'Hmm. Akan kucoba dengan kombinasi Pukulan Kilat Naga Emas level ke 4 dan Pukulan Naga Salju level 4', bathin Bara. Segera kaki kanannya menjejak bumi dengan hantaman keras, dengan tangan kiri mengepal menghantam ke langit. Daambh..!! Kratzzh..!! Bumi bergetar bagai di hantam palu godam raksasa. Sementara dari langit, seberkas cahaya kebiruan melesat dan menghantam tangan kiri Bara yang mengepal dengan sebuah ledakkan bak petir menyambar. Uap tebal putih segera mengepul menutupi tangan kiri Bara hingga sebatas lengan. Pada saat uap putih pekat itu menghilang, maka tangan kiri Bara hingga sebatas siku telah di selimuti sisik berwarna putih kebiruan, yang berkilau terkena sinar matahari. Sungguh menyilaukan.!Byaarsh..!! Kini tangan sebelah kanan Bara, yang tiba-tiba telah berubah diselimuti sisik keemasan yang juga menyilaukan. Bara menangkupkan kedua tapak tangannya yang berbeda warna sisik itu. Lalu Bara menepuk keras kedua telapak tangannya. Plaarkhhs...!! Suara keras meng
"Apakah Bara yang membunuhnya..?" tanya sang Guru pelan, namun getar kengerian malah makin terasa bagi Han Jian. Han Jian sangat paham, jika sang Guru sudah berkata dengan nada tenang, namun dalam seperti itu. Maka itu adalah tanda, bahwa sang Guru tengah menahan kemurkaan hebat dalam dirinya. Sang Guru bahkan bisa mengiris-iris leher orang dengan tenangnya, jika dia sudah dalam kondisi seperti itu. Karena Han Jian memang pernah melihat kejadian seperti itu. Dan kini nada suara yang seperti itu terdengar lagi dari sang Guru. "B-benar Suhu. Baralah yang menyebabkan kematian Kakak kedua," sahut Han Jian gugup. Klik.! Hong Chen pun menutup panggilan tanpa bertanya-tanya lagi. *** Sang Jendral sedang menatap serius Pasukkan harimau Besinya, yang kala itu sedang berlatih di halaman belakang rumahnya. Saat... Tuttt ... Tutt ... Tuttt.! Ponsel Graito berdering, dilihatnya nama pemanggil di layar ponselnya 'Master Hong Chen memanggil'. Klik.! "Ya Master Hong," sapa Graito sopan.
"Kuberitahu kau Angga! Hal itu bukanlah hanya kabarnya semata. Memang pertikaian itu sedang terjadi saat ini..! Dan kau tahu Angga. Kuzma telah menghubungi ayah! Dan dia telah menawar jasa 'Pasukkan Harimau Besi' kita..! Tujuannya adalah untuk melakukan aksi rahasia, membumi hanguskan bisnis Winston..! Hahahaa..! Akhirnya dendam kita pada Winston tak lama lagi akan terbalaskan.!" sang Jendral terbahak penuh kemenangan. "Lho..?! Kenapa Pasukkan Harimau Besi saat ini malah diberangkatkan ke Suriah, Ayah..?Bukankah lebih baik menerima tawaran Kuzma lebih dulu..?!" seru Angga tak mengerti. "Itulah Angga. Sayangnya tawaran dari Suriah lebih dulu datang pada ayah. Makanya ayah berjanji pada Kuzma, untuk menerima tawarannya setelah misi Pasukkan Harimau Besi selesai di Suriah, sebulan ke depan," ujar sang Jendral menjelaskan. "Graito, lalu bagaimana dengan lokasi si Bara itu..? Sudah cukup lama aku menunggu tanpa kejelasan di sini, Graito," tanya Hong Chen, dengan mata menatap tajam p
"Dave Ko, kita dinner di sekitar sini saja ya," ujar Revina seraya menunjuk HokBen, yang tak jauh dari tempat mereka berjalan saat itu. "Siap Revi sayang," sahut David tersenyum lembut, dia memang sedang ingin memanjakan kekasihnya malam itu. 'Ahh..! Itu dia temannya Bara. Hmm. Wanitanya boleh juga nih', bathin seseorang, yang sedang duduk di kursi depan sebuah outlet pakaian. Matanya nanar berminyak menatap sosok jelita Revina, yang sedang menggayut mesra di lengan David. 'Aku harus bisa menikmati tubuh wanita itu..!' desis bathinnya penuh hasrat. Dia pun beranjak berdiri, dan mulai mengikuti David dan Revina dari jarak ideal. Demikianlah, hampir sepanjang perjalanan David dan Revina selalu di kuntit oleh sosok pria bertubuh kekar, namun agak pendek itu. Ya, dialah Han Jian yang sedang berjalan-jalan, menikmati keramaian di area Blok M plaza itu. Suatu kebetulan yang menggembirakan bagi Han Jian. Karena dia merasa akan bisa membalaskan dendamnya pada David, atas kematian Cin
"Hiahhh...!" Seth..! Weerrsshk..!!Han Jian memulai serangan dengan mengibaskan ke dua tangannya, seraya melesat cepat ke depan. Seolah hendak merangkul David. Namun dengan begitu, puluhan sisik pedang biru di tangannya bagai mengacung, terarah mengancam sosok David. David yang melihat hal itu, memutuskan untuk coba diam dan mengandalkan perisai 'Genta Budha'nya. Ya, David hendak menjajaki dulu power dari lawannya tersebut. Dan jika perisai 'Genta Budha'nya jebol, maka David masih bisa memapaki serangan lawannya itu, dengan 'Tapak Budha Mengguncang langit' miliknya yang telah siap dihantamkan. Kraankh..! Kraagkh..!!! Weerkksh..!! Krrattzhk..!! Suara keras benturan kedua energi pun meledak dahsyat. Memecah keheningan di tengah lapangan sepakbola, yang remang dan sepi itu. Weerrshk..! Angin bergelombang pun menghempas, dan menebar dahsyat ke segala arah, di sekitar area pertarungan mereka. Han Jian terhempas membalik. Puluhan pedang sisik biru yang bagaikan pedang itu patah ser
"Ka-kami di sebuah lapangan bola dekat blok M, Mas Bara," sahut Revi masih gugup. "Baik Revina, kau segera cari rumah sakit atau klinik terdekat. Aku dan beberapa sahabat akan berangkat ke sana sekarang juga." "Baik mas Bara." Klik.! *** Sementara di kediaman Freedy. "Angga, ini Han Jian sejak tadi dihubungi tak juga di angkat! Sungguh terlalu orang itu..!" gerutu Freedy kesal. "Halah! Paling dia sedang nongkrong di diskotik mencari mangsa Freedy," sahut Angga. "Benar-benar menyebalkan..! Sudah tahu kita akan sibuk malam ini, dia malah keluyuran nggak jelas," sungut Freedy. "Sudahlah kita tinggal saja dia. Ayuk kita berangkat mengambil rekaman videoku sekarang Freedy," ujar Angga yang juga menjadi kesal pada Han Jian. Akhirnya mereka pun berangkat tanpa Han Jian. Untuk merekam aksi Angga, yang akan dimasukkan dalam promo kilat di channel khusus. Mereka sama sekali tak tahu. Bahwa saat ini orang yang mereka perbincangkan sudah terbujur kaku, dengan kepala pecah di lapangan s
Namun apa, lacur..?! Tak lama kemudian, Winston di datangi 'buyer' yang awalnya hendak memesan barang pada Kuzma. Dia langsung membeli semua barang, yang tadinya hendak dibelinya dari Kuzma. Tentu saja Winston sama sekali tak tahu Bahwa buyernya inilah, yang awalnya memesan barang pada Kuzma. Dan kabar pembeliaan dengan jumlah fantastis itu pun tersebar.!Kuzma mendengar berita yang memang viral di dunia 'Black Market' itu. Dan dia begitu terkejut, saat melihat siapa pembeli fantastis barang-barang Winston tersebut. Karena buyer tersebut ternyata adalah orang, yang tadinya hendak membeli barang dari dirinya..! Selanjutnya kita pasti sudah bisa membayangkan, apa yang bergolak di hati Kuzma. Marah..! Merasa terkhianati..! Dibodohi..! Dilecehkan..! Dan bermacam rasa negatif, bagai 'bergolak' dalam diri Kuzma terhadap Winston. Orang yang tadinya di anggap sebagai senior, dan juga sahabat erat dalam bisnis baginya. Begitulah sepenggal kisah yang melatarbelakangi, terjadinya persel
Slaph..! Slaphh..! Dan lapangan bola itu pun kembali lengang dalam kesunyiannya. Hanya suara dengung kendaraan bermotor dari jalan raya di kejauhan saja, yang samar-samar terdengar. Seorang Dokter yang di dampingi seorang perawat mendatangi ruang rawat David di kelas VIP. Para sahabat masih berada dalam ruangan, saat mereka masuk. Dokter itu pun langsung memeriksa kondisi David. "Permisi ya," ucap sang Dokter pada para sahabat. "Silagkan Dokter," sahut para sahabat. Nampak saat itu David sudah sadarkan diri, karena bantuan Gatot yang menyadarkan David sesuai pesan Bara. "Ahh..! I-ini ... ini bukankah pasien yang masuk barusan, karena terluka di bagian dalam tadi kan..?" tanya sang Dokter heran dan terkejut, pada para sahabat Bara. "Benar Pak Dokter. Bukankah Pak Dokter yang tadi menangani sahabat saya ini..?" sahut Revina, seraya balik bertanya heran. "Bu-bukankah tadi sangat parah..? I-ini kenapa kondisinya bisa membaik secepat ini..?" tanya gugup sang Dokter, bagai sedang
"Lapor Jendral..! Misi sudah dilaksanakan. Enam buah roket telah ditembakkan. Dan satu orang di antara mereka sepertinya sudah tewas Jendral..!" "Bara..?!" seru Graito bertanya."Maaf, bukan Jendral..!" sahut pelapor. "Lalu empat helikopter yang lainnya..?!" tanya sang Jendral, seraya menatap tajam sang pelapor. "Empat helikopter kita meledak hancur oleh pukulan Bara, Jendral..!" "Wesh..!" Praaghk..!! Sang pelapor pun langsung tewas di tempat, dengan kepala pecah. Di hantam pukulan bertenaga dalam sang Jendral. Dua orang lain di samping pelapor otomatis melangkah mundur seketika. Sadis..! "Keparat Bara..!! Kau selalu membuatku rugi..!" teriak kalap sang Jendral. "Mana Pandu..?!" seru sang Jendral, pada dua orang lainnya. Sepasang matanya mendelik berkilat kemerahan. "He-he-helikopternya juga jatuh Jendral." sahut seorang di antara mereka. "Dari sisi mana kalian menyerang..?!" "Da-dari arah depan markas Jendral."Braaghk..!! Kini meja teras yang lagi-lagi hancur oleh sepaka
"Bangsat kau Bara..!" Slaph..! Byaarshk..! Pandu melesat keluar dari helikopter yang hilang kendali tersebut. Bara melihat sosok merah keemasan melesat keluar, dari helikopter yang hendak hancur masuk ke lembah itu. 'Pandu..!' gumam bathin Bara. Namun saat dia hendak melesat mengejarnya, "Gatott..!!" samar-samar terdengar teriakkan keras para sahabatnya, menyeru nama Gatot di bawah sana. Bara pun urung mengejar Pandu, dan melesat kembali ke markasnya dengan secepat mungkin. Slaphh..! Taph..! Bara mendarat tepat di sisi para sahabatnya, yang telah berkerumun cemas pada kondisi Gatot. Nampak jelas kini oleh Bara, sosok Gatot yang tengah terkapar tak sadarkan diri. Dada Gatot nampak membiru, dengan darah mengalir dari mulutnya. 'Luka dalam yang teramat parah..!' bathin Bara sesak dan sedih sekali. "B-bara..! A-apa yang harus kita lakukan..?!" seru gugup bergetar Sandi. Dan semua sahabat pun kini menatap Bara, seolah menanti keputusan cepat dari Bara. Karena mereka semua tak a
"Teh manis opo..? Gundulmu kuwi..! Bikin sendiri sana..!" seru bi Tarni sewot. "Ya Bibi, Gatot kan mau pulang nanti Bi. Bikinin ya, teh bikinan Bibi kan yang paling pas di lidah. Hehe," celetuk Gatot terkekeh. "Huhh..! Gombiall..!" sungut bi Tarni, seraya beranjak kembali ke dapur. Bara cs melanjutkan obrolannya, sambil makan gorengan buatan bi Tarni. Sungguh suasana yang menyenangkan di pagi itu. Namun...Wrrngg..! Wrŕenngg..!! Secara tiba-tiba dari ketinggian, turun dengan cepat 5 buah helikopter ke arah markas Bara. Kumpulan helikopter itu terbang dalam keadaan melintang berbaris. Pada ketinggian sekitar 80 meter di atas tanah, dengan sisi-sisi pintu nya telah terbuka menghadap ke depan vila. Nampak RPG-32 telah disiapkan pada posisi siap meluncur. "Tembak..!!" Pandu yang memimpin langsung penyerangan, langaung memberikan perintah tembak. Swassh..! Swaassh ..! ... Swaassh..!! Enam buah roket langsung melesat cepat ke titik target di markas Bara. "Awass..! Semuanya..!! Han
"Resti..!" Seth..! Tiba-tiba saja sosok Revina melesat masuk, dan memalang di antara tubuh Resti yang tertarik maju. Plakh.! ... Plakh..!!Dan Revina langsung menampar keras pipi Evan bolak-balik 3 kali. "Arrkksgh...!! Kurang ajar kau Rrevina..! Kau selalu menghalangiku..!" Evan berteriak keras kesakitan. Pipinya terasa panas berdenyar, dengan kuping berdenging, dan mulutnya terasa asin berdarah. Warna merah lebam segera menghias kedua pipi Evan, yang nampak mulai membengkak. "Kau yang Bajingan Evan..! Rupanya tempo hari aku kurang keras menghajarmu..!" seru Revina dengan mata membelalak marah, seraya menunjuk ke wajah Evan. "Hei.hei..hei..! Rupanya buruanmu galak juga Evan. Aku jadi ingin mencicipi keganasannya di ranjang..! Hahaaa..!" seru tergelak salah seorang dari teman Evan. Dan serentak kedua teman Evan itu berjalan mendekat ke arah Revina. "Resti..! Kau masuklah ke mobil. Biar kuhajar tiga pecundang ini..!" bisik tajam Revina pada Resti. "Hati-hati Vina..!" bisik Re
"Bara memang brengsek..! Dia berkata dia adalah orang bebas..! Cuih..! Jangan harap..!" seru Freedy, mengungkapkan kekesalan hatinya. "Freedy, apakah benar Bara berkata begitu..?!" seru sang Jendral, yang mendengar seruan marah Freedy. "Benar Jendral." "Hmm. Pemuda licik itu benar-benar tahu posisinya saat ini Freedy..!" seru Graito. "Maksud Jendral..?!" seru Freedy kaget. Setelah mendengar sang Jendral seolah membenarkan ucapan Bara yang telah bebas. "Freedy, buka nalarmu..! Saat ini posisi kita dalam pengintaian pihak kepolisian. Dan aku mencurigai ada kerjasama antara pihak Bara cs dengan kepolisian, untuk menyelidiki serta membekuk kita. Karenanya kita tak mungkin mengajukan laporan pencabutan jaminan kita atas dirinya. Karena telah terjadi pergantian pejabat tinggi di kepolisian saat ini. Jika kita nekat melaporkan juga. Maka kemungkinan pihak kepolisian malah akan memeriksa kita, sehubungan dengan penjaminan yang kita lakukan. Benar-benar 'culas' si Bara ini..!" seru sa
"Haishh..! Dasar wong gemblung.! Lagi bahas Non Marsha malah ngomongin makanan," sentak bi Tarni kesal pada Gatot. Segera ia melepaskan pelukannya dari Gatot, seraya mengusap air matanya. Lalu dia pun berbalik melangkah kembali ke dalam vila, tanpa menoleh lagi. Tentu saja bi Tarni hendak membuatkan masakan terenak, khusus buat 'tuyul dapur'nya itu. "Lho..?! Salah saya di mana Bi Tarni yang cantik..?" protes Gatot, sambil memasang wajah bingung.Ya, dibalik sikap jutek bi Tarni pada Gatot, sesungguhnya dia sudah menganggap Gatot bagai ponakannya sendiri. Para sahabat lainnya hanya tertawa saja, melihat adegan rutin cekcok Gatot dan bi Tarni itu. Mereka pun akhirnya berkumpul dan ngobrol di teras vila dalam suasana yang penuh kekeluargaan. *** Dua hari kemudian. Sang Jendral sedang termenung di 'ruang rahasia'nya. Tampak emas batangan bertumpuk-tumpuk membentuk sebuah gunungan setinggi 3 meteran. Beberapa brankas besi pun tampak berjajar, di sekitar ruangan yang luas tersembun
"Terimakasih Mas Bara, Mas Dimas, Mas Gatot, Mas David, Mas Sandi, Brian, dan semuanya. Kalian memang sahabat-sahabat terbaik seumur hidupku," ucap serak Marsha, penuh perasaan terimakasih dan keharuan mendalam. "Bukan apa-apa Marsha, kau juga kerap membantu kami semua. Istirahatlah, yakinlah hari esok pasti lebih baik Marsha," sahut Bara tersenyum menenangkan. Ditatapnya Marsha dengan pandangan penuh prihatin dan juga sayang, pada sahabat wanitanya ini. Marsha pun tertunduk, dengan buliran air mata mengalir di pipinya. Lalu dia pun beranjak melangkah menuju ke kamarnya, dengan dirangkul oleh Leonard. "Mas Bara, David, dan semuanya. Atas nama keluarga Winston Group, saya mengucapkan banyak terimakasih atas pertolongan dan penghiburan kalian. Di saat keluarga kami mengalami musibah yang menyedihkan dan membingungkan ini. Kalian datang dan memberi titik terang atas masalah kami. Dengan ini, 'Winston group' telah menganggap kalian sebagai bagian dari keluarga besar kami. Kami tak
Slaph..!! Wurrsh..! Bara membuka jalan dengan melesat keluar dari heli, seraya hantamkan pukulan jarak jauhnya dengan energi terukur, ke arah kaca jendela kamar hotel. Pyaarsshk..!! Taph!Kaca jendela pecah dan Bara langsung melesat masuk ke dalamnya. Slaph..! ... Slaph..! Tiga sahabat Bara ikut melesat cepat, dan mendarat masuk ke dalam kamar itu. "Hahh..!!" "Aihh..!!" Betapa terkejutnya Kuzma dan juga Marsha yang berada dalam kamar itu. Nampak Kuzma tengah bertelanjang dada, sedangkan di ranjang saat itu nampak Marsha yang terikat kedua tangannya di sisi ranjang. Kuzma memang sengaja mengikat Marsha. Karena Marsha kepergok nekat hendak bunuh diri, dengan cara meloncat dari jendela kamar hotel yang terbuka. Beruntunglah Kuzma melihatnya, dan menggagalkan niat Marsha. Dia pun langsung mengikatnya di ranjang. Tubuh Marsha dalam keadaan polos, dan hanya di tutupi dengan sehelai selimut setengah badan saja. Karuan Leonard yang melihat hal itu jadi murka bukan main terhadap K
"Bos Besar bahkan jatuh hati padanya Barton. Bos Besar hendak membawanya besok ke Rusia, untuk di jadikan wanitanya. Sekarang mereka masih asik berbulan madu di Hotel Canabis," ujar pelan Jacob, seraya kembali melihat ke sekiitaran lokasi balkon. Dia takut ada Sergei memergokinya, saat dia tengah membuka kedok bos mereka, lalu melaporkannya pada Kuzma. Namun tentu saja suaranya masih bisa jelas terdengar oleh Bara dan Brian, yang berada di atap balkon tersebut. Bara segera memberi isyarat pada Brian, untuk segera bergerak cepat. Seth..! Seth..! Sosok Bara dan Brian melesat cepat turun ke balkon. Lalu ... "Hei .. Tagh..! Tagh..! Hanya sebatas itu suara yang keluar dari bibir Jacob, saat Bara menetak cepat sisi lehernya dan juga Barton. Keduanya pun langsung pingsan seketika. Brian langsung menyambar tubuh Jacob dan... Slaph..! Slaph..! Sosok Bara dan Brian kembali melesat cepat menuju ke mobil Herbert, yang menunggu di sudut blok kawasan itu. Herbert saat itu tengah asik me