"Hiahhh...!" Seth..! Weerrsshk..!!Han Jian memulai serangan dengan mengibaskan ke dua tangannya, seraya melesat cepat ke depan. Seolah hendak merangkul David. Namun dengan begitu, puluhan sisik pedang biru di tangannya bagai mengacung, terarah mengancam sosok David. David yang melihat hal itu, memutuskan untuk coba diam dan mengandalkan perisai 'Genta Budha'nya. Ya, David hendak menjajaki dulu power dari lawannya tersebut. Dan jika perisai 'Genta Budha'nya jebol, maka David masih bisa memapaki serangan lawannya itu, dengan 'Tapak Budha Mengguncang langit' miliknya yang telah siap dihantamkan. Kraankh..! Kraagkh..!!! Weerkksh..!! Krrattzhk..!! Suara keras benturan kedua energi pun meledak dahsyat. Memecah keheningan di tengah lapangan sepakbola, yang remang dan sepi itu. Weerrshk..! Angin bergelombang pun menghempas, dan menebar dahsyat ke segala arah, di sekitar area pertarungan mereka. Han Jian terhempas membalik. Puluhan pedang sisik biru yang bagaikan pedang itu patah ser
"Ka-kami di sebuah lapangan bola dekat blok M, Mas Bara," sahut Revi masih gugup. "Baik Revina, kau segera cari rumah sakit atau klinik terdekat. Aku dan beberapa sahabat akan berangkat ke sana sekarang juga." "Baik mas Bara." Klik.! *** Sementara di kediaman Freedy. "Angga, ini Han Jian sejak tadi dihubungi tak juga di angkat! Sungguh terlalu orang itu..!" gerutu Freedy kesal. "Halah! Paling dia sedang nongkrong di diskotik mencari mangsa Freedy," sahut Angga. "Benar-benar menyebalkan..! Sudah tahu kita akan sibuk malam ini, dia malah keluyuran nggak jelas," sungut Freedy. "Sudahlah kita tinggal saja dia. Ayuk kita berangkat mengambil rekaman videoku sekarang Freedy," ujar Angga yang juga menjadi kesal pada Han Jian. Akhirnya mereka pun berangkat tanpa Han Jian. Untuk merekam aksi Angga, yang akan dimasukkan dalam promo kilat di channel khusus. Mereka sama sekali tak tahu. Bahwa saat ini orang yang mereka perbincangkan sudah terbujur kaku, dengan kepala pecah di lapangan s
Namun apa, lacur..?! Tak lama kemudian, Winston di datangi 'buyer' yang awalnya hendak memesan barang pada Kuzma. Dia langsung membeli semua barang, yang tadinya hendak dibelinya dari Kuzma. Tentu saja Winston sama sekali tak tahu Bahwa buyernya inilah, yang awalnya memesan barang pada Kuzma. Dan kabar pembeliaan dengan jumlah fantastis itu pun tersebar.!Kuzma mendengar berita yang memang viral di dunia 'Black Market' itu. Dan dia begitu terkejut, saat melihat siapa pembeli fantastis barang-barang Winston tersebut. Karena buyer tersebut ternyata adalah orang, yang tadinya hendak membeli barang dari dirinya..! Selanjutnya kita pasti sudah bisa membayangkan, apa yang bergolak di hati Kuzma. Marah..! Merasa terkhianati..! Dibodohi..! Dilecehkan..! Dan bermacam rasa negatif, bagai 'bergolak' dalam diri Kuzma terhadap Winston. Orang yang tadinya di anggap sebagai senior, dan juga sahabat erat dalam bisnis baginya. Begitulah sepenggal kisah yang melatarbelakangi, terjadinya persel
Slaph..! Slaphh..! Dan lapangan bola itu pun kembali lengang dalam kesunyiannya. Hanya suara dengung kendaraan bermotor dari jalan raya di kejauhan saja, yang samar-samar terdengar. Seorang Dokter yang di dampingi seorang perawat mendatangi ruang rawat David di kelas VIP. Para sahabat masih berada dalam ruangan, saat mereka masuk. Dokter itu pun langsung memeriksa kondisi David. "Permisi ya," ucap sang Dokter pada para sahabat. "Silagkan Dokter," sahut para sahabat. Nampak saat itu David sudah sadarkan diri, karena bantuan Gatot yang menyadarkan David sesuai pesan Bara. "Ahh..! I-ini ... ini bukankah pasien yang masuk barusan, karena terluka di bagian dalam tadi kan..?" tanya sang Dokter heran dan terkejut, pada para sahabat Bara. "Benar Pak Dokter. Bukankah Pak Dokter yang tadi menangani sahabat saya ini..?" sahut Revina, seraya balik bertanya heran. "Bu-bukankah tadi sangat parah..? I-ini kenapa kondisinya bisa membaik secepat ini..?" tanya gugup sang Dokter, bagai sedang
Slaph..! Hong Chen melesat lenyap dari sisi Graito. Entah kenapa hati Hong Chen merasa sakit, mendengar kata-kata Graito barusan.Ya, karena Hong Chen bisa merasakan, bahwa tiada nada duka sedikitpun dalam ucapan Graito itu. Sekuat tenaga dia menahan amarahnya pada Graito. Lalu dia memutuskan menjauh dulu dari Graito. Agar dirinya tak kesalahan tangan menghajar sang Jendral. 'Sungguh kurang ajar kau Graito..! Dua muridku di sini membela mati-matian dirimu dengan bertaruh nyawa. Namun kau mengabarkan kematiannya padaku tanpa perasaan. Seolah muridku itu hanya seekor kucing piaraan saja layaknya..! Bedebah kau..!' bathin Hong Chen murka. Kini dia telah berada di kamarnya. 'Tunggulah besok Graito..! Kita lihat apa yang bisa kulakukan untuk membalasmu..!' seru bathin Hong Chen geram. Ya, Hong Chen telah bertekad, dia akan membalas prilaku tanpa perasaan Graito padanya. Dan Hong Chen yakin, akan tiba saatnya hal itu terjadi. Ngeri..!Sesungguhnya, jauh di lubuk hati Guru Tiga Aliran
"Bukan itu yang menjadi kecemasanku Leonard. Aku percaya secara politik bisnis, Ayah dan kau bisa mengatasi mereka. Namun bila mereka mulai melakukan agresi secara frontal dan fisik. Aku tak bisa membayangkannya Leonard. Karena kudengar Kuzma sangat dekat dengan Jendral Graito. Pasti Graito akan ikut turun tangan membelanya Leonard," ujar Marsha menjelaskan kecemasannya. "Sayang, apakah kau lupa kita juga memiliki sahabat di luar sana..? Mereka juga memiliki Pasukan Super Level, yang sudah siap membantu kita. Apakah kamu pikir mereka akan kalah dari Pasukan Harimau Besinya Graito..?" Leonard mengungkapkan hal itu, seraya bertanya lembut pada Marsha. Sementara jarinya mulai nakal memainkan lembut bulatan kecil yang mencuat di dada Marsha, dengan bibir merayapi alur leher hingga ke telinga Marsha. "Ahhs..! Kau benar Leonard. Aku sampai hampir lupa dengan keberadaan Pasukan Super Level milik para sahabatku. Mmhhss. Kau nakal Leonard," Marsha agak menggelinjang geli, namun hasratnya
Slaakh..! Cepat Chen Sang menarik sebuah lembaran kitab, yang nampak sudah sangat kuno dan tua itu. Hanya terdapat sobekkan puluhan lembar saja di tangan Chen Sang. Namun ternyata lembaran itu utuh. Dalam menguraikan petunjuk, jurus, dan rahasia ilmu 'Badai Bumi Neraka'..! *** Gulfstream G650 akhirnya 'take off' dari bandara Soetta menuju ke Atambua. Pesawat pribadi itu membawa serta Bara, Dimas, dan Gatot, di dalamnya. Penerbangan diperkirakan akan memakan waktu sekitar 4 jam lebih. Sementara Sandi, Brian, Jaka, dan Rodin, yang akan berangkat pada gelombang kedua penerbangan. Mereka juga telah bersiap di markas. Dan hari sudah menjelang magribh, saat pesawat pribadi Bara cs mendarat di bandara Bere Tallo. Karena di Atambua waktu lebih cepat 1 jam dibandingkan Jakarta. Mereka segera keluar dari bandara, karena Joseph Hollo rekanan Dimas telah menanti mereka di luar bandara. "Mas Dimas..?!" seru seseorang seraya menunjuk ke arah Dimas, dengan nada seolah bertanya. "Paman Jo
"Tommy. Bagaimana pendapatmu tentang sahabat Leonard dan Marsha, yang berada di Indonesia itu..?" tanya Winston pada Tommy dalam perjalanannya. "Wah, mereka sangat baik dan ramah Tuan Winston. Villa mereka pun cukup luas dan indah, senang rasanya pernah berkunjung ke sana," sahut Tommy mengungkapkan pendapatnya. "Wah, aku jadi ingin juga berkunjung ke sana Tommy. Jenuh juga rasanya hanya memandangi pemandangan yang begini-begini saja, sejak beberapa tahun belakangan ini. Aku benar-benar butuh refreshing Tommy," ujar Winston, mengatakan keinginannya. Situasi jalan saat itu agak sepi, di area 'Clyde Beach Park' yang mereka lalui. Banyak terdapat pepohonan hijau indah, yang letaknya dekat dengan pantai. Tiba-tiba mata Winston membelalak, saat melihat seekor anjing melintas dengan tiba-tiba di depan jalur mobil mereka. "Awass....!" teriak keras Winston memperingatkan Tommy. "Ciitttt...!!" Tommy segera menginjak dalam-dalam rem mobil yang dikemudikannya, hingga mendecit kencang. Dan
Taph..! Tak salah memang Bara menjuluki Brian sebagai sahabat tercepat setelah dirinya, dalam hal ilmu meringankan tubuh. Bara pun terselamatkan dan langsung di bawa oleh Brian, ke tempat agak jauh dari arena pertarungan. Para sahabat pun berlesatan cepat menghampiri Brian, untuk melihat kondisi Bara yang masih tak sadarkan diri. Gatot langsung menotok beberapa titik di tubuh Bara. Untuk mempercepat dan memperlancar sirkulasi darah dan energi di tubuh Bara. Akhirnya, para sahabat memutuskan untuk meninggalkan area pertarungan final malam itu. Mereka pun berniat kembali ke kediaman Joseph, yang saat itu masih setia menanti mereka. Tampak wajah Joseph pucat pasi dilanda ketakutan, akibat merasakan kondisi alam yang tadi bagaikan hendak kiamat. Namun rasa cemasnya atas keselamatan Bara cs, membuatnya tetap bertahan menanti di posisinya. Sungguh orang yang tabah dan setia kawan si Joseph ini. Dimas dan Leonard memutuskan ikut ke rumah Joseph, setelah mereka melihat kondisi Bara.
Lengkap sudah tiga elemen langit, es, dan bumi menyatu..! Dalam satu badai gelombang power raksasa di sekitar Bara.Semua orang yang berada di sekitar arena pertarungan itu, mereka langsung bergerak secepat mungkin. Untuk menjauh dari lokasi pertarungan, yang bagaikan sedang dilanda kiamat itu. Bahkan dua helikopter yang tersisa di udara, mereka hanya bisa mengambil gambar itu dari jarak yang sangat jauh. Tentu saja mereka bergidik ngeri, setelah melihat dua helikopter rekan mereka yang sudah menjadi bangkai. Tanpa ada satu pun penumpangnya yang bisa selamat. Dengan saling menguatkan tekat. Keempat sosok lawan Bara secara bersamaan bergerak, menyerang dan menerjang..! "Hiyaahh...!! Haaurmmsh.!! Hiyaathh..!! Huuppsh..!!" Keempat sosok itu serentak melesatkan pukulan andalan mereka ke arah Bara. BLANNGGGKSHHZTT...!!!! Sebuah gelombang besar bak bola energi raksasa pun melesat deras ke arah Bara. Gelombang energi yang tercipta dari 4 serangan lawannya tersebut, terdiri atas berb
"Tembak..!" seru Dimas, saat dia melihat para sniper penyelenggara mulai menarget ke arah Bara. Splazth..! Splatsh..! ... Splatzh..! Dengan serentak para sniper Pasukan Super Level segera melesatkan pelurunya. Clakh..! Clakhs..! Clapsh..! Claksh..! ... Clakgssh..! Dan seluruh sniper pihak penyelenggara pun terhentak tewas, dengan kepala berlubang.! Karena memang mereka sudah dalam target para sniper Pasukan Super Level sejak tadi. Seth..! Sethh..! Sethh..! Sang Jendral, Freedy, dan Pandu, yang melihat Hong Chen sudah bergerak menyerang Bara. Akhirnya mereka semua pun ikut melesat, hendak menyerang Bara. Para sahabat yang melesat juga telah bersiap dengan ilmu pamungkas mereka masing-masing. Ajian 'Sayap Pembelah Langit' disiapkan oleh Brian, ajian 'Tendangan Halilintar Semesta' disiapkan Sandi, Gatot siagakan 'Jari Singa Neraka'nya, dan David juga telah menyiapkan ilmu 'Tapak Budha Mengguncang Langit' miliknya. Seth..! Sett..! Dimas dan Leonard juga tak mau ketinggalan, mere
Langit bagai terbelah, saat menyambar sebuah kilatan halilintar bercahaya keemasan ke arah tangan Chen Sang yang teracung. Dan nampaklah kini, betapa tangan kanan Chen Sang di selimuti cahaya keemasan yang berkeredepan menyilaukan. Sebuah cambuk dengan 3 lidah petir berkilat-kilat, dengan mengeluarkan bunyi tegangan listrik yang mengerikkan di udara. Krrtzzh...! Krttzzkh..!! Krrttzzsk..!!Bara melirik ke arah timer, yang menunjukkan pertarungan sudah berada di menit ke 21. 'Hmm. Apa boleh buat, ini terpaksa', bathin Bara resah. "KALIAN SEMUA YANG DI BAWAH..! MENYINGKIRLAH LEBIH JAUH..!!" seru Bara memperingatkan, dengan lambaran tenaga dalamnya, pada semua orang yang berada di sekitar arena. Seketika semua orang di bawah pun bergerak menjauhi garis batas arena. Hati mereka semua sama berdebar. Ya, mereka semua sangat sadar, kiranya puncak pertarungan final telah tiba. Dan 'Pukulan Dua Naga' pamungkas Bara pun di siapkan tanpa ragu lagi. "Hyaarrghks...!!" Blaatzhs..!! Blaatzks
"Terimalah ini bedebah.!" Byaarshk..!! Chen Sang berseru keras, seraya kembali meledakkan energi dalam dirinya. Kini nampak sosoknya berubah di selubungi cahaya hitam pekat kemerahan. Inilah ilmu gabungan, antara power Naga Bumi dan ilmu 'Badai Bumi Neraka'..! Byaarshk..!!Bara juga meledakkan 'power' dalam dirinya. Seketika sosoknya berubah menjadi dua warna yang berbeda. Nampak sebagian sisik tubuhnya berwarna emas di kanannya, dan sisik putih cemerlang kebiruan di sebelah kirinya. Kedua matanya mencorong, dengan warna merah menyala dan biru berkilau. 'Ahh..! Penyelarasan dua Mustika Naga..!' seru bathin Chen Sang terkejut. Walau dia sudah mendengar dari gurunya, soal pemuda yang sanggup menyelaraskan dua power Mustika Naga ini. Namun tetap saja hatinya merasa tergetar. Melihat keindahan sekaligus kengerian 'power', di balik sosok Bara itu. Namun tentu saja Chen Sang juga sangat yakin, dengan 'power'nya sendiri. Segera Chen Sang menerapkan ilmu 'Badai Neraka Naga Bumi'nya.
Slaph..! Slaph..! Hampir bersamaan dan dengan kecepatan yang setara, Bara dan Chen Sang kini telah saling berhadapan di tengah arena pertarungan yang luas itu. Keduanya masih dalam posisi melayang tak menyentuh tanah. Keduanya nampak saling tatap dengan pandangan tajam, dalam jarak sekitar 15 meter. "Apakah kau yang membunuh kedua adik seperguruanku..?!" seru tajam Chen Sang. "Maaf, adik seperguruanmu yang mana..?" Bara balik bertanya tenang. Karena dia memang tak tahu, jika Cin Hai dan Han Jian adalah adik seperguruan dari Chen Sang. "Si Kipas Neraka dan si Naga Terbang..!" seru Chen sang geram bukan main, melihat ketenangan Bara. 'Seolah tak bersalah saja kau bangsat..!' seru hati Chen Sang murka. Nampak 4 buah helikopter dari pihak channel khusus telah terbang mengudara, di empat titik mereka dalam bentuk 'plus' di empat sisi arena. "Ohh..! Si Tukang Kipas dan si Pendek Kekar itu. Iya aku membunuhnya, karena mereka berbuat onar di negeriku," sahut Bara tersen
"Hmm. Sepertinya ini akan memakan waktu agak lama. David, konfirmasikan saja waktu pasang pertaruhan khusus pada menit ke 25 pada para rekanan kita. Pada menit tersebut akan bisa ditentukan, aku atau Chen Sang yang akan tewas," ucap Bara. Sepasang mata Bara pun langsung terpejam, bathinnya berusaha membaca alur pertarungan yang akan terjadi nanti malam. "Baraa..! Kau harus memenangkan pertarungan nanti malam, sobatku!" seru Sandi terkejut waswas, mendengar ucapan terakhir Bara. "Kau pasti menang Bara..! Jangan ragu untuk menghabisi lawanmu nanti malam!" seru Gatot yakin. 'Andai sampai kau kalah, maka aku juga akan turun arena dan menghabisi Graito..! Dialah biang kerok dari semuanya ini!' bathin Gatot bertekad."Mas Bara.! Kau harus memenangkan pertarungan nanti..!" seru Brian serak, dia sangat terkejut mendengar ucapan terakhir Bara yang sangat dikaguminya itu."Baik akan ku infokan waktu pasang taruhan itu pada seluruh rekan kita. Aku percaya padamu Bara..!" seru David mantap.
"Bara! Sebentar lagi aku landing di bandara A.A. Bere Tallo." "Ahh..! Kau merepotkan diri untuk datang Leonard. Kali ini sepertinya akan berbahaya Leonard. Apakah Marsha kau bawa serta..?" "Tidak ada alasan bagiku untuk tak berada di sisimu, saat kalian menghadapi bahaya. Tidak Bara, Marsha tak kuijinkan ikut, walaupun dia memaksa," sahut Leonard mantap. "Syukurlah Marsha tak ikut serta. Baiklah Leonard. Kau sudah datang, maka Brian akan menemuimu. Brian akan menunjukkan hotel, di mana Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan menginap. Untuk sementara kau bisa menempatinya, sambil menunggu Mas Dimas datang tak lama lagi," ujar Bara lega, mendengar Marsha tak ikut serta. Bara pun memberi arahan pada Leonard. "Baik Bara, aku mengerti." Klik.! "Brian kau berangkatlah sekarang juga ke pintu keluar Bandara. Untuk menyambut Leonard. Antarkan dia ke hotel tempat Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan bermalam. Dan temani dia hingga Mas Dimas datang, lalu kau kembalilah ke sini," uj
"Wah..! Mantap Norman..! Kau memang pandai menangkap angin surga rupanya! Hahaa..!" David merasa senang atas pasrtisipasi Norman, dalam rencana Bara cs menghabisi 'bisnis' sang Jendral. "Hahaaa..! Baik David, sementara itu dulu yang bisa kupertaruhkan saat ini. Jika ada rejeki mendadak, maka pasti akan kutambahkan taruhanku." Klik.!"Semuanya. Norman telah menyiapkan dana 9 triliun untuk bertaruh besok," ujar David, dengan wajah berseri. "Wah..! Sepertinya Graito akan nangis darah bila mengetahui hal ini. Hehe," Dimas menimpali. "Bukan hanya nangis darah Mas Dimas. Tapi nangis sambil bugil dia, kayak ODGJ baru..! Hahaha..!" timpal Gatot tergelak. "Mantap David..! Hehehe..!" seru Bara senang, seraya terkekeh mendengar celotehan para sahabatnya. Tuttt ... Tuttt ... Tuttt.! Ponsel Bara kembali berdering. Klik.! "Ya Andrei." "Bara, aku mendengar dari Tuan Winston, kalau dia ikut bertaruh atas kemenanganmu di kompetisi internasional itu. Apakah aku boleh ikut bertaruh atas keme