Bai Lihai memasuki goa lebih dalam. Semakin jauh ia melangkah, kepadatan Qi semakin besar. Sebuah tempat yang memiliki kepadatan Qi yang besar adalah sebuah harta bagi seorang Kultivator. Qi yang padat bisa mempermudah dalam meningkatkan praktik Kultivasi. Namun, si pemuda juga paham, tujuan utamanya bukanlah itu. Sementar itu, Xiao Qiumei juga memasuki goa. Ia juga merasakan hal yang sama dengan Bai Lihai. Rasa kesalnya langsung hilang, berganti dengan sebuah keriangan. Hanya saja, keriangan itu hanya sesaat setelah si gadis teringat bahwa ada Racun Anggrek Iblis yang bersemayam di tubuhnya. "Aku lupa kalau Kultivasi-ku terhalang!" gumam si gadis. Seketika, Xiao Qiumei berlari ke arah Bai Lihai dan menarik pemuda itu. "Lebih baik kita cari dulu Anggrek Dewa, lalu kembali lagi ke sini!"Xiao Qiumei ingin segera menemukan penawar untuk racun di tubuhnya. Dengan kondisinya yang seperti ini, kepadatan Qi yang besar ini sama sekali tidak berarti. Praktik Kultivasi-nya terhalang oleh Rac
Benda ini disebut dengan Pisau Pemotong Permata. Seperti namanya, Item Sihir ini memiliki kamampuan untuk memotong berbagai jenis batu permata, seperti giok, bahkan berlian sekalipun. Permasalahan bagi Bai Lihai saat ini adalah bukan bagaimana cara menggunakan Pisau Pemotong Permata. Namun, bagaimana cara membentuk giok-giok ini. Untuk membuat sebuah Totem, terlebih dahulu dilakukan membentuk batu giok menjadi seperti sebutir telur. Mengingat si pemuda tidak memiliki bakat dalam hal memahat, hal itu tentu sesuatu yang sulit baginya. "Sepertinya, aku perlu mempelajari banyak hal untuk membuat Totem ini!" Bai Lihai bergumam sendiri. Sebuah bongkahan batu giok diambil. Si pemuda mulai menggerakkan pisau pada batu giok. Dapat dilihat kualitas dari Item Sihir itu. Bagaimana Pisau Pemotong Permata memotong batu giok terlihat sama seperti pisau dapur yang memotong kentang. Kekerasan batu giok sama sekali tidak berarti bagi benda itu. Serpihan giok berjatuhan satu persatu. Mulai terlihat
Xiao Qiumei langsung menyimpan 'telur-telur' itu di dalam Cincin Ruang. Benda ini akan ia gunakan untuk merayu Bai Lihai. "Aku akan memberikannya padamu, tapi kau harus memenuhi permintaanku," ucap Xiao Qiumei. "Aku bisa membuatnya sendiri, jadi jangan coba-coba memaksaku dengan cara seperti itu!" Bai Lihai sama sekali tidak tertarik dengan perkataan Xiao Qiumei."Mana bukti kau bisa membuatnya? Hais... kau jangan sok hebat. Jangan berpikir kau bisa melakukan semuanya sendiri. Kita harus saling membantu. Sebaiknya terima saja tawaranku!" Xiao Qiumei menaik-turunkan alis. Ia yakin Bai Lihai tidak akan menolak permintaannya. Bai Lihai berpikir sejenak. Dari pada menghabiskan waktu untuk belajar membuat 'telur-telur' itu, mungkin lebih baik menerima tawaran Xiao Qiumei. Namun, si pemuda takut kalau si gadis meminta yang macam-macam. "Baiklah, tapi jangan minta yang aneh-aneh," ucap Bai Lihai. "Tenang saja, permintaanku sangat masuk akal! Aku punya dua permintaan. Pertama, aku ingin me
Hari-hari dilalui oleh sepasang muda-mudi itu dengan cara demikian. Sebagian waktu mereka dihabiskan dengan berlatih meningkatkan Kultivasi. Dan sebagian lainnya dihabiskan dengan berlatih ilmu yang sedang mereka pelajari. Bai Lihai belajar membuat Totem dan Xiao Qiumei berlatih beladiri. Saat Bai Lihai berlatih Kultivasi, Xiao Qiumei belajar beladiri. Saat Xiao Qiumei yang berlatih Kultivasi, Bai Lihai belajar membuat Totem. Itu membuat mereka tidak memiliki banyak waktu untuk saling bicara. Bai Lihai tidak mengetahui pasti bagaimana perkembangan beladiri Xiao Qiumei. Namun, ia yakin bahwa si gadis kebingungan dengan apa yang terdapat di dalam Manual Mata Angin. "Sial, gagal lagi!" Giok yang dipegang Bai Lihai terlihat menghitam setelah si pemuda gagal memasukkan Roh Array pada giok tersebut. Ia pun melempar giok yang telah rusak ke sembarang tempat. Membuat Totem lebih sulit dari pada membuat Jimat. Pola garis pada Totem juga lebih rumit dari pada pola garis pada Jimat. Pada int
"Kenapa kalian lambat sekali? Kita harus segera menyelesaikan misi dengan cepat," ucap seorang pria berusia 20-an tahun yang mengenakan pakaian berwarna merah. Pria ini adalah Jiang Fangzhou, seorang Kultivator Racun yang berasal dari Sekte Lembah Bambu. Raut wajahnya terlihat kesal melihat para Kultivator yang mengikutinya berjalan lambat. "Kenapa kau terburu-buru? Aku bahkan tidak berpikir kita harus menyelesaikan misi ini. Tetua Agung telah mengeksekusi mati ayah kita, kenapa juga kita harus menyelesaikan misi yang dia berikan! Apa kau tidak memiliki dendam terhadap kematian ayah?" Seorang gadis bernama Jiang Fangling memberi pembelaan atas kelambatannya dalam berjalan. "Dia dihukum mati karena kesalahannya sendiri. Dia menipu kita dengan memberikan misi yang tidak diketahui oleh Tetua Agung dan Tetua lain. Jika harus memiliki dendam, itu adalah untuk ayah, bukan untuk Tetua Agung," ucap Jiang Fangzhou dengan penuh keyakinan. Maksud perkataan Jiang Fangzhou merujuk pada apa yang
"Ning'er... bersabarlah! Setelah misi ini selesai, kita bisa mengarungi Tanah Mutiara Putih berdua saja. Semoga saja kita bisa menemukan sesuatu untuk menormalkan kembali tubuhmu!" Yao Yikai berbicara pada adiknya. "Yikai-gege... kita tidak perlu melakukannya. Aku tidak masalah dengan tubuhku seperti ini. Sebaiknya, kita tidak memisahkan diri dari kelompok ini. Akan sangat berbahaya jika kita hanya pergi berdua!" Yao Yining menanggapi perkataan si kakak. Sebuah senyum manis terukir di wajah Yao Yining, seolah-olah ia memang tidak mempermasalahkan tubuhnya yang seperti anak kecil. Namun, si kakak menyadari bahwa kondisi seperti ini akan menyulitkan si adik dalam menjalani kehidupan. Sebagai gadis yang mulai beranjak dewasa, sewajarnya Yao Yining mulai menyukai lawan jenis. Namun, dengan fisik seperti ini, rasanya mustahil ada pria yang bersedia menjadi pasangan si gadis. Setiap orang yang tidak mengenal Yao Yining pasti mengira gadis itu adalah seorang anak kecil. Bahkan, mereka yan
"Untuk mendapatkan Racun Anggrek Iblis, Anggrek Dewa ini tidak bisa dipetik ataupun dicabut. Dia harus dibiarkan tetap tumbuh di tempatnya!" Jiang Fangzhou memberi sebuah penjelasan.Kening Yao Yikai berkerut, penjalasan itu terasa mengambang dan sulit dipahami. "Maksudnya?""Racun Anggrek Iblis hanya bisa dibuat dengan cara menyerap inti sari dari Anggrek Dewa ini. Dan yang bisa melakukan ini hanyalah orang yang memiliki Darah Inti Racun!" Pandangan Jiang Fangzhou beralih pada Yao Yining. Yao Yikai juga mangalihkan pandangan pada si adik. Sekarang, ia mulai sedikit paham kenapa adiknya ikut dibawa dalam misi kali ini. Namun, ia juga merasa penjelasan Jiang Fangzhou tidak hanya sampai di situ. Jika hanya seperti itu, mereka seharusnya tidak perlu takut mengatakannya dari awal. Mungkin saja ada sesuatu yang buruk dibalik semua itu. "Lalu, apa yang terjadi setelah itu?" Jiang Fangzhou tidak langsung menjawab. Ia terlebih dahulu menatap Jiang Fangling, berharap saudari kembarnya memban
Para bawahan Jiang Fangzhou dan Jiang Fangling melakukan serangan secara bersama-sama. Namun, kemampuan mereka lebih rendah dari Yao Yikai dan Yao Yining. Ada sekitar sepuluh Kultivator yang menyerang. Dua diantara mereka berada di ranah Initial Foundation 1 dan sisanya berkisar antara Qi Refining 7 sampai Qi Refining 9.Jika membandingkan praktik Kultivasi, seharusnya mereka bisa sedikit mengimbangi Yao bersaudara. Saat ini, Yao Yikai berada di ranah Initial Foundation 2 dan Yao Yining di ranah Qi Refining 9. Ini harusnya dalam jangkauan mereka. Namun, kenyataannya tidak seperti itu.Nyatanya, Yao Yikai dan Yao Yining terlihat lebih mendominasi pertarungan. Tiap serangan yang dilakukan oleh Kultivator Racun itu berhasil mereka hindari. Di sisi lain, kedua kakak-beradik itu bisa melukai mereka. Cakram jitam yang mereka gunakan sudah berhasil melukai beberapa dari lawan mereka. Entah itu dengan cara melempar atau dengan serangan jarak dekat, serangan Yao bersaudara terlihat lebih efek
"Itu karena keluarga Wen tidak sanggup lagi memberi energi pada Kubus Pengetahuan, sedangkan keluarga Jiang bisa melakukannya, bahkan memberikan energi yang lebih baik!"Kata-kata itu tidak diucapkan oleh penjaga gerbang, melainkan orang yang datang dari dalam. Orang ini tidak lain adalah Jiang Durong. Jiang Fangzhou dan Jiang Fangling terkejut dengan kedatangan Jiang Durong. Mereka merasa gugup bertemu kembali dengan wanita itu. "Berani sekali kalian datang ke sini setelah apa yang kalian lakukan padaku. Apa kalian sudah siap menerima pembalasan dariku!" lanjut Jiang Durong sambil membuat Senjata Elemental. Jiang Fangzhou dan Jiang Fangling langsung bersujud pada Jiang Durong. Mereka berusaha meredakan amarah wanita itu sembari meyakinkannya untuk membawa mereka masuk."Ampuni kami, Senior Durong, kami Khilaf. Kami rela melakulan apa pun yang Senior lakukan agar Senior memaafkan kami!" ucap keduanya serentak. Jiang Durong me
Bai Lihai dan empat Kultivator dengan penuh tekad meninggalkan Kota Dongyun dan memulai perjalanan menuju Sekte Lembah Bambu. Mereka menyadari bahwa penting untuk segera mencari bukti yang mengaitkan fraksi keluarga Jiang dengan rencana membangkitkan Huyao. Misi ini terbilang berbahaya, tapi mereka bersedia melakukannya. Keselamatan Benua Tengah dipertaruhkan dalam hal ini. "Ada dua masalah yang kita hadapi sekarang. Pertama, bagaimana cara kalian bertemu dengan Jiang Durong. Kedua, bagaimana kalian menyakinkan Jiang Durong untuk menerima kalian!" ucap Bai Lihai. Ini tidak terpikirkan oleh mereka sebelumnya. Masalah seperti ini tidak sempat mereka diskusikan. Empat Kultivator telah meninggalkan Sekte Lembah Bambu secara sepihak, sehingga sulit bagi mereka masuk kembali ke sana. Artinya mereka juga akan kesulitan untuk menemukan Jiang Durong. Jikapun berhasil bertemu Jiang Durong, belum tentu dia menerima keempat Kultivator dalam renc
Han Xuelian menatap Bai Lihai dengan tatapan heran dan sedikit cemburu. Meskipun dia tahu bahwa mereka tidak punya hubungan yang istimewa, tapi ada perasaan aneh yang muncul di dalam dirinya. Dia merasa seperti kehilangan sesuatu yang seharusnya ada di sisinya."Jangan dengarkan dia! Otaknya sedikit tidak beres!" bisik Bai Lihai pada Han Xuelian. Entah kenapa Bai Lihai merasa perlu mengatakan itu pada Han Xuelian. Ia seperti merasa punya kewajiban untuk menjelaskan bahwa ia tidak punya hubungan apa-apa dengan wanita itu. Setidaknya, kata-kata Bai Lihai itu membuat Han Xuelian menjadi sedikit lega. Lagi pula, si gadis tidak sepenuhnya percaya perkataan wanita itu. Ia terlihat seperti wanita penggoda yang menjijikan bagi si gadis. Ia yakin, Bai Lihai tidak akan tertarik wanita itu. Tiba-tiba saja, Han Xun menepuk pundak Bai Lihai. "Kenapa kamu justru memberi penjelasan pada cucuku, padahal wanita ini mengatakannya padaku!"Meski Bai Liha
"Lihai...! Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Han Xuelian keheranan. "Xuelian...! Apa kamu Grandmaster Alkemis itu?" Bai Lihai justru balik bertanya. Jelas saja Bai Lihai merasa terkejut. Bukan hanya karena tidak menyangka orang yang ia temui adalah Han Xuelian, tapi juga karena berita sebelumnya mengatakan bahwa yang akan mengobati Lu Jiwen adalah seorang Grandmaster Alkemis. Meski Bai Lihai tau bahwa Han Xuelian tau mempelajari ilmu Alkemis, tapi ia tidak menyangka bahwa gadis itu sudah mendapatkan gelar Grandmaster Alkemis. Han Xuelian tersenyum simpul mendengar pertanyaan Bai Lihai. Pemuda itu sepertinya salah paham dengan apa yang terjadi. "Bukan, Lihai. Aku masih jauh dari gelar Grandmaster Alkemis. Aku masih dalam tahap belajar dan mencari pengalaman," jelas Han Xuelian dengan rendah hati. "Grandmaster Alkemis yang dimaksud adalah kakekku. Aku datang bersamanya!" lanjut Han Xuelian. "Tetua Han juga datang!"
Han Xun memeriksa kondisi Lu Jiwen dengan cermat. Dia mengalirkan Qi ke tubuh pemuda itu untuk mengetahui seberapa kuat racun yang telah menyerangnya."Racun ini terbilang cukup kuat. Kultivator Nascent Soul pun akan kesulitan menahan racun ini!" ucap Han Xun memberitahu sedikit tentang racun yang diterima Lu Jiwen. "Lian'er, ambil beberapa tetes darah pemuda ini dan cari tau, terbuat dari apa racun ini!" lanjut Hun Xun sambil memberri perintah pada Han Xuelian. Han Xuelian melakukan apa yang diperintahkan oleh kakeknya. Dia mengambil beberapa tetes darah dan menempatkannya dalam sebuah wadah.Kemudian, Han Xuelian mulai bekerja untuk mengidentifikasi bahan apa yang digunakan dalam racun tersebut dan bagaimana cara kerjanya. Jika mereka berhasil menemukan jawabannya, mereka akan dapat membuat obat penawar yang sesuai.Han Xuelian mengalirkan Qi ke jari telunjuknya dan mendekatkannya ke tetesan darah di dalam wadah. Ini adalah teknik khusus yang d
Beberapa waktu berlalu, Bai Lihai dan empat Kultivator menyelesaikan makan mereka. Namun, mereka belum meninggalkan restoran tersebut. Ada hal yang tengah mereka bicarakan. "Aku tau kita tidak punya hubungan yang dekat, tapi kita perlu membicarakan ini. Bagaimana cara kita membuat laporan tentang upaya Jiang Durong yang ingin membangkitkan Huyao ini?" ucap Yao Yikai. "Laporkan saja, apa susahnya! Kalian bisa melapor ke Dewan Kehidupan atau ke sekte kalian. Bukankah, rencana itu disusun oleh salah satu fraksi di sekte kalian!" jawab Bai Lihai. Keempat Kuktivator saling berpandangan. Mereka merasa Bai Lihai tidak mengerti dengan permasalahan yang sedang dihadapi. "Permasalahannya, kita tidak punya bukti. Kita tidak bisa menggunakan ladang Ginseng Api yang kita temui sebelumnya karena itu sudah kamu hancurkan. Tidak mungkin laporan kita diterima jika tidak ada bukti. Yang ada justru kita yang dianggap melakukan fitnah!" Yao Yikai kembali menjelas
Bai Lihai keluar dari ruangan tersebut. Ia meninggalkan Lu Jiwen yang tengah terbaring. Meski kondisi pemuda itu belum cukup baik, tapi ia sudah mendapat penanganan yang tepat. Bai Lihai tidak perlu mengkhawatirkannya. Secara diam-diam, Bai Lihai meninggalkan rumah pengobatan. Ia merasa suntuk terus berada di tempat itu, sehingga memutuskan mencari udara segar. Si pemuda melangkah dengan berhati-hati, menghindari setiap petugas rumah pengobatan yang ada. Jika ada yang tau ia sembuh secara tiba-tiba, maka akan bisa terjadi kehebohan. Akan ada banyak pertanyaan yang datang padanya, yang sulit untuk ia jawab. Tidak ada kesulitan berarti yang ia alami, Bai Lihai berhasil keluar dari rumah pengobatan dengan mulus. Saat itu juga, ia langsung dihadapkan suasana kota Dongyun yang gemerlap. Malam hari di kota Dongyun begitu indah. Cahaya lampu-lampu kota menyinari jalanan yang ramai dengan aktivitas warga dan pengunjung.Saat ia berjalan di se
Bai Lihai mulai tersadar. Saat ia membuka mata, pandangannya langsung dihadapkan pada sosok wanita yang menggunakan cadar. Sontak, ia langsung membangkitkan badan. Ia terkejut dengan keberadaan wanita bermarga Zhu itu. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Bai Lihai. "Plak...!"Bukan sebuah jawaban yang didapatkan oleh Bai Lihai, melainkan sebuah tamparan. Pipi si pemuda jadi memerah akibat tamparan yang cukup keras itu. "Apa yang kamu lakukan? Apa alasanmu menamparku?" Bai Lihai mempertanyakan alasan wanita bermarga Zhu itu menamparnya. "Kau menghilangkan Manual Mata Angin. Aku sudah memeriksa isi Cincin Ruang-mu dan Manual itu tidak ada di sana. Ke mana buku itu perginya?" Wanita bermarga Zhu mengungkapkan apa yang membuat ia menapar Bai Lihai. Bai Lihai dibuat terdiam. Ini sesuatu yang terlupakan oleh Bai Lihai. Ia baru teringat sekarang bahwa ia meminjamkan Manual Mata Angin pada Xiao Qiumei. Bai Lihai memijat
Hari ini adalah hari yang penuh harap bagi Sekte Gerbang Naga, terutama bagi Tetua Agung mereka, Gao Huo. Pengobatan Gao Lin akan segera dilakukan. Han Xun yang telah bekerja keras telah berhasil membuat ramuan yang bisa memulihkan kembali cucu Tetua Agung itu dari kelumpuhan.Satu ruangan di Sekte Gerbang Naga kini menjadi fokus perhatian. Ruang ini adalah tempat di mana Gao Lin terbaring kaku di atas ranjang selama lebih dari satu tahun. Ruangan itu tidak hanya diisi oleh Gao Lin seorang. Kakeknya, Gao Huo serta Han Xun yang akan mengobatinya ada di ruang tersebut. Tidak hanya mereka, Han Xuelian dan Bai Liwei juga ikut ada di sana melihat bagaimana Gao Lin akan diobati. Satu hal yang sangat disayangkan adalah kedua orang tua Gao Lin tidak ada di sana karena mereka telah meninggalkan Sekte Gerbang Naga untuk alasan yang tidak jelas. "Tuan Muda Gao, mohon izinkan saya mengobati anda!" Han Xun neminta izin terlebih dahulu sebelum memberi pemgob