"Tommy. Bagaimana pendapatmu tentang sahabat Leonard dan Marsha, yang berada di Indonesia itu..?" tanya Winston pada Tommy dalam perjalanannya. "Wah, mereka sangat baik dan ramah Tuan Winston. Villa mereka pun cukup luas dan indah, senang rasanya pernah berkunjung ke sana," sahut Tommy mengungkapkan pendapatnya. "Wah, aku jadi ingin juga berkunjung ke sana Tommy. Jenuh juga rasanya hanya memandangi pemandangan yang begini-begini saja, sejak beberapa tahun belakangan ini. Aku benar-benar butuh refreshing Tommy," ujar Winston, mengatakan keinginannya. Situasi jalan saat itu agak sepi, di area 'Clyde Beach Park' yang mereka lalui. Banyak terdapat pepohonan hijau indah, yang letaknya dekat dengan pantai. Tiba-tiba mata Winston membelalak, saat melihat seekor anjing melintas dengan tiba-tiba di depan jalur mobil mereka. "Awass....!" teriak keras Winston memperingatkan Tommy. "Ciitttt...!!" Tommy segera menginjak dalam-dalam rem mobil yang dikemudikannya, hingga mendecit kencang. Dan
"Hajar saja gerbangnya, Jason..!" seru Leonard, seraya bersiap meloncat keluar dari dalqm mobilnya.NNggg....!! Braaghk..! Klaannkhh..!! Pagar gerbang kediaman Morris langsung ambyar dan jebol diterjang mobil Leonard. Terdengar dentang keras badan pintu pagar, yang terhempas lepas dari dudukkan relnya. "Haahh..! What the hell..!!" seru kaget dua orang security kediaman Morris, di pos jaga dekat gerbang. Mobil yang dikendarai Jason terus melaju, hingga masuk ke halaman depan kediaman Morris. "Kau tunggu di sini Jason..! Tangani yang bisa kautangani..!" Seth..! Leonard berseru pada Jason, lalu dia langsung melesat ke lantai dua kediaman Morris. Karena Leonard melihat pintu lantai itu dalam kondisi terbuka.Taph..! Leonard mendarat ringan di teras lantai dua, dan langsung bergegas masuk ke dalamnya. Leonard terus menyusuri lorong lantai dua itu. Dan tepat saat dia berada di ruang tengah lantai dua. Leonard mendengar suara musik pop, yang diputar agak keras suaranya. Saat dirinya
"Benar Bos, sepertinya memang begitu." "Baik..! Tetap awasi mereka..! Karena nanti malam, adalah saat pertarungan tantangan digelar." "Siap Bos Freedy..!" Klik.! *** Sementara pihak penyelenggara sudah selesai, dalam mempersiapkan arena pertarungan tantangan di Savana Fulan Fehan.Tampak berderet lampu sorot dengan bentuk segi empat telah terpancang. Deretan lampu sorot itu mengelilingi arena pertarungan, yang luasnya tak kurang dari setengah hektar. Beberapa genset berukuran besar juga telah terpasang di sekeliling bakal arena pertarungan itu. Pasar pertaruhan internasional juga dibuat 'gonjang ganjing', dengan promo dari pertarungan tantangan ini. Sebab menurut para peserta taruhan. Pertarungan tantangan ini justru akan lebih dahsyat, dibandingkan dengan pertarungan di kompetisi internasional nantinya. Angka-angka fantastis pertaruhan pun masuk ke pihak Bandar pertaruhan. Hal yang membuat wajah Graito berseri menyala, dengan mata berkilat 'hijau'. Karena angka pertaruhan y
"Wah..! Terimakasih sekali David! Entah bagaimana aku membalas budi kalian ini. Salam buat para sahabat semua di sana ya David." Klik." 'Hhhh. Aku harus mengabarkan hal ini pada Bara sekarang', bathin David. Tutt ... Tuttt ... Tuttt.! Ponsel Bara pun berdering. Klik.! "Ya David, bagaimana kabarmu..?" "Sudah pulih berkat bantuanmu Bara, terimakasih ya. O ya Bara, Leonard baru saja menghubungiku. Kondisi keluarganya sedang terancam teror oleh orang-orang pesaing bisnisnya, Kuzma. Kuzma ini didukung oleh Graito, Bara. Bahkan Tuan Winston sendiri kabarnya baru saja lolos, dari incaran sniper orang-orang Kuzma ini. Jujur saja aku mencemaskan keadaan Marsha di sana Bara," sahut David, seraya mengabarkan hasil pembicaraannya dengan Leonard. "Ahh..! Baik David. Aku paham, setelah urusan pertarungan tantangan nanti malam selesai. Kita akan mengurus hal itu. Mungkin juga kita akan berangkat ke sana, bersama Pasukan Super Level kita David," ujar Bara menjelaskan usulannya. "Tepat sep
"Bagaikan kiamat Graito..! Jika ke 3 power Mustika Naga itu sudah menyatu," seru sang Guru Tiga Aliran ngeri. Tak lama kemudian mereka pun sampai di sebuah rumah megah, yang letaknya agak menyendiri dibanding rumah penduduk lainnya. Rumah itu berada di wilayah Tasifeto, tak jauh dari lokasi pertarungan nanti malam. *** Di sebuah rumah kayu di tepi pantai. Nampak seseorang tengah merawat seorang temannya, yang kakinya terkena tembakkan peluru. Mereka sedang berada di teras luar rumah kayu itu. Saat ponsel salah satu dari mereka berdering. Tuttt ... Tuttt ... Tuttt.! Salah seorang dari mereka pun mengangkat ponsel tersebut. Klik. "Ya Bos." "Apakah tugas untuk kalian sudah berhasil dilakukan..? Bos besar sedang menunggu kabar dari kalian." "Maaf Bos, ada kejadian tak terduga yang menyelamatkannya. Kaki Shelby juga tertembak bos." "Baik. Semoga kalian damai di sana." Klik.! Orang yang baru menghubungi dua orang di rumah kayu itu pun menutup panggilannya. Lalu dia memberi is
"Jaka, Rodin! Apakah senjata kalian telah siap? Sebentar lagi mobil yang kita sewa akan datang," tanya Sandi pada kedua snipernya. "Siap Mas Sandi..!" sahut keduanya, seraya mengacungkan jempolnya. "Nanti kita akan turun agak jauh dari pusat pertarungan. Kalian atur posisi dalam jarak tembak ke arah arena pertarungan. Dan selalu siaga dengan ponsel kalian, setiap saat kami atau kalian harus saling berkomunikasi." "Baik Mas Sandi." "Mas Sandi, mobil kita sudah datang," ucap Brian memberitahukan. Karena sejak tadi dia memang duduk di kursi depan kamar hotel. Menanti mobil sewaan yang tadi sudah dibooking berikut drivernya. "Mari kita berangkat sekarang," ucap Sandi, seraya beranjak keluar dari kamar hotel. Ketiga rekannya nampak mengikuti di belakang. Brrmm...! Nnngg...! Mobil yang membawa Sandi, Brian, Rodin, dan Jaka pun melaju. Menyusuri jalan raya yang tak begitu ramai, bahkan cenderung sepi malam itu. Sementara Bara cs telah tiba di sekitar area pertarungan tantangan. Ar
"Silahkan Master. Tapi tolong cepatlah, pertarungan akan di mulai..!" seru Graito, dengan wajah yang terlihat mulai cemas. Karena ia sudah menyadari kekalahan Angga, dalam hal kecepatan dari Bara. "Tenanglah Graito," ucap Hong Chen seraya menjauh dari Graito. Tentu saja Graito enggan menolehkan pandangannya, dari tengah arena pertarungan putranya itu. Dia hanya mengangguk, tanpa menoleh ke arah Hong Chen. Saat dirasa sudah pada jarak aman dari perhatian sang Jendral. Tiba-tiba saja ... Slaphh..! Sosok Hong Chen melayang cepat sekali bagai burung Srigunting. Kelebatan sosoknya menuju ke arah helikopter di udara, yang berada di sisi tengah. Taph..! Hong Chen mendarat ringan di dalam helikopter itu, yang pintunya memang sengaja dibuka. Untuk memudahkan kameramen mengambil gambar pertarungan. Seorang pendamping kameramen menoleh kaget dan hendak menegurnya, "Hah..! Kau .." "Sstthh..! Tenanglah. Aku rekanan penyelenggara ingin menyaksikan pertarungan dari sini," ujar Hong Chen,
"Hiyaahh.!!" Wurrssh..!! Angga menghantam dengan sepenuh 'power'nya ke arah dada Bara. Sementara Bara hanya diam menanti hantaman Angga itu. Haauurrmshk..!!Dan singa merah keemasan yang sejak tadi melayang di sekitar Angga, tiba-tiba saja mengaum dahsyat menggetarkan. Lalu melesat cepat mengikuti arah pukulan Angga, ke arah dada Bara. DOOAANNKKKKKKHHH...!! Hantaman full 'power' Angga menghujam telak di dada Bara. Suara gelegar bagaikan sebuah genta raksasa di hantam palu godam menggema dahsyat. Mengguncang dan berdentang memekakkan telinga siapapun, yang berada di area pertarungan. Sosok Bara tetap tegak melayang di udara. Namun ledakkan gelombang power yang terjadi, sungguh bukan olah-olah dahsyatnya. Tubuh Bara bagaikan sebuah genta raksasa yang bergetar kencang, namun sosoknya tak bergeming sedikitpun. Weerrsshk...! Pusaran angin terjadi dengan cepat, dan menderu menyebarkan getar power ke segala arah. Bagai gelombang getar yang beresonansi. Ke empat helikopter yang ber
Taph..! Tak salah memang Bara menjuluki Brian sebagai sahabat tercepat setelah dirinya, dalam hal ilmu meringankan tubuh. Bara pun terselamatkan dan langsung di bawa oleh Brian, ke tempat agak jauh dari arena pertarungan. Para sahabat pun berlesatan cepat menghampiri Brian, untuk melihat kondisi Bara yang masih tak sadarkan diri. Gatot langsung menotok beberapa titik di tubuh Bara. Untuk mempercepat dan memperlancar sirkulasi darah dan energi di tubuh Bara. Akhirnya, para sahabat memutuskan untuk meninggalkan area pertarungan final malam itu. Mereka pun berniat kembali ke kediaman Joseph, yang saat itu masih setia menanti mereka. Tampak wajah Joseph pucat pasi dilanda ketakutan, akibat merasakan kondisi alam yang tadi bagaikan hendak kiamat. Namun rasa cemasnya atas keselamatan Bara cs, membuatnya tetap bertahan menanti di posisinya. Sungguh orang yang tabah dan setia kawan si Joseph ini. Dimas dan Leonard memutuskan ikut ke rumah Joseph, setelah mereka melihat kondisi Bara.
Lengkap sudah tiga elemen langit, es, dan bumi menyatu..! Dalam satu badai gelombang power raksasa di sekitar Bara.Semua orang yang berada di sekitar arena pertarungan itu, mereka langsung bergerak secepat mungkin. Untuk menjauh dari lokasi pertarungan, yang bagaikan sedang dilanda kiamat itu. Bahkan dua helikopter yang tersisa di udara, mereka hanya bisa mengambil gambar itu dari jarak yang sangat jauh. Tentu saja mereka bergidik ngeri, setelah melihat dua helikopter rekan mereka yang sudah menjadi bangkai. Tanpa ada satu pun penumpangnya yang bisa selamat. Dengan saling menguatkan tekat. Keempat sosok lawan Bara secara bersamaan bergerak, menyerang dan menerjang..! "Hiyaahh...!! Haaurmmsh.!! Hiyaathh..!! Huuppsh..!!" Keempat sosok itu serentak melesatkan pukulan andalan mereka ke arah Bara. BLANNGGGKSHHZTT...!!!! Sebuah gelombang besar bak bola energi raksasa pun melesat deras ke arah Bara. Gelombang energi yang tercipta dari 4 serangan lawannya tersebut, terdiri atas berb
"Tembak..!" seru Dimas, saat dia melihat para sniper penyelenggara mulai menarget ke arah Bara. Splazth..! Splatsh..! ... Splatzh..! Dengan serentak para sniper Pasukan Super Level segera melesatkan pelurunya. Clakh..! Clakhs..! Clapsh..! Claksh..! ... Clakgssh..! Dan seluruh sniper pihak penyelenggara pun terhentak tewas, dengan kepala berlubang.! Karena memang mereka sudah dalam target para sniper Pasukan Super Level sejak tadi. Seth..! Sethh..! Sethh..! Sang Jendral, Freedy, dan Pandu, yang melihat Hong Chen sudah bergerak menyerang Bara. Akhirnya mereka semua pun ikut melesat, hendak menyerang Bara. Para sahabat yang melesat juga telah bersiap dengan ilmu pamungkas mereka masing-masing. Ajian 'Sayap Pembelah Langit' disiapkan oleh Brian, ajian 'Tendangan Halilintar Semesta' disiapkan Sandi, Gatot siagakan 'Jari Singa Neraka'nya, dan David juga telah menyiapkan ilmu 'Tapak Budha Mengguncang Langit' miliknya. Seth..! Sett..! Dimas dan Leonard juga tak mau ketinggalan, mere
Langit bagai terbelah, saat menyambar sebuah kilatan halilintar bercahaya keemasan ke arah tangan Chen Sang yang teracung. Dan nampaklah kini, betapa tangan kanan Chen Sang di selimuti cahaya keemasan yang berkeredepan menyilaukan. Sebuah cambuk dengan 3 lidah petir berkilat-kilat, dengan mengeluarkan bunyi tegangan listrik yang mengerikkan di udara. Krrtzzh...! Krttzzkh..!! Krrttzzsk..!!Bara melirik ke arah timer, yang menunjukkan pertarungan sudah berada di menit ke 21. 'Hmm. Apa boleh buat, ini terpaksa', bathin Bara resah. "KALIAN SEMUA YANG DI BAWAH..! MENYINGKIRLAH LEBIH JAUH..!!" seru Bara memperingatkan, dengan lambaran tenaga dalamnya, pada semua orang yang berada di sekitar arena. Seketika semua orang di bawah pun bergerak menjauhi garis batas arena. Hati mereka semua sama berdebar. Ya, mereka semua sangat sadar, kiranya puncak pertarungan final telah tiba. Dan 'Pukulan Dua Naga' pamungkas Bara pun di siapkan tanpa ragu lagi. "Hyaarrghks...!!" Blaatzhs..!! Blaatzks
"Terimalah ini bedebah.!" Byaarshk..!! Chen Sang berseru keras, seraya kembali meledakkan energi dalam dirinya. Kini nampak sosoknya berubah di selubungi cahaya hitam pekat kemerahan. Inilah ilmu gabungan, antara power Naga Bumi dan ilmu 'Badai Bumi Neraka'..! Byaarshk..!!Bara juga meledakkan 'power' dalam dirinya. Seketika sosoknya berubah menjadi dua warna yang berbeda. Nampak sebagian sisik tubuhnya berwarna emas di kanannya, dan sisik putih cemerlang kebiruan di sebelah kirinya. Kedua matanya mencorong, dengan warna merah menyala dan biru berkilau. 'Ahh..! Penyelarasan dua Mustika Naga..!' seru bathin Chen Sang terkejut. Walau dia sudah mendengar dari gurunya, soal pemuda yang sanggup menyelaraskan dua power Mustika Naga ini. Namun tetap saja hatinya merasa tergetar. Melihat keindahan sekaligus kengerian 'power', di balik sosok Bara itu. Namun tentu saja Chen Sang juga sangat yakin, dengan 'power'nya sendiri. Segera Chen Sang menerapkan ilmu 'Badai Neraka Naga Bumi'nya.
Slaph..! Slaph..! Hampir bersamaan dan dengan kecepatan yang setara, Bara dan Chen Sang kini telah saling berhadapan di tengah arena pertarungan yang luas itu. Keduanya masih dalam posisi melayang tak menyentuh tanah. Keduanya nampak saling tatap dengan pandangan tajam, dalam jarak sekitar 15 meter. "Apakah kau yang membunuh kedua adik seperguruanku..?!" seru tajam Chen Sang. "Maaf, adik seperguruanmu yang mana..?" Bara balik bertanya tenang. Karena dia memang tak tahu, jika Cin Hai dan Han Jian adalah adik seperguruan dari Chen Sang. "Si Kipas Neraka dan si Naga Terbang..!" seru Chen sang geram bukan main, melihat ketenangan Bara. 'Seolah tak bersalah saja kau bangsat..!' seru hati Chen Sang murka. Nampak 4 buah helikopter dari pihak channel khusus telah terbang mengudara, di empat titik mereka dalam bentuk 'plus' di empat sisi arena. "Ohh..! Si Tukang Kipas dan si Pendek Kekar itu. Iya aku membunuhnya, karena mereka berbuat onar di negeriku," sahut Bara tersen
"Hmm. Sepertinya ini akan memakan waktu agak lama. David, konfirmasikan saja waktu pasang pertaruhan khusus pada menit ke 25 pada para rekanan kita. Pada menit tersebut akan bisa ditentukan, aku atau Chen Sang yang akan tewas," ucap Bara. Sepasang mata Bara pun langsung terpejam, bathinnya berusaha membaca alur pertarungan yang akan terjadi nanti malam. "Baraa..! Kau harus memenangkan pertarungan nanti malam, sobatku!" seru Sandi terkejut waswas, mendengar ucapan terakhir Bara. "Kau pasti menang Bara..! Jangan ragu untuk menghabisi lawanmu nanti malam!" seru Gatot yakin. 'Andai sampai kau kalah, maka aku juga akan turun arena dan menghabisi Graito..! Dialah biang kerok dari semuanya ini!' bathin Gatot bertekad."Mas Bara.! Kau harus memenangkan pertarungan nanti..!" seru Brian serak, dia sangat terkejut mendengar ucapan terakhir Bara yang sangat dikaguminya itu."Baik akan ku infokan waktu pasang taruhan itu pada seluruh rekan kita. Aku percaya padamu Bara..!" seru David mantap.
"Bara! Sebentar lagi aku landing di bandara A.A. Bere Tallo." "Ahh..! Kau merepotkan diri untuk datang Leonard. Kali ini sepertinya akan berbahaya Leonard. Apakah Marsha kau bawa serta..?" "Tidak ada alasan bagiku untuk tak berada di sisimu, saat kalian menghadapi bahaya. Tidak Bara, Marsha tak kuijinkan ikut, walaupun dia memaksa," sahut Leonard mantap. "Syukurlah Marsha tak ikut serta. Baiklah Leonard. Kau sudah datang, maka Brian akan menemuimu. Brian akan menunjukkan hotel, di mana Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan menginap. Untuk sementara kau bisa menempatinya, sambil menunggu Mas Dimas datang tak lama lagi," ujar Bara lega, mendengar Marsha tak ikut serta. Bara pun memberi arahan pada Leonard. "Baik Bara, aku mengerti." Klik.! "Brian kau berangkatlah sekarang juga ke pintu keluar Bandara. Untuk menyambut Leonard. Antarkan dia ke hotel tempat Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan bermalam. Dan temani dia hingga Mas Dimas datang, lalu kau kembalilah ke sini," uj
"Wah..! Mantap Norman..! Kau memang pandai menangkap angin surga rupanya! Hahaa..!" David merasa senang atas pasrtisipasi Norman, dalam rencana Bara cs menghabisi 'bisnis' sang Jendral. "Hahaaa..! Baik David, sementara itu dulu yang bisa kupertaruhkan saat ini. Jika ada rejeki mendadak, maka pasti akan kutambahkan taruhanku." Klik.!"Semuanya. Norman telah menyiapkan dana 9 triliun untuk bertaruh besok," ujar David, dengan wajah berseri. "Wah..! Sepertinya Graito akan nangis darah bila mengetahui hal ini. Hehe," Dimas menimpali. "Bukan hanya nangis darah Mas Dimas. Tapi nangis sambil bugil dia, kayak ODGJ baru..! Hahaha..!" timpal Gatot tergelak. "Mantap David..! Hehehe..!" seru Bara senang, seraya terkekeh mendengar celotehan para sahabatnya. Tuttt ... Tuttt ... Tuttt.! Ponsel Bara kembali berdering. Klik.! "Ya Andrei." "Bara, aku mendengar dari Tuan Winston, kalau dia ikut bertaruh atas kemenanganmu di kompetisi internasional itu. Apakah aku boleh ikut bertaruh atas keme