‘Ddddhhhaaammrrr’
Namun dari tubuh Nata yang berada dalam bongkahan es itu tampak muncul titik api yang semakin membesar, lalu bongkahan es itu meledak dan hancur berkeping-keping. Kini sekujur tubuh Nata terlihat sudah diselimuti api yang membara, Ilya yang melihatnya tampak jengkel. Dia tidak menyangka Nata masih mampu menggunakan sihirnya dalam keadaan seperti itu.
Di sisi lain udara di sekitar medan perang juga terasa semakin panas, lantai es yang tadi menutupi tanah kini mulai mencair saking panasnya. Para penyihir yang melayang hendak mendekati Elis mendadak berhenti, mereka tertegun melihat titik-titik api biru muncul di sekitar tubuh Elis. Tak lama kemudian titik api biru itu menyatu membentuk seekor naga api biru yang membara.
Beberapa penyihir mencoba untuk menyerang Elis dengan tombak api dan tombak air, tapi tombak air yang melesat itu langsung menguap seketika karena panasnya naga api biru. Sedan
“Terima kasih,” ucap Elena yang masih berada di pangkuan Nata.“Ya, sebaiknya sekarang kamu kembali untuk beristirahat. Ingatlah bahwa nanti masih ada tugas berat yang harus diselesaikan. Kami mengandalkanmu,” ucap Nata seraya menurunkan Elena ke puncak gunung es.“Ya, aku akan berusaha,” jawab Elena yang langsung menggunakan sihirnya lagi dan lenyap dari puncak gunung es.“Aku tidak menyangka jika kalian memiliki penyihir hebat yang bisa menggunakan sihir khusus teleportasi,” ucap Ilya sambil menatap Nata yang akhirnya menapak tak jauh di depan Ilya.“Aku juga tidak menyangka jika di era ini ada penyihir tangguh yang bisa menggunakan sihir es,” balas Nata. Ilya tampak mengerutkan keningnya karena bingung dengan apa yang dimaksud oleh Nata.“Penyihir es Kerajaan Irish, aku memberikanmu pilihan. Bergabung dengan kam
“Itu, sihir tingkat tinggi milik nona Ilya,” gumam Saptabira sambil menatap gunung es yang menjulang tinggi di kejauhan. Dia tidak mengerti bagaimana bisa tiba-tiba saja Ilya sudah berada sejauh itu dari medan perang dalam waktu singkat.Tapi lamunan Saptabira kembali buyar saat Purna dengan cepat melayangkan pedangnya mengincar leher, Saptabira langsung menundukan kepalanya sembari balas menebaskan pedangnya mengincar kaki Purna. Tapi dengan lincah Purna langsung melompat mundur ke belakang dan berhasil menghindari serangan lawannya itu.“Kalian memang pengecut Abelia, menyamar menjadi rekan kami bahkan sampai menyewa banyak pengembara untuk menghadapi kami!” ejek Pura Saptabira. Tapi Purna hanya tersenyum saja mendengarnya.“Berapa kali aku harus mengulanginya Pura, kalianlah yang pengecut dengan membawa ribuan pasukan hanya untuk menghadapi ratusan orang saja. Asal kau tahu, semua ini ada
Di Istana Kerajaan Irish. Setra Kaladupa sedang mondar mandir dengan raut wajah gelisah. Kepala keluarga para bangsawan serta pejabat-pejabat tinggi Kerajaan Irish hanya duduk terdiam menyaksikan kegundahan Sang Raja. Sementara itu seorang kakek tua yang membawa tongkat tampak berdiri dan berjalan ke arah kaca istana, tatapannya dengan tajam menatap ke arah selatan.“Ada apa Karmin?” tanya Setra saat melihat sang penyihir kerajaan tertangguh bergerak dari kursinya.“Ilya sudah dikalahkan,” ucap Karmin sembari berjalan kembali ke kursinya.“Sudah dikalahkan?”“Bagaimana bisa?” terdengar beberapa bangsawan dan pejabat mulai berbisik-bisik. Raut wajah mereka terlihat begitu cemas, Setra sendiri terlihat semakin khawatir. Wajah Setra tampak semakin pucat, dia duduk kembali ke kursi tahtanya lalu menghantamkan lengannya ke pegangan kursi.
Elis langsung membawa Elena pergi ke tempat yang aman sesuai dengan perintah Nata. Sementara itu Nata sendiri langsung melayang di udara dan menatap keadaan Ibukota Kerajaan Irish yang sudah sepi. Dia terlihat tersenyum senang karena tampaknya Lia, Rena dan Sebastian sudah melakukan tugasnya dengan baik.Langit sudah semakin gelap pertanda malam akan segera tiba. Matahari yang bersinar di barat tampak kelabu karena awan mendung menghalangi sinarnya. Di beberapa titik kota terlihat ada api dan asap hitam yang membumbung tinggi pertanda bekas pertarungan, tapi tidak ada satupun warga ibukota yang terlihat di sana pertanda mereka sudah mengungsi ke kota lain.Rencana Setra Kaladupa untuk menakut nakuti warga agar tidak mengungsi juga gagal karena Lia yang dibantu yang lainnya berhasil menggagalkan rencana Setra. Di kejauhan terdengar suara teriakan pasukan Abelia yang sudah semakin dekat dengan Istana. Tak lama kemudian dentingan senjata beradu
Karmin kembali melesatkan tekanan airnya ke arah Nata, tapi lagi-lagi dengan sigap Nata berhasil menghindari serangannya. Suara dentuman hebat kembali terdengar saat tekanan air yang dilepaskan Karmin malah menghantam bangunan di belakang Nata sampai hancur berkeping-keping. Nata sendiri tidak terlalu peduli dengan kehancuran yang pasti akan terjadi di Ibukota, sebab semua penduduk Ibukota sudah mengungsi ke kota lain berkat usaha Lia, Rena dan Sebastian.Tiba-tiba saja udara panas bisa dirasakan oleh Nata dan Karmin, tampaknya itu berasal dari dekat benteng istana. Seekor naga api biru tampak muncul dan menghantam benteng istana sampai hancur lebur, Nata hanya tersenyum karena kelihatannya Elis sudah datang kembali untuk membantu pasukan Abelia.Setelah benteng istana hancur, pasukan yang dipimpin oleh Purna dan Arya Surawisesa akhirnya langsung masuk dan menyerang para prajurit yang menjaga istana. Nata sendiri langsung menggunakan sihir n
“Tidak salah jika dia disebut sebagai penyihir terkuat Kerajaan Irish,” gumam Nata yang langsung merentangkan kedua tangannya ke samping.“Tapi, jika dia mengaku tahu berbagai hal tentang Pentagram. Seharusnya dia juga tahu bahwa aku tidak akan kalah oleh serangan seperti itu,” ujar Nata seraya menghela nafas dalam.Saat itu juga awan kelabu yang berada di langit tepat di atas Nata terlihat bergerak memutar. Karmin yang sedang menyiapkan sihirnya ikut melihat pergerakan awan di langit, dia menyipitkan matanya seakan ingin memastikan apa yang terjadi. Lama kelamaan awan yang berputar di langit berputar semakin kencang hingga seakan menyedot awan-awan lainnya yang ada di sekitar pusaran.“Apa itu? jika dilihat dari perubahan lingkungan di Ibukota, itu jelas-jelas bukan sihir angin tingkat tinggi. Lagipula saat ini seharusnya dia masih belum bisa menggunakan sihir tingkat tinggi. Tapi kenapa aw
Tapi itu juga kelihatannya masih belum cukup untuk mengalahkan Karmin, dia kembali mengarahkan tongkatnya kepada Nata. Di sekitar tubuhnya langsung tercipta titik air yang membentuk belasan tombak air, sekejap mata tombak-tombak air itu langsung melesat menuju Nata.‘Ddhhaamm’‘Bbhhoomm’Terdengar ledakan-ledakan kecil saat puluhan tombak air milik Karmin tiba-tiba hancur di udara sebelum sampai mendekati tubuh targetnya. Nata sendiri langsung membalas dengan menciptakan puluhan tombak api yang melesat menuju ke arah Karmin, tapi dengan sigap Karmin langsung menggunakan sihir tombak air miliknya lagi untuk meredam tombak api yang dilesatkan Nata.Ledakan-ledakan kecil terjadi kembali, tapi kali ini kabut putih langsung menyelimuti udara karena diakibatkan benturan tombak air dan api yang terjadi. Nata langsung tersenyum dan langsung mengarakan telapak tangannya ke belakang, saat itu juga tu
Nata akhirnya menapak di tanah sambil menatap mayat Karmin yang tergeletak di tanah. Samar-samar suara teriakan para prajurit yang sedang berperang masih terdengar jelas diselingi dentingan senjata yang beradu serta ledakan-ledakan kecil. Nata mencoba mengendalikan amarahnya dengan menghela nafas perlahan, sejak awal dia seharusnya sudah menduga bahwa Karmin tidak mungkin membocorkan informasi sepenting itu.Luka di punggung kirinya perlahan mulai pulih kembali setelah Nata menggunakan sihir healing miliknya. Meski begitu bajunya yang bersimbah darah tetap seperti itu, perlahan Nata melangkahkan kakinya menuju ke arah istana kerajaan. Sudah tidak banyak tenaganya yang tersisa kini setelah menggunakan sihir dari elemen angin yang paling kuat, andaikan saja pertarungannya dengan Karmin berjalan lebih lama mungkin saja dia akan lebih kesusahan untuk mengalahkannya.Nata mulai berjalan mendekati benteng istana yang sudah hancur, peperangan tampa