Happy Reading
*****Lelah menghubungi ponsel Eric, Adilla tertidur dalam keadaan menangis. Hari ini, dia sengaja mengosongkan jadwal selain suasana hati kian buruk, kesehatan tubuhnya pun melemah. Tak ada tempat berkeluh kesah bagi perempuan itu.
Berminggu-minggu Adilla belum melihat Eric di rumah yang ditinggali kini. Satu per satu anak buah si lelaki juga kian berkurang, banyak yang keluar dari sana. Namun, Adilla masih tetap seperti biasa. Job-job selalu ada, meskipun bukan dari si Daddy. Genap sebulan dari menghilangnya Eric, dia mendapat chat dari seseorang tak dikenal yang mengatakan agar dirinya segera pindah dari rumah itu malam ini juga bersama yang lain jika ingin selamat.
Hati-hati Adilla mencerna kata per kata yang di
Happy Reading*****Seberapa banyak air mata yang dikeluarkan Adilla saat ini tak akan bisa menyelesaikan masalah. Perempuan itu, hanya bisa pasrah jika tak bisa bekerja lagi. Malam ini adalah malam terpanjang baginya, dia harus berpikir ulang tentang masa depan dan kehidupan selanjutnya.Bolak-balik dia mengubah posisi tidur, matanya masih enggan terpejam. Adilla menyentuh ponsel, membuka bagian belakang dan mengeluarkan sim card. Perempuan dengan model rambut oval sebahu itu membuka tas dan mengeluarkan kartu baru.Ternyata saran Daddy beberapa waktu lalu baru kupahami sekarang. Adilla sempat bertanya-tanya mengapa mesti membeli kartu dengan nomor baru. Padahal n
Happy Reading*****Tanpa hambatan, Herman mengijinkan Adilla dan Danang pulang kampung. Lelaki itu juga memberikan sejumlah uang pada keduanya, anggaplah itu uang pesangon dari Eric. Teman seprofesi Adilla pun melakukan hal sama. Mereka memutuskan kembali ke kampung halaman masing-masing.Sebagai bentuk tanggung jawab, Herman memesankan bus kejurusan kota masing-masing. Khusus untuk Adilla dan Danang, dia memesankan taksi online karena rumah mereka cukup dekat dari pulau. Malam ini, setelah Isya mereka keluar dari rumah itu.Di perjalanan, Adilla banyak menceritakan kisah memilukan hidupnya semasa menikah dengan Rustam dulu. Dari mulai perselingkuhan, nafkah yang tak pernah dicukupi hingga lelaki itu tega menjual dirinya ke l
Happy Reading*****Minggu demi Minggu Adilla makin mantap dengan usaha barunya yang mulai berjalan, meskipun pengelolaan sepenuhnya di serahkan pada sang sahabat. Omongan negatif tetangga masih berseliweran. Namun, dia sudah tak ambil pusing. Terpenting penghasilannya kini halal dan lebih menenangkan.Hari ini rencana dia akan pergi dengan Danang ke desa sebelah. Namun, masalah timbul saat Dewi datang ke toko mereka. Wajah memerah dengan panggilan sedikit keras pada sahabat suaminya."Ada apa, Mbak? Kenapa teriak-teriak?" tanya Adilla."Kamu niat ngerebut suamiku apa gimana? Ke mana-mana minta anter sok kecantikan banget. Gatel banget, ya, nggak bisa bersetubuh sama pria seperti dul
Happy Reading*****Bau menyengat dari minyak kayu putih menusuk indera penciuman Adilla. Bola matanya mulai bergerak-gerak menyesuaikan cahaya. Ketika terbuka dengan sempurna, dia melihat Sumaiyah menangis bersama Nitami."Mbak udah sadar?" kata Rian yang diangguki oleh si sulung.Ibunya menyeka air mata. Susah payah orang tua itu menghentikan isakan. Menatap pada si sulung penuh kesedihan. Terbayang pengorbanan putrinya demi mencukupi kebutuhan keluarga setelah kepergian sang suami."Ndak perlu mikir omongan wong-wong kui. Kita keluargamu yang tahu piye pekerjaan sesungguhnya," kata Sumaiyah.
Happy Reading*****Waktu yang diberikan Herman, benar-benar dimanfaatkan oleh Adilla untuk mengurus segala keperluan perpindahan mereka. Dari surat pindah sekolah adik-adiknya hingga pelimpahan kuasa pada Danang atas usaha milik bersama. Adilla sepenuhnya menyerahkan pada sang sahabat, masalah modal yang sudah digelontorkan untuk membuka usaha. Perempuan itu sudah tak ambil pusing. Adilla yakin teman masa kecilnya tidak akan berbuat curang tentang pembagian laba yang didapat.Tentang istri Danang, Dewi. Dia sudah mengakui semua kesalahannya. Menceritakan apa yang menjadi kecurigaan sang suami saat itu kepada para tetangga. Saat suaminya mengatakan semua kebenaran dan kebaikan Adilla, hatinya luluh. Danang mengajak dirinya berpikir seandainya Dewi yang ada di posisi sahabatnya. Apa yang akan dilakukan. Oleh karena itu, perempuan dua anak yang sudah lama membina keluarga bersama, meminta maaf pada Adilla.Adilla pun dengan hati terbuka memaafkan kesalahan Dewi. Bukan musuh yang dicari
Happy Reading*****Melalui bimbingan Herman, Adilla tekun mempelajari segala hal yang berkaitan dengan usaha perhiasan. Terkadang, iseng dia membuat desain perhiasan untuk dipakai sendiri. Perempuan itu juga memposting hasil desainnya melalui apalikasi sosial media yang dimiliki oleh sang Adik dengan model dirinya sendiri.Hari ini, pembukaan bazar yang direncanakan Angga di mulai. Berbekal ilmu yang diberikan oleh Herman dan juga partner kerjanya, Adilla memberanikan diri terjun langsung ke tempat bazar. Parasnya yang memang terbilang cantik sangat mendukung jika dijadikan ambasador produknya sendiri.Penampilan perempuan itu makin terlihat elegan dengan busana dan perhiasan yang dikenakan. Gaun terusan berbentuk A line dengan potongan leher bentuk V, tetapi tak terlalu pendek dengan kalung yang dipakai sungguh sedap di pandang. Secara nyata, Angga mengaggumi segala yang melekat dalam diri perempuan itu."Ngeliatin apa, sih?" Adilla melirik sinis Angga yang sedari tadi terlihat aneh
Happy Reading*****Terkadang seseorang itu harus dipukul mundur oleh keadaan untuk bisa kembali pada Sang Pencipta. Adilla menangis di rumah Hendra setelah pulang dari tempat pesta yang memperok-porandakan harga diri. Lelaki yang sudah menganggapnya sebagai anak itu dengan sabar mendengarkan keluh kesahnya."Lalu, apa rencana masa depanmu?" tanya Herman saat tangis Adilla mulai mereda."Bawa aku pergi jauh yang nggak ada seorang pun mengenal," ucap Adilla sesenggukan."Oke. Bilang keluargamu. Aku akan bawa kamu ke tempat di mana nggak akan ada orang jahat atau lelaki yang akan mengenalmu. Apa kamu sanggup?"Adilla mengangguk setuju. Tanpa berpikir panjang lagi, dia langsung menghubungi keluarga dan menceritakan semua kejadian yang dialami. Meminta pengertian mereka agar memahami posisinya saat ini. Beruntung, Ibu dan adik-adiknya mengerti walau dia sendiri belum tahu ke mana Herman membawanya.Pagi buta, Herman mengajak Adilla ke tempat baru. Agak jauh dari rumah yang ditinggalinya,
Happy Reading*****Sekali lagi Ustazah Almira menajamkan pendengaran. "Njenengan beneran mau jadiin Erum mantu, Bu?""Insya Allah, Ust. Cucu saya itu jarang sekali tertawa atau dekat dengan orang yang baru dikenal, tapi saya lihat tadi Erum dekat dengannya. Safika itu sudah ditinggal ibunya sejak dia lahir dan anak saya belum mau berumah tangga lagi. Katanya sih nunggu perempuan yang cocok." Muawiyah tertawa.Almira terdiam, memajamkan mata sebentar. Ragu menyelimuti hatinya, apakah akan menceritakan masa lalu Adilla atau tetap bungkam dan membiarkan Muawiyah menikahkan dengan sang putra."Erum memang perempuan telaten dan penyayang selain parasnya yang cantik, tapi saya mau menyampaikan sesuatu berkaitan dengan masa lalunya. Sebenarnya saya mau menyembunyikan ini karena dia sudah berubah dan bertaubat." Lagi-lagi Almira mengembuskan napas panjang."Maksudnya kenapa, Ust?" Muawiyah menyipitkan mata. Di halaman masjid terlihat kedekatan antara cucunya dengan Adilla."Bukan maksud saya