Happy Reading
*****Selesai mandi, mereka semua keluar kamar. Demikian juga Adilla, dia bersiap di meja makan. Sebelum keluar, perempuan itu sempat menghubungi Billy. Menanyakan makan malam untuk mereka semua.
"Hai, Beib. Kamu udah siap di sini ternyata. Boleh dong buatin kami sesuatu yang manis terlebih dahulu, kopi atau teh, misalnya," kata Billy yang wajahnya sudah terlihat segar.
"Aku nggak usah, mau bikin sendiri aja. Perempuan sepertimu mana tahu seleraku." Angga berkata sinis dengan melirik Adilla. Melangkah pergi melewati perempuan secantik dirinya begitu saja.
Gila ni laki, nggak kegoda sedikit pun sama aku. Awas aja nanti. Adilla menggerutu dalam hati.
Happy Reading*****Selepas dari kamar mandi, Adilla keluar hendak mengambil minum. Kebiasaannya, jika tidur harus tersedia air putih karena sewaktu-waktu terbangun perempuan itu selalu merasa haus. Dia mengambil air dingin di kulkas, matanya mencari-cari air lemon yang dibuat Angga tadi.Nihil, air lemon itu lenyap tak berbekas. Adilla menyipitkan mata, lalu berkata sendiri, "Pantas, tiap kali dia minta ijin ke belakang. Ternyata minun air lemon buat netralkan efek hangover. Licik, sih, tapi biarlah."Ketika masuk kamar, Angga tengah berdiri di depan jendela. Dia menatap foto pada ponselnya, tak jelas siapa. Sama sekali tak terganggu walau Adilla batuk-batuk agar kedatangannya di ketahui.
Happy Reading*****Kabar kepergian Adilla ke Lombok dengan beberapa pria di dengar oleh Danang. Tanpa sengaja, lelaki itu mendengar salah satu dari perempuan yang datang ke vila tempatnya bekerja. Ketika itu, ada dua perempuan yang datang dan mereka membicarakan sang sahabat.Salah satunya berkata bahwa Adilla selalu bernasib mujur. Di suruh menemani lelaki kalangan atas, sedangkan mereka cuma mendapat kalangan biasa-biasa saja. Percakapan keduanya menimbulkan tanda tanya dan kecurigaan besar bagi Danang.Sempat menghubungi sahabatnya semalam, tetapi nomer Adilla tidak aktif. Di tempat kerja, lelaki itu mulai tidak nyaman. Pasalnya banyak kejadian yang membuat Danang bertanya, vila itu sesungguhnya tempat macam apa.
Liburan di Lombok terasa sangat menyenangkan bagi Adilla. Dia benar-benar berhenti melayani lelaki di ranjang bahkan permasalahan yang mengimpit keluarga di kampung sedikit terlupakan walau kabar buruk terus diperoleh. Angga sama sekali tak pernah menyentuhnya. Tidur sekamar bukan berarti mereka melakukan aktifitas panas.Angga selalu tidur di sofa dan menatap layar laptop. Tak jelas apa yang dilakukan di sana. Terkadang mereka berdua juga berbincang tentang banyak hal. Kini, lelaki itu tahu apa penyebab Adilla terjun pada pekerjaan haram. Miris memang, di saat kebanyakan lelaki seperti dirinya menginginkan istri diam di rumah dan hanya mengurus keluarga. Mantan suami perempuan itu malah menjualnya pada lelaki lain dengan alasan berbakti.Lelaki macam apa itu? Ketika ekonomi membelit kehidupan rumah tangga sang istri yang har
Happy Reading*****Lelah menghubungi ponsel Eric, Adilla tertidur dalam keadaan menangis. Hari ini, dia sengaja mengosongkan jadwal selain suasana hati kian buruk, kesehatan tubuhnya pun melemah. Tak ada tempat berkeluh kesah bagi perempuan itu.Berminggu-minggu Adilla belum melihat Eric di rumah yang ditinggali kini. Satu per satu anak buah si lelaki juga kian berkurang, banyak yang keluar dari sana. Namun, Adilla masih tetap seperti biasa. Job-job selalu ada, meskipun bukan dari si Daddy. Genap sebulan dari menghilangnya Eric, dia mendapat chat dari seseorang tak dikenal yang mengatakan agar dirinya segera pindah dari rumah itu malam ini juga bersama yang lain jika ingin selamat.Hati-hati Adilla mencerna kata per kata yang di
Happy Reading*****Seberapa banyak air mata yang dikeluarkan Adilla saat ini tak akan bisa menyelesaikan masalah. Perempuan itu, hanya bisa pasrah jika tak bisa bekerja lagi. Malam ini adalah malam terpanjang baginya, dia harus berpikir ulang tentang masa depan dan kehidupan selanjutnya.Bolak-balik dia mengubah posisi tidur, matanya masih enggan terpejam. Adilla menyentuh ponsel, membuka bagian belakang dan mengeluarkan sim card. Perempuan dengan model rambut oval sebahu itu membuka tas dan mengeluarkan kartu baru.Ternyata saran Daddy beberapa waktu lalu baru kupahami sekarang. Adilla sempat bertanya-tanya mengapa mesti membeli kartu dengan nomor baru. Padahal n
Happy Reading*****Tanpa hambatan, Herman mengijinkan Adilla dan Danang pulang kampung. Lelaki itu juga memberikan sejumlah uang pada keduanya, anggaplah itu uang pesangon dari Eric. Teman seprofesi Adilla pun melakukan hal sama. Mereka memutuskan kembali ke kampung halaman masing-masing.Sebagai bentuk tanggung jawab, Herman memesankan bus kejurusan kota masing-masing. Khusus untuk Adilla dan Danang, dia memesankan taksi online karena rumah mereka cukup dekat dari pulau. Malam ini, setelah Isya mereka keluar dari rumah itu.Di perjalanan, Adilla banyak menceritakan kisah memilukan hidupnya semasa menikah dengan Rustam dulu. Dari mulai perselingkuhan, nafkah yang tak pernah dicukupi hingga lelaki itu tega menjual dirinya ke l
Happy Reading*****Minggu demi Minggu Adilla makin mantap dengan usaha barunya yang mulai berjalan, meskipun pengelolaan sepenuhnya di serahkan pada sang sahabat. Omongan negatif tetangga masih berseliweran. Namun, dia sudah tak ambil pusing. Terpenting penghasilannya kini halal dan lebih menenangkan.Hari ini rencana dia akan pergi dengan Danang ke desa sebelah. Namun, masalah timbul saat Dewi datang ke toko mereka. Wajah memerah dengan panggilan sedikit keras pada sahabat suaminya."Ada apa, Mbak? Kenapa teriak-teriak?" tanya Adilla."Kamu niat ngerebut suamiku apa gimana? Ke mana-mana minta anter sok kecantikan banget. Gatel banget, ya, nggak bisa bersetubuh sama pria seperti dul
Happy Reading*****Bau menyengat dari minyak kayu putih menusuk indera penciuman Adilla. Bola matanya mulai bergerak-gerak menyesuaikan cahaya. Ketika terbuka dengan sempurna, dia melihat Sumaiyah menangis bersama Nitami."Mbak udah sadar?" kata Rian yang diangguki oleh si sulung.Ibunya menyeka air mata. Susah payah orang tua itu menghentikan isakan. Menatap pada si sulung penuh kesedihan. Terbayang pengorbanan putrinya demi mencukupi kebutuhan keluarga setelah kepergian sang suami."Ndak perlu mikir omongan wong-wong kui. Kita keluargamu yang tahu piye pekerjaan sesungguhnya," kata Sumaiyah.