yang berdiri di sampingnya tiba-tiba menarik lengannya."Tuan!"Kekhawatiran dan ketakutan meluap dari mata Daisha yang lembut dan penuh kasih. Dia tidak ingin Arjuna berpartisipasi dalam kompetisi karena dia takut kehilangan Arjuna.Disa pun mendekat lalu berkata, "Tuan, ini terlalu berbahaya. Biar aku yang maju saja.""Apa yang kamu bicarakan? Memangnya tidak berbahaya kalau kamu maju?" Arjuna berpura-pura marah."Berbahaya, tapi aku ....""Sudahlah!" Arjuna benar-benar marah. Jika Disa lanjut berbicara, dia pasti akan mengatakan bahwa dia hanya seorang wanita.Seperti yang Arjuna katakan, dia tidak peduli dengan apa yang dipikirkan orang-orang zaman ini. Di dalam hatinya, istrinya sama berhargan
"Sstt ...."Di bawah operasi Arjuna, mobil uap yang membawa kereta kuda mulai bergerak.Akan tetapi ....Kereta uap itu memang sangat lambat pada awalnya. Kereta Hendra sudah melaju lebih dari sepuluh meter, sedangkan kereta uap yang dikendarai Arjuna baru melaju kurang dari lima meter."Kupikir sehebat apa, ternyata seperti kura-kura.""Aku sudah tahu akan begini, sama sekali tidak asyik. Anggap saja sebagai lelucon.""Orang yang tadi bilang masih terlalu dini, apakah kamu merasa tertampar?"Orang-orang yang membela Arjuna sebelumnya menundukkan kepala, menutupi wajah mereka.Eshan yang ada di kursi penonton dan pejabat Kabupaten Damai yang ada di belakangnya tidak dapat menyembunyikan kekecewaan di wajah mereka.Sugi tersenyum lalu menangkupkan tangan kepada Eshan. "Kak Eshan, Arjuna benar-benar seorang 'genius'. Setelah pertandingan berakhir, kamu benar-benar harus minum-minum untuk merayakannya."Setelah pertandingan ini, Arjuna akan mati, jadi Sugi memang perlu merayakannya.Hendr
"Jangan!""Tuan!"Ketiga Alsava bersaudari bergegas keluar pada saat yang sama.Para wanita yang tidak tahan melihat adegan sadis pun menutup mata mereka."Tahan mereka!" Mois buru-buru memerintahkan orang untuk menghentikan Alsava bersaudari.Ini adalah permintaan Arjuna sebelum naik ke panggung. Apa pun yang terjadi selama pertandingan, mereka harus melindungi istri-istrinya.Jika mereka bergegas ke lapangan, mereka bukan saja tidak dapat membantu, mereka juga bisa terbunuh.Aish!Eshan memejamkan matanya dengan sedih.Sudahlah.Dengan kecepatan secepat itu, jika kaki kuda mengenai Arjuna, Arjuna tidak akan punya kesempatan untuk bertahan hidup.Sugi, yang menghadap Eshan dari kejauhan, membuka mata dengan lebar. Kegembiraannya sama sekali tidak bisa disembunyikan.Dia akan mati. Akhirnya anak itu akan mati!"Wow!""Keren!""Hebat!"Tiba-tiba teriakan orang-orang terdengar silih berganti.Alsava bersaudari dan Eshan tidak berani membuka mata mereka.Apakah kematian Arjuna terlalu tra
Ada belokan ke kiri di depan, kereta Hendra ada di sebelah kiri. Arjuna tidak bisa berbelok ke kiri untuk menghindari Hendra, dia juga tidak bisa berbelok ke kanan, karena ....Ada tebing di sebelah kanan."Hendra, ini pelanggaran!""Ya, itu pelanggaran. Dia kalah!""Wasit, Hendra sudah kalah!""Kabupaten Damai menang. Kedua belah pihak segera berhenti!" teriak wasit dengan keras.Akan tetapi, Hendra yang bertekad membunuh Arjuna sama sekali tidak mendengarkan."Akan kulihat ke mana dia akan bersembunyi kali ini!""Dia akan mati!"Orang-orang dari Kabupaten Sentosa yang menonton tidak peduli apakah itu pelanggaran atau tidak. Mereka hanya ingin Arjuna mati, wajah mereka dipenuhi dengan kegembiraan yang kental.Ekspresi Sugi, yang berdiri di panggung penonton, bahkan lebih ganas daripada penonton yang berdiri di bawah.Dia sangat ingin Hendra membunuh Arjuna dan tidak mau menunggu sedetik pun."Tuan pasti bisa selamat seperti dua kali sebelumnya! Pasti, pasti!"Disa terus menghibur adik
"Tuan, hati-hati!""Arjuna, hati-hati!""Bam!"Suara anak panah yang mengenai suatu benda dan suara Alsava bersaudari terdengar bersamaan.Mata orang-orang fokus pada mobil uap Arjuna.Di kereta uap ....Tidak ada sosok Arjuna."Di mana Arjuna?""Jangan-jangan dia tertembak anak panah, kemudian jatuh dari tebing."Meskipun Arjuna memutarbalikkan mobil uapnya melalui drifting yang ekstrem, dia tidak jauh dari tebing."Itu sangat mungkin. Kecepatan anak panah itu tidak terasa seperti ditembakkan dari busur biasa, lebih seperti busur silang.""Itu memang busur silang."Beberapa petugas penangkap berdiskusi."Busur silang?""Kalau terkena anak panah yang ditembakkan dari busur silang, wajar kalau Arjuna terjatuh dari tebing.""Tuan!"Seperti anak panah yang melesat dari busurnya, Disa menerjang menuju tebing."Tuan!"Daisha dan Dinda mengikuti, mereka berlari menuju tebing."Cepat pergi!" Sugi memberi isyarat kepada para pengawal di sekitarnya."Arjuna!" Eshan dan sekelompok pejabat Kabupa
"Buk!"Hendra yang sedang bersandar di kursi ditabrak oleh kudanya, kemudian melayang ke arah Arjuna.Ketika Arjuna dan Hendra berjarak beberapa sentimeter."Siu!"Anak panah keenam menusuk pelipis Hendra.Sebelum Hendra sempat berteriak, dia sudah meninggal.Eshan menunjuk ke tempat asal anak panah ditembakkan, kemudian memerintahkan Daud. "Lereng bukit di seberang sana! Cepat bawa orang pergi mencari!""Tuan!""Hendra!"Keluarga Arjuna dan keluarga Hendra bergegas mendekat secara terpisah. Mereka mengelilingi kedua pria itu dengan heboh.Satu keluarga senang, satu keluarga sedih.Alsava bersaudari dan keluarga Arkana memeluk Arjuna sembari menangis bahagia.Keluarga Hendra memeluk jenazah Hendra sambil menangis sekeras-kerasnya.Penonton yang menyaksikan pertandingan itu tercengang. Mereka datang untuk menonton pertandingan untuk melihat bagaimana Hendra menang dan menabrak Arjuna sampai mati.Tak disangka, Hendra kalah. Tidak hanya kalah, dia juga melakukan pelanggaran.Dalam perlom
"Kamu pikir kamu berbakat, huh!" Sugi mendengus dingin. "Aku telah menjadi pejabat selama bertahun-tahun dan melihat banyak orang berbakat, tapi aku belum pernah melihat orang yang membual sepertimu.""Oh?" Arjuna terkekeh. "Yang Mulia, tidak percaya kepadaku. Bagaimana kalau Anda uji saja?""Seseorang, bawa pembuat onar ini pergi dari sini!" Sugi sama sekali tidak mendengarkan Arjuna. Dia langsung memanggil bawahannya."Yang Mulia, jangan terburu-buru."Dalam kepanikan, Arjuna berhasil menghindari beberapa petugas pemerintah yang datang membawanya turun dari tempat penonton.Melihat semua ini, Tomo yang diam sepanjang waktu pun menyipitkan matanya.Tomo telah lama berlatih bela diri dan memiliki keterampilan yang cukup bagus. Dia bisa tahu bahwa meskipun gerakan Arjuna tampak hanya keberuntungan dalam menghindari petugas, sebenarnya ada metode di baliknya.Dilihat sekilas Arjuna adalah seorang pria dengan keterampilan yang luar biasa. Tidak mengherankan bahwa orang seperti itu dapat m
"Sugi!" Eshan sangat marah hingga dia memanggil nama Sugi secara langsung. "Kamu memutarbalikkan fakta! Pembunuh bayaran itu ingin menembak dan membunuh Arjuna. Jelas-jelas kalian yang mengatur pembunuh bayaran itu!""Haha!" Sugi tertawa. "Aku mengatur pembunuh bayaran di Kabupaten Damai? Apakah kamu sedang mengatakan bahwa aku hebat atau sedang mengatakan bahwa pengawasan Kabupaten Damai terlalu buruk sehingga begitu mudah bagiku untuk mengatur para pembunuh?""Hanya karena kamu bilang kamu tidak melakukannya, bukan berarti Hendra tidak melakukannya. Kamu dan aku sama-sama tahu bahwa Hendra sangat kaya. Jangankan ahli bela diri, bahkan bandit pun dia bisa ...."Begitu Eshan menyebut-nyebut tentang bandit, Sugi menyela, "Ha, Yang Mulia Eshan, omonganmu menarik. Kalau pembunuh bayaran benar-benar diatur oleh Hendra, bukankah itu berarti semua polisi dan petugas di Kabupaten Damai kalah dengan seorang pengusaha sehingga membiarkan seorang pengusaha dengan mudah membawa pembunuh ke tempat
Seseorang dari Kabupaten Sentosa membantah, orang dari Kabupaten Damai langsung melawan."Intinya, kepala daerah Kabupaten Sentosa yang penakut.""Selain bau kencing, aku juga mencium bau tinja.""Maksudmu ... kepala daerah Kabupaten Sentosa bukan hanya mengompol, tapi juga buang air besar di celana?""Sebenarnya aku juga menciumnya!""Ketakutan sampai kencing dan berak? Mulai sekarang, panggil saja dia Kepala Daerah Kotoran dan Kencing." Seorang warga pemberani berkata demikian, kata-katanya menimbulkan tawa."Kepala Daerah Kotoran dan Kencing, nama yang bagus! Haha!""Haha!"Menghadapi ejekan-ejekan ini, tidak ada seorang pun dari Kabupaten Sentosa yang berani membantah.Karena Sugi memang ketakutan sampai kencing dan buang air besar."Aish ... kalau dibandingkan, Arjuna dari Kabupaten Damai jauh lebih hebat. Mengingat berapa banyak anak panah yang ditembakkan kepadanya tadi, dia tetap tenang. Kalau itu aku, aku pasti sudah tertembak hingga menjadi landak.""Lupakan soal anak panah.
"Lindungi Yang Mulia, lindungi Yang Mulia!" teriak penasihat hukum Sugi yang telah berbalik.Banyak penjaga dan petugas pemerintah yang dibawa Sugi ikut dalam tim yang bergegas menuju Arjuna.Mereka mundur dengan tergesa-gesa, menjatuhkan orang di sekitar mereka dalam kepanikan. Sedangkan orang yang jatuh menjatuhkan yang lain.Peristiwa itu seperti jatuhnya kartu domino, sebagian besar wilayah runtuh.Anak panah yang ditembakkan Arjuna masih melesat maju dengan cepat.Ketika sudah mau mengenai Sugi."Yang Mulia!"Bawahan Sugi berteriak putus asa.Gawat.Eshan terus menggelengkan kepalanya. Jika Arjuna menembak mati Sugi, itu sama saja seperti membunuh pejabat kekaisaran. Riwayat Arjuna akan tamat.Nyawa harus diganti nyawa.Hal itu tidak setimpal.Arjuna, apakah kamu tidak tahu bakatmu sendiri?'Nyawamu jauh lebih penting dari nyawa Sugi,' batin Eshan."Ah!"Teriakan keras terdengar dari samping Eshan.Setelah bertarung dengan Sugi selama hampir dua puluh tahun, Eshan tahu itu suara S
"Arjuna tidak bisa memenangkan kompetisi, jadi dia mengatur pembunuh untuk menembak Hendra dari Kabupaten Sentosa.""Arjuna harus membayar dengan nyawanya. Sebagai orang tua negara, Kepala Daerah Kabupaten Damai, Eshan, harus mengundurkan diri!"Saat kemarahan publik mencapai puncaknya, Sugi meneriakkan slogan terakhir."Nyawa ganti nyawa.""Eshan harus mengundurkan diri dari jabatannya."Penasihat hukum Sugi menimpali, dia mengangkat tangannya sambil berteriak kepada kerumunan yang marah."Nyawa ganti nyawa!""Eshan harus mengundurkan diri dari jabatannya!"Warga Kabupaten Sentosa meneriakkan slogan-slogan sembari mendesak maju ke arah Arjuna dan Eshan."Mereka benar-benar membalikkan hitam menjadi putih. Jelas-jelas mereka yang ingin membunuh Arjuna, tapi malah bilang kita yang mengatur orang-orang itu!""Kalau kalian ingin membunuh Arjuna, langkahi dulu mayatku!"Magano berteriak, kemudian bergegas keluar untuk menghalangi Arjuna."Langkahi juga mayatku!" timpal Ravin."Aku juga!""
"Dalam kompetisi ini, Hendra dari Kabupaten Sentosa melakukan pelanggaran, Arjuna dari Kabupaten Damai menang!"Setelah jasad Hendra dibawa pergi, Tomo yang mewakili gubernur pun mengumumkan dengan suara keras."Berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak, seluruh harta keluarga Tamael akan dikembalikan ke Kabupaten Sentosa, ditambah dua toko daging milik keluarga Bani di Kabupaten Damai."Begitu Tomo selesai berbicara, Sugi melangkah maju lalu berkata, "Pak Tomo, ada pembunuh di lokasi kompetisi. Kabupaten Damai tidak mengambil tindakan pencegahan yang tepat dan menyebabkan hilangnya nyawa. Pertandingan ini tak bisa dihitung.""Tak bisa dihitung!""Tak bisa dihitung!"Warga Kabupaten Sentosa melambaikan bendera sembari bersorak.Melihat kejadian ini, penasihat hukum Sugi segera mengangkat tangannya lalu berteriak, "Kabupaten Damai, kembalikan nyawa Tuan Hendra!""Kabupaten Damai, kembalikan nyawa Tuan Hendra!""Kabupaten Damai, kembalikan nyawa Tuan Hendra!"Sebagian besar penont
"Buk!"Hendra yang sedang bersandar di kursi ditabrak oleh kudanya, kemudian melayang ke arah Arjuna.Ketika Arjuna dan Hendra berjarak beberapa sentimeter."Siu!"Anak panah keenam menusuk pelipis Hendra.Sebelum Hendra sempat berteriak, dia sudah meninggal.Eshan menunjuk ke tempat asal anak panah ditembakkan, kemudian memerintahkan Daud. "Lereng bukit di seberang sana! Cepat bawa orang pergi mencari!""Tuan!""Hendra!"Keluarga Arjuna dan keluarga Hendra bergegas mendekat secara terpisah. Mereka mengelilingi kedua pria itu dengan heboh.Satu keluarga senang, satu keluarga sedih.Alsava bersaudari dan keluarga Arkana memeluk Arjuna sembari menangis bahagia.Keluarga Hendra memeluk jenazah Hendra sambil menangis sekeras-kerasnya.Penonton yang menyaksikan pertandingan itu tercengang. Mereka datang untuk menonton pertandingan untuk melihat bagaimana Hendra menang dan menabrak Arjuna sampai mati.Tak disangka, Hendra kalah. Tidak hanya kalah, dia juga melakukan pelanggaran.Dalam perlom
"Tuan, hati-hati!""Arjuna, hati-hati!""Bam!"Suara anak panah yang mengenai suatu benda dan suara Alsava bersaudari terdengar bersamaan.Mata orang-orang fokus pada mobil uap Arjuna.Di kereta uap ....Tidak ada sosok Arjuna."Di mana Arjuna?""Jangan-jangan dia tertembak anak panah, kemudian jatuh dari tebing."Meskipun Arjuna memutarbalikkan mobil uapnya melalui drifting yang ekstrem, dia tidak jauh dari tebing."Itu sangat mungkin. Kecepatan anak panah itu tidak terasa seperti ditembakkan dari busur biasa, lebih seperti busur silang.""Itu memang busur silang."Beberapa petugas penangkap berdiskusi."Busur silang?""Kalau terkena anak panah yang ditembakkan dari busur silang, wajar kalau Arjuna terjatuh dari tebing.""Tuan!"Seperti anak panah yang melesat dari busurnya, Disa menerjang menuju tebing."Tuan!"Daisha dan Dinda mengikuti, mereka berlari menuju tebing."Cepat pergi!" Sugi memberi isyarat kepada para pengawal di sekitarnya."Arjuna!" Eshan dan sekelompok pejabat Kabupa
Ada belokan ke kiri di depan, kereta Hendra ada di sebelah kiri. Arjuna tidak bisa berbelok ke kiri untuk menghindari Hendra, dia juga tidak bisa berbelok ke kanan, karena ....Ada tebing di sebelah kanan."Hendra, ini pelanggaran!""Ya, itu pelanggaran. Dia kalah!""Wasit, Hendra sudah kalah!""Kabupaten Damai menang. Kedua belah pihak segera berhenti!" teriak wasit dengan keras.Akan tetapi, Hendra yang bertekad membunuh Arjuna sama sekali tidak mendengarkan."Akan kulihat ke mana dia akan bersembunyi kali ini!""Dia akan mati!"Orang-orang dari Kabupaten Sentosa yang menonton tidak peduli apakah itu pelanggaran atau tidak. Mereka hanya ingin Arjuna mati, wajah mereka dipenuhi dengan kegembiraan yang kental.Ekspresi Sugi, yang berdiri di panggung penonton, bahkan lebih ganas daripada penonton yang berdiri di bawah.Dia sangat ingin Hendra membunuh Arjuna dan tidak mau menunggu sedetik pun."Tuan pasti bisa selamat seperti dua kali sebelumnya! Pasti, pasti!"Disa terus menghibur adik