"Ahhh.. Baraa..! Tidakkk...!!" teriakkan keras bernada terkejut keluar dari mulut Gayatri. Matanya terbelalak tak percaya, dengan mulut ternganga lebar. Tagh..! Bara segera menetak sisi leher Gayatri, dan seketika Gayatri pun ambruk tak sadarkan diri. Bara segera meremas hancur ke empat gelang baja, yang masih melingkari pergelangan tangan dan kakinya itu dengan mudahnya. Melihat kondisi tubuhnya yang polos bugil bagai 'tuyul kesiangan' itu. Bara segera membuka sebuah lemari pakaian, yang terdapat dikamar itu. Namun betapa kecewanya dia, saat melihat isi lemari pakaian itu hanyalah gaun-gaun wanita. Tak mungkin dia mengenakan pakaian seperti itu. Akhirnya dengan rasa frustasi, dibukanya juga laci di lemari pakaian itu yang dikiranya hanya berisi perhiasan atau perlengkapan make up saja. Sreerrrt..!"Ahh..! Akhirnya..!" tak sadar Bara berseru gembira, saat melihat training pack berwarna hitam di dalam laci itu. Langsung dikenakannya training pack itu, walau bagian ujung celan
Cittttt....!! "Mas Bara...!!" seruan senang terdengar, bersamaan dengan Cabrio merah yang tiba-tiba direm dengan mendadak oleh pengemudinya. Dan mobil itu pun langsung menepi di depan Bara. Ya, pengemudi itu tak lain adalah Marsha. Marsha memang sengaja memilih jalan melewati kediaman Bara. Untuk bernostalgia melepas rasa rindunya, melihat rumah yang sangat familiar dengannya itu. Maka betapa terkejutnya Marsha, saat melihat sosok yang tengah dicari oleh seluruh sahabatnya itu tiba-tiba mewujud dihadapannya yang melintas. Reflek kakinya langsung menginjak dalam rem mobilnya hingga berdecit, seraya berseru memanggil pria di hatinya itu. "A-apa..?! Marsha..?!" Bara pun tak kalah berseru kaget. Saat melihat Marsha yang tiba-tiba saja berada di depannya. Karena dia menganggap Marsha masih berada di Amerika bersama Leonard. Klek.! Pintu mobil terbuka, dan Marsha bergegas berlari ke arah Bara. Hatinya diliputi rasa emosi dan kerinduan bercampur kecemasan. Bunga-bunga di hatinya ya
"Mas Bara, mari kita minum dan bicara. Mas Bara belum lengkap menceritakan apa yang terjadi kemarin," sapa Marsha, seraya meletakkan dua kaleng soft drink itu di meja sofa. Bara pun menoleh ke arah Marsha, dia pun menghampiri sofa dan ikut duduk di sana. "Marsha. Sebetulnya yang terjadi pada diriku dalam dua hari ini, adalah hal yang tak pantas kuceritakan pada siapapun," Bara berkata pelan, seraya meraih kaleng soft drink di atas meja. "Lho, tak pantas kenapa Mas Bara..? Apakah masih perlu ada rahasia di antara kita Mas Bara..?" tanya Marsha, yang kini malah semakin penasaran dengan hal yang di alami Bara. "Hhh, ternyata apa yang terjadi padaku kemarin, kiranya sudah direncanakan oleh Gayatri. Putri Jendral Graito brengsek itu Marsha..!" seru Bara penuh emosi. Ya Bara memang merasa perlu mengungkapkan kisah itu pada seseorang. Agar tekanan di bathinnya tak terlalu membuncah. Dan Bara merasa Marsha cukup bisa dipercaya, untuk mendengar cerita yang sebenarnya. "A-pa..?! Putri Je
"Mas Bara.! Kau kenapa Mas..?" tanya Marsha heran dan terkejut, mendengar seruan dan suara erangan aneh Bara. Bara masih bisa mengendalikan setengah kesadarannya. Di antara bayangan-bayangan erotis menggila, yang berseliweran di benaknya saat itu. "Marsha..! Sepertinya pil yang diberikan Gayatri tadi adalah pil perangsang..! Dia bohong padaku..! Menjauhlah Marsha ini bisa berbahaya..! Akhssks..!" Bara berseru dengan kalimat terpatah-patah. Ya, kepala Bara mulai terasa seperti dirayapi oleh ratusan semut yang berbaris. Kedua tangannya pun mulai memegangi kepalanya. Nyeri..! "Dibohongi kenapa Mas Bara..?! Katakan padaku..! Kau tak apa-apa kan Mas Bara..?!" sentak Marsha panik, melihat keadaan Bara yang nampak sangat tersiksa itu. Bukannya menuruti seruan Bara untuk menjauh. Tapi Marsha malah menghampiri Bara. Marsha memegangi kedua bahu Bara, seraya matanya mencari-cari, di bagian mana pria tersayangnya itu menderita sakit. "Dia meminumkan pil perangsang hebat padaku Marsha..! Me
"A-apa Marsha..?! Bara berada di sana..?!" seru David terkejut, dengan rasa gembira dan cemas berbaur jadi satu. "Benar David. Tapi Mas Bara seperti tak bisa mengendalikan dirinya..! Cepatlah kemari! Sebelum Mas Bara pergi terlalu jauh..!" "Ba-baik Marsha..! Kami akan segera ke sana naik helikopter..!" Klik." Kembali Marsha bersandar di sofa panjang apartemennya. Namun kini samar-samar telinganya menangkap suara gelegar di angkasa, bagaikan suara petir dan gledek yang susul menyusul. Bathin Marsha segera menerka, hal itu pasti ada hubungannya dengan Bara. Segera saja dia berlari ke arah balkon apartemen, dan ... Benar..! Marsha segera mengenali cahaya keemasan itu, yang tak lain pastilah Bara adanya. Cahaya keemasan itu tampak melesat dari atap ke atap bangunan lain, ke pucuk-pucuk pohon tinggi, bahkan kadang melesat dan menapak di atas tanah. Namun yang membuat heboh adalah, seraya melesat cepat ke sana ke mari bagai meteor, Bara juga melepaskan pukulan-pukulan bertenaga dal
Tagh..! "Hegh..!" David melesat cepat dan menyarangkan totokkan ke sisi leher Bara, Bara pun langsung terkulai lemas tak sadarkan diri. Ketiga sahabat Bara itu segera melesat kembali, ke apartemen Marsha. Dan orang-orang di sekitar area apartemen pun menjadi tenang kembali. Karena tadinya mereka dicekam rasa ketakutan, dan panik setengah mati. Bahkan ada yang langsung berdo'a dan melakukan ibadah, karena mereka mengira kiamat akan datang. Langit di atas area itu nampak masih dipayungi kabut gelap berwarna hitam, kelabu, dan warna keemasan. Tak bisa dibayangkan, bila Bara mengarahkan pukulan-pukulan jarak jauhnya sejak awal di daratan dan sekitarnya. Pastilah akan terjadi kerusakkan serta kehebohan, yang sangat mengerikkan di area itu..! *** Di kediaman Haryo sang 'Singa Langit'. Nampak Angga baru memasukkan sesuatu dengan diam-diam, ke dalam sebuah mangkuk berisi sop daging. Ya, sop daging adalah menu kesukaan Haryo, yang saat itu sedang berada di kamar mandi. Sop daging i
'Maafkan Angga, Pakde...' bathin Angga, berbisik penuh sesal. Angga mendekat ke arah sosok jenasah Haryo. Dengan tangan agak gemetar, Angga menyingkap selimut yang menutupi sekujur tubuh Haryo. Sreth..! Lalu Angga menyingkap kaos dalam, yang masih melekat di tubuh Haryo hingga sebatas dada. Dan mata Angga segera berkilau sejenak, saat menatap bagian pusar Haryo. Nampak menyembul sebuah kristal putih bening, bercampur dengan percikkan-percikkan hitam di dalamnya. Kristal itu bagai terpapas rata di pangkalnya. 'Angga. 'Mustika Taring Singa' akan otomatis muncul keluar melalui pusarku, jika saat ajalku tiba. Jadilah oang pertama yang berada disisiku, saat ajalku nanti tiba Angga. Karena pakde hanya ingin kau yang mewarisinya setelah pakde. Setelah itu kamu tinggal menyelaraskan energi dalam Mustika Taring Singa itu dengan energimu'. Demikianlah pesan yang pernah diucapkan Haryo pada Angga. Saat mereka sedang membahas kunci rahasia level ke 7 dari aji Singa Langit, yaitu aji 'Murk
"Hmm. Apakah Bara sudah kembali..?" tanya Drajat, yang tiba-tiba saja sudah berada di antara mereka. "Sudah Pa-paman Drajat..?! Apakah Paman sudah pulih..?!" tanya Gatot terkejut dan merasa heran. Karena melihat begitu cepatnya Drajat pulih. Menurut perhitungan Gatot, paling tidak Drajat membutuhkan waktu seminggu lebih, untuk pulih dari luka dalam parah yang di deritanya. Namun ini baru tiga hari saja..?! "Ada sesuatu di tubuhku, yang mempercepat proses pemulihanku Gatot," ujar Drajat tersenyum penuh arti. "Ahh..! Iya Paman, Gatot paham," Gatot segera berseru maklum. Setelah dia teringat pembicaraannya di teras bersama Drajat dan Bara dulu. 'Pasti ini khasiat dari 'Mustika Naga Salju' di dalam tubuh Paman Drajat', bisik bathinnya. Dimas pun nampak heran, dengan cepatnya proses pemulihan yang terjadi pada Drajat itu. Padahal dia sendiri saja masih merasa belum pulih, dan masih tetasa agak sesak di dadanya. Ya, Dimas memang baru saja tiba di markas tadi, saat helikopter yang m
Taph..! Tak salah memang Bara menjuluki Brian sebagai sahabat tercepat setelah dirinya, dalam hal ilmu meringankan tubuh. Bara pun terselamatkan dan langsung di bawa oleh Brian, ke tempat agak jauh dari arena pertarungan. Para sahabat pun berlesatan cepat menghampiri Brian, untuk melihat kondisi Bara yang masih tak sadarkan diri. Gatot langsung menotok beberapa titik di tubuh Bara. Untuk mempercepat dan memperlancar sirkulasi darah dan energi di tubuh Bara. Akhirnya, para sahabat memutuskan untuk meninggalkan area pertarungan final malam itu. Mereka pun berniat kembali ke kediaman Joseph, yang saat itu masih setia menanti mereka. Tampak wajah Joseph pucat pasi dilanda ketakutan, akibat merasakan kondisi alam yang tadi bagaikan hendak kiamat. Namun rasa cemasnya atas keselamatan Bara cs, membuatnya tetap bertahan menanti di posisinya. Sungguh orang yang tabah dan setia kawan si Joseph ini. Dimas dan Leonard memutuskan ikut ke rumah Joseph, setelah mereka melihat kondisi Bara.
Lengkap sudah tiga elemen langit, es, dan bumi menyatu..! Dalam satu badai gelombang power raksasa di sekitar Bara.Semua orang yang berada di sekitar arena pertarungan itu, mereka langsung bergerak secepat mungkin. Untuk menjauh dari lokasi pertarungan, yang bagaikan sedang dilanda kiamat itu. Bahkan dua helikopter yang tersisa di udara, mereka hanya bisa mengambil gambar itu dari jarak yang sangat jauh. Tentu saja mereka bergidik ngeri, setelah melihat dua helikopter rekan mereka yang sudah menjadi bangkai. Tanpa ada satu pun penumpangnya yang bisa selamat. Dengan saling menguatkan tekat. Keempat sosok lawan Bara secara bersamaan bergerak, menyerang dan menerjang..! "Hiyaahh...!! Haaurmmsh.!! Hiyaathh..!! Huuppsh..!!" Keempat sosok itu serentak melesatkan pukulan andalan mereka ke arah Bara. BLANNGGGKSHHZTT...!!!! Sebuah gelombang besar bak bola energi raksasa pun melesat deras ke arah Bara. Gelombang energi yang tercipta dari 4 serangan lawannya tersebut, terdiri atas berb
"Tembak..!" seru Dimas, saat dia melihat para sniper penyelenggara mulai menarget ke arah Bara. Splazth..! Splatsh..! ... Splatzh..! Dengan serentak para sniper Pasukan Super Level segera melesatkan pelurunya. Clakh..! Clakhs..! Clapsh..! Claksh..! ... Clakgssh..! Dan seluruh sniper pihak penyelenggara pun terhentak tewas, dengan kepala berlubang.! Karena memang mereka sudah dalam target para sniper Pasukan Super Level sejak tadi. Seth..! Sethh..! Sethh..! Sang Jendral, Freedy, dan Pandu, yang melihat Hong Chen sudah bergerak menyerang Bara. Akhirnya mereka semua pun ikut melesat, hendak menyerang Bara. Para sahabat yang melesat juga telah bersiap dengan ilmu pamungkas mereka masing-masing. Ajian 'Sayap Pembelah Langit' disiapkan oleh Brian, ajian 'Tendangan Halilintar Semesta' disiapkan Sandi, Gatot siagakan 'Jari Singa Neraka'nya, dan David juga telah menyiapkan ilmu 'Tapak Budha Mengguncang Langit' miliknya. Seth..! Sett..! Dimas dan Leonard juga tak mau ketinggalan, mere
Langit bagai terbelah, saat menyambar sebuah kilatan halilintar bercahaya keemasan ke arah tangan Chen Sang yang teracung. Dan nampaklah kini, betapa tangan kanan Chen Sang di selimuti cahaya keemasan yang berkeredepan menyilaukan. Sebuah cambuk dengan 3 lidah petir berkilat-kilat, dengan mengeluarkan bunyi tegangan listrik yang mengerikkan di udara. Krrtzzh...! Krttzzkh..!! Krrttzzsk..!!Bara melirik ke arah timer, yang menunjukkan pertarungan sudah berada di menit ke 21. 'Hmm. Apa boleh buat, ini terpaksa', bathin Bara resah. "KALIAN SEMUA YANG DI BAWAH..! MENYINGKIRLAH LEBIH JAUH..!!" seru Bara memperingatkan, dengan lambaran tenaga dalamnya, pada semua orang yang berada di sekitar arena. Seketika semua orang di bawah pun bergerak menjauhi garis batas arena. Hati mereka semua sama berdebar. Ya, mereka semua sangat sadar, kiranya puncak pertarungan final telah tiba. Dan 'Pukulan Dua Naga' pamungkas Bara pun di siapkan tanpa ragu lagi. "Hyaarrghks...!!" Blaatzhs..!! Blaatzks
"Terimalah ini bedebah.!" Byaarshk..!! Chen Sang berseru keras, seraya kembali meledakkan energi dalam dirinya. Kini nampak sosoknya berubah di selubungi cahaya hitam pekat kemerahan. Inilah ilmu gabungan, antara power Naga Bumi dan ilmu 'Badai Bumi Neraka'..! Byaarshk..!!Bara juga meledakkan 'power' dalam dirinya. Seketika sosoknya berubah menjadi dua warna yang berbeda. Nampak sebagian sisik tubuhnya berwarna emas di kanannya, dan sisik putih cemerlang kebiruan di sebelah kirinya. Kedua matanya mencorong, dengan warna merah menyala dan biru berkilau. 'Ahh..! Penyelarasan dua Mustika Naga..!' seru bathin Chen Sang terkejut. Walau dia sudah mendengar dari gurunya, soal pemuda yang sanggup menyelaraskan dua power Mustika Naga ini. Namun tetap saja hatinya merasa tergetar. Melihat keindahan sekaligus kengerian 'power', di balik sosok Bara itu. Namun tentu saja Chen Sang juga sangat yakin, dengan 'power'nya sendiri. Segera Chen Sang menerapkan ilmu 'Badai Neraka Naga Bumi'nya.
Slaph..! Slaph..! Hampir bersamaan dan dengan kecepatan yang setara, Bara dan Chen Sang kini telah saling berhadapan di tengah arena pertarungan yang luas itu. Keduanya masih dalam posisi melayang tak menyentuh tanah. Keduanya nampak saling tatap dengan pandangan tajam, dalam jarak sekitar 15 meter. "Apakah kau yang membunuh kedua adik seperguruanku..?!" seru tajam Chen Sang. "Maaf, adik seperguruanmu yang mana..?" Bara balik bertanya tenang. Karena dia memang tak tahu, jika Cin Hai dan Han Jian adalah adik seperguruan dari Chen Sang. "Si Kipas Neraka dan si Naga Terbang..!" seru Chen sang geram bukan main, melihat ketenangan Bara. 'Seolah tak bersalah saja kau bangsat..!' seru hati Chen Sang murka. Nampak 4 buah helikopter dari pihak channel khusus telah terbang mengudara, di empat titik mereka dalam bentuk 'plus' di empat sisi arena. "Ohh..! Si Tukang Kipas dan si Pendek Kekar itu. Iya aku membunuhnya, karena mereka berbuat onar di negeriku," sahut Bara tersen
"Hmm. Sepertinya ini akan memakan waktu agak lama. David, konfirmasikan saja waktu pasang pertaruhan khusus pada menit ke 25 pada para rekanan kita. Pada menit tersebut akan bisa ditentukan, aku atau Chen Sang yang akan tewas," ucap Bara. Sepasang mata Bara pun langsung terpejam, bathinnya berusaha membaca alur pertarungan yang akan terjadi nanti malam. "Baraa..! Kau harus memenangkan pertarungan nanti malam, sobatku!" seru Sandi terkejut waswas, mendengar ucapan terakhir Bara. "Kau pasti menang Bara..! Jangan ragu untuk menghabisi lawanmu nanti malam!" seru Gatot yakin. 'Andai sampai kau kalah, maka aku juga akan turun arena dan menghabisi Graito..! Dialah biang kerok dari semuanya ini!' bathin Gatot bertekad."Mas Bara.! Kau harus memenangkan pertarungan nanti..!" seru Brian serak, dia sangat terkejut mendengar ucapan terakhir Bara yang sangat dikaguminya itu."Baik akan ku infokan waktu pasang taruhan itu pada seluruh rekan kita. Aku percaya padamu Bara..!" seru David mantap.
"Bara! Sebentar lagi aku landing di bandara A.A. Bere Tallo." "Ahh..! Kau merepotkan diri untuk datang Leonard. Kali ini sepertinya akan berbahaya Leonard. Apakah Marsha kau bawa serta..?" "Tidak ada alasan bagiku untuk tak berada di sisimu, saat kalian menghadapi bahaya. Tidak Bara, Marsha tak kuijinkan ikut, walaupun dia memaksa," sahut Leonard mantap. "Syukurlah Marsha tak ikut serta. Baiklah Leonard. Kau sudah datang, maka Brian akan menemuimu. Brian akan menunjukkan hotel, di mana Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan menginap. Untuk sementara kau bisa menempatinya, sambil menunggu Mas Dimas datang tak lama lagi," ujar Bara lega, mendengar Marsha tak ikut serta. Bara pun memberi arahan pada Leonard. "Baik Bara, aku mengerti." Klik.! "Brian kau berangkatlah sekarang juga ke pintu keluar Bandara. Untuk menyambut Leonard. Antarkan dia ke hotel tempat Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan bermalam. Dan temani dia hingga Mas Dimas datang, lalu kau kembalilah ke sini," uj
"Wah..! Mantap Norman..! Kau memang pandai menangkap angin surga rupanya! Hahaa..!" David merasa senang atas pasrtisipasi Norman, dalam rencana Bara cs menghabisi 'bisnis' sang Jendral. "Hahaaa..! Baik David, sementara itu dulu yang bisa kupertaruhkan saat ini. Jika ada rejeki mendadak, maka pasti akan kutambahkan taruhanku." Klik.!"Semuanya. Norman telah menyiapkan dana 9 triliun untuk bertaruh besok," ujar David, dengan wajah berseri. "Wah..! Sepertinya Graito akan nangis darah bila mengetahui hal ini. Hehe," Dimas menimpali. "Bukan hanya nangis darah Mas Dimas. Tapi nangis sambil bugil dia, kayak ODGJ baru..! Hahaha..!" timpal Gatot tergelak. "Mantap David..! Hehehe..!" seru Bara senang, seraya terkekeh mendengar celotehan para sahabatnya. Tuttt ... Tuttt ... Tuttt.! Ponsel Bara kembali berdering. Klik.! "Ya Andrei." "Bara, aku mendengar dari Tuan Winston, kalau dia ikut bertaruh atas kemenanganmu di kompetisi internasional itu. Apakah aku boleh ikut bertaruh atas keme